17. Target Terakhir

1.7K 251 25
                                    

Tolong bantu saya menemukan typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tolong bantu saya menemukan typo. Jika kalian menemukannya. Tandai. Terima kasih.

17. TARGET TERAKHIR

HARRY berapparate di sebuah gang kecil, di pinggiran kota London. Hatinya sedikit lega ketika menapaki jalanan London, semua masih terlihat normal yang menandakan bahwa pria bertudung belum menyelesaikan misi untuk membangkitkan Raja Kegelapan. Dia memasuki The Leaky Cauldron, bar dan tempat penginapan penyihir itu tampak sepi walaupun di akhir pekan. Pastinya begitu, mengingat situasi dunia sihir yang dalam status waspada dan pelaku teror masih belum tertangkap. Situasi ini mengingatkan Harry ketika dunia sihir dikuasai oleh Voldermort, bar menjadi sepi pengunjung, dia hanya melihat beberapa penyihir pria duduk di depan meja bar, saling berdiskusi tentang kepindahan mereka ke Swedia, menghindari situasi menakutkan yang terjadi di Britania.

Harry memilih duduk di dekat jendela. Tempat yang nyaman di mana dia bisa melihat jalanan kota London di sore hari dan memperhatikan para muggle yang pulang bekerja. Wajah mereka sangat berkebalikkan dengan ekspresi para penyihir yang ada di The Leaky Cauldron; cemas, takut dan waspada sedangkan para muggle terlihat tidak acuh dan menikmati hari.

“Apa kau ingin memesan sesuatu?”

Harry mengenali suara ini. Hannah Abbot, teman satu angkatannya ketika bersekolah di Hogwarts. Dia dari Asrama Hufflepuff dan sekarang pemilik dari The Leaky Cauldron. Tapi! Kenapa Harry harus menundukkan kepala ketika bertemu dengan Hannah? Bukankah dia sudah meminum ramuan Polijus buatan Flamel dan menyamarkan wajahnya menjadi Ace? Naluriah Harry yang terkadang membuatnya bertingkah aneh.

“Butterbeer,” jawab Harry mendongakkan kepala dengan percaya diri.

“Cuma itu?” tanya Hannah memastikan. “Aku bisa memberikanmu pie apel?”

“Itu juga boleh. Dan apa aku boleh meminta satu hal?” Harry mencegat Hannah kembali ke meja bar. “Bisa kau bawakan semua koran kepadaku dari semua penerbitan? Aku ingin membacanya,” pintanya lagi.

Hannah memberikan senyuman. Terlihat tidak keberatan. “Tentu saja. Oh ya, apa kau orang baru di sini? Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya.” Dia menatap Harry dengan kerutan di kening.

“Yah, aku selama ini tinggal di—” Harry berpikir sangat keras. Berbohong sama sekali bukan keahliannya. “Rumania! Saya selama ini tinggal di Rumania dan sekarang sedang liburan di Inggris.”

“Tapi kau memiliki aksen Inggris yang kental,” sahut Hannah.

“Itu memang karena aku orang Inggris. Hanya saja aku bekerja di Rumania.” Harry mengangguk menyakinkannya.

Hannah menghela napas. “Kau memilih waktu yang salah untuk liburan kalau begitu. Apa kau tidak tau dunia sihir dalam waspada? Semua orang sekarang lebih memilih tinggal di dalam rumah. Kau lihat barku? Hampir tidak ada orang. Sebaiknya kau jangan berpergian sendirian. Baiklah aku segera mengambil pesananmu.”

Harry Potter And The Dark Shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang