0.8 : Aneh

101 12 30
                                    

Bening menghentikan skuternya tepat di depan gerbang rumahnya yang tertutup. Ia melepas helmnya kemudian turun dari skuter dan lari terbirit-birit menuju pagar samping yang biasa dilaluinya jika tidak sedang menggunakan kendaraan.

"PAK TOLONG PARKIRIN MOTOR SAYA!"

Bening masih berlari. Sesekali tangannya bergerak mengusap punggungnya, seakan mengusir sesuatu yang menempel di sana. Tangannya beralih menggedor pintu utama rumahnya dengan keras.

"BUKA!! CEPETAN!!"

Ia menatap sekitarnya waspada. Jantungnya berdegup kencang, selain karena lari juga karena ucapan Kenanga di pemakaman tadi.

"CEPETAN!!" Bening menggedor pintu kian keras.

Tukang kebun yang diperintahkannya untuk memarkirkan skuter hanya menggeleng bingung melihat kelakuan aneh putera majikannya itu.

Cklek!

Pintu utama berhasil terbuka. Bening segera masuk ke dalam dan langsung menghambur kepelukan seseorang yang bahkan belum ia tahu siapa. Ia mengeratkan pelukannya sambil memejamkan matanya rapat dan merapalkan segenap doa yang dihapalnya, mulai dari doa makan hingga doa bepergian.

"HEH! NGAPAIN PELUK-PELUK?!" Bening otomatis melepaskan pelukannya setelah mendengar teriakan seseorang yang kini dipeluknya. Ia memundurkan tubuhnya kemudian melebarkan matanya.

"GUE NGGAK SUCI!!!" teriak Bening histeris dengan kedua tangan yang disilangkan untuk menutupi dadanya.

"Lo pikir gue apaan?!" sentak pemuda itu yang tak lain adalah Sagara Banyu Biru, sepupunya.

Bening melepaskan tangannya sebelum beralih menutup pintu dengan cepat. Ia menatap pemuda dihadapannya.

"Ngapain lo teriak-teriak kayak orang kesetanan?" tanya pemuda yang kerap disapa Aga itu.

Bening diam. Haruskah ia menjawab jika sedang dikejar hantu? Tapi ... jika Aga malah mengejeknya karena dianggap cowok penakut, bisa-bisa reputasinya sebagai cowok famous anjlok seketika.

Bening berdeham untuk menetralkan suaranya. Dengan wajah yang pucat, ia menatap ke penjuru rumahnya, antisipasi jika ia tiba-tiba melihat hantu itu.

"Lo nggak tau kalo gue itu ketua paski? Gue itu lagi latihan biar suara gue kenceng pas ngelatih anak buah gue, biar bisa masuk nasional," jawab Bening lengkap dengan bumbu kebohongan.

Aga mengernyit mendengar ucapan Bening. Jawabannya tidak masuk akal. Mana mungkin melatih suara dengan berteriak seperti orang kesetanan?

"Lo ... dikejar hantu, 'kan?" tuduh Aga dengan senyum mengejek.

"SIAPA YANG DIKEJAR HANTU? GUE NGGAK PERCAYA KAYA GITUAN!"

"Kalo lo cuma latihan suara kenapa muka lo pucet?" Aga memiringkan kepalanya.

"Ya ... mph. Gu-gue, udah ah. Bodo!"

Bening meninggalkan Aga yang masih berdiri di ruang tamu. Lebih baik ia pergi ke kamarnya daripada menjawab pertanyaan Aga yang pasti akan berakhir dengan memojokkannya. Bening merebahkan tubuhnya pada ranjang. Kakinya yang masih terbalut sepatu sekolah, dibiarkan menggantung. Tangannya mengambil guling berwarna biru muda kemudian memeluknya.

"Emang si Kembang bisa liat gituan? Hih." Bening bergidik ketika merasakan bulu kuduknya meremang.

"INI NGAPAIN GUE JADI MERINDING WOY!!" teriak Bening kemudian melempar gulingnya sembarang.

Ia bangkit dari ranjang kemudian berlari keluar dari kamar dengan berteriak-teriak seperti orang kesetanan.

***

Lil bit DarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang