2.2 : Heartbeat of Love

67 10 0
                                    

"PARADE ISTIRAHAT DI TEMPAT. GRAK!"

Suara bariton milik Bening memenuhi seluruh penjuru lapangan basket indoor. Dirinya dan tim LKBB sekolahnya tengah melakukan latihan untuk ikut serta dalam lomba yang akan dilaksanan beberapa hari lagi. Jadi, sebagai ketua paskibra, dirinya harus melatih kawan-kawan se-timnya agar bisa tampil dengan baik dan bisa menjuarai perlombanan nanti.

"HORMAT, GRAK!"

"TEGAK, GRAK!"

"BERHITUNG MULAI!"

"SATU, DUA, TIGA, EMPAT, LIMA ... SELESAI!"

"BERHITUNG SELESAI!"

"BUBAR, JALAN!"

Bening mengakhiri sesi latihannya setelah melihat semua anggotanya telah berhasil menguasai aba-aba dan gerakan sesuai ekspektasinya. Bening memerintahkan kepada semua anggotanya untuk bubar dan beristirahat di kelasnya masing-masing.

Bening meneguk minuman isotonik yang diambilnya dari salah satu bangku penonton. Ia mendudukkan tubuhnya dan mengamati lapangan basket indoor yang perlahan mulai hilang penghuninya dan hanya menyisakan dirinya seorang. Ia menghembuskan napas perlahan sebelum mengacak-acak rambutnya yang kini sudah dipenuhi keringat. Seragam olahraga yang dikenakannya kini pun juga sudah dibanjiri oleh keringat.

"Kesambet baru tau rasa, lo!"

Bening langsung menoleh ketika menyadari seseorang baru saja duduk di sampingnya. Ia menatap Nara yang menatap lurus ke arah ring basket dengan menggenggam sebuah buku catatan di tangannya.

"Kenapa, lo?" tanya Bening setelah menunggu Nara yang tak kunjung mengeluarkan suara.

"Gimana latihan, lo?"

"Baik. Tumben lo nanya kayak gitu?" Bening menatap Nara penasaran. "Lo kesambet?"

Nara menggeleng keras. "Enak aja!" semprot Nara dengan mata membola.

"Dasar aneh! Gue heran sama Juna. Kok dia mau temenan sama, lo?"

Nara semakin melebarkan matanya. "Adanya gue yang nanya kayak gitu ke elo. Kok Juna mau temenan sama cowok somplak kayak lo?!" ucap Nara sedikit emosi.

Bening mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat suara Nara yang melebihi batas wajar. "Buset! Itu suara apa petasan banting?!" ucap Bening.

"Petasan banting! Puas, lo?!"

Bening tidak menyahuti ucapan Nara. Dirinya justru beranjak sambil menggenggam botol kosong di tangannya dan meninggalkan Nara yang sudah berteriak-teriak karena ditinggal begitu saja olehnya.

"KUNING! NINGSIH! Kambing lo! Gue ditinggal!"

***

"Kalangan humanis dan kapitalis di Belanda yang mengetahui penyelewengan tanam paksa menuntut agar tanam paksa dihapuskan."

Kenanga membuka lembar demi lembar buku catatan di hadapannya tanpa minat. Meski matanya menatap lurus ke arah papan tulis, namun pikirannya tidak sedang disana.

"Pihak Belanda yang menentang tanam paksa, antara lain Baron van Hoevel, E. F. E. dan Douwes Dekker."

Kenanga bahkan tidak tahu apa yang gurunya tengah jelaskan di depan. Ia hanya melihat guru paruh baya itu menggerakkan bibirnya dan sesekali memutar-mutar spidolnya pada papan tulis. Entah apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Dirinya sering melamun, namun tak tahu apa yang dilamunkannya. Pikirannya seakan kosong dan ada sesuatu yang kurang. Tapi, tiba-tiba kepalanya langsung terasa penuh oleh figur wajah dari seseorang yang sudah lama ini tidak dilihatnya ketika tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan teman di belakangnya yang menyebut-nyebut nama 'Banyu Biru'.

Lil bit DarkOù les histoires vivent. Découvrez maintenant