#32

5.4K 175 2
                                    

" Terus memendam dan menutupi, jangan harap seseorang itu akan tahu apalagi mengharapkan dia mendatangimu terlebih dahulu."

~Author

Hai aku kembali :v 

Enjoy the story 

Happy Reading^^

Benar saja dugaan Latisya, matanya menjadi sembab. Namun, jika dilihat dari dekat akan terlihat jelas. Latisya tak mungkin berbicara jujur pada Mamanya, tak mungkin juga berbohong. Latisya kembali dihinggapi perasaan bingung.

Latisya berjalan gontai menuju meja makan, tak ada semangat yang memancar di dirinya. Dia harus memasang senyum agar Mamanya tak terlalu curiga. Tapi untuk senyumpun Latisya tak mampu.

"Hai sayang." Riri terkejut melihat mata anaknya yang sembab. "Kamu kenapa? Sakit atau kenapa?"

"Gak apa-apa kok Ma."

"Tapi mata kamu gak bisa bohong loh. Kamu habis nangis ya? Kenapa? Cerita dong sama Mama."

"Nanti deh Ma aku ceritanya. Aku mau sarapan terus berangkat ke sekolah."

"Janji ya."

"Iya Ma."

Latisya benar-benar tak berselera untuk menghabiskan sarapannya. Padahal yang dia makan adalah setengah roti tawar dengan selai coklat dan segelas susu, sebenarnya dia tak ingin menghabiskan makanannya, namun dia tak mau membuang-buang makanan. Jadi dia habiskan.

Latisya segera berangkat ke sekolah, tak mau lebih siang karena tak ingin ada orang-orang yang menanyakan mengapa matanya sembab. Latisya telah bertekad untuk menghindari Kendra untuk beberapa hari kedepan. Untung saja senin nanti akan ada ulangan, jadi itu bisa dijadikan alasan Latisya.

Sesampainya di sekolah Latisya berjalan dengan cepat, setengah berlari mungkin. Tak ingin berpapasan di jalan dengan siapapun. Keberuntungan masih berpihak pada Latisya, belum ada siapapun di kelas. Artinya dia bisa menjauh dari pertanyaan-pertanyaan, walaupun tak akan lama.

Latisya berusaha menghilangkan mata sembabnya dengan cara memijat sekitar matanya, dia tak tahu cara ini akan berhasil atau tidak. Yang penting dia sudah berusaha. Terdengar langkah kaki dari luar, Latisya berusaha biasa saja dengan segera membaca novelnya. Ternyata itu Valeri, tapi tetap saja dia tak mau Valeri curiga.

"Sya, ini lo kan?"

"Kenapa emang?"

"Takutnya setan yang nyamar jadi lo."

"Ih lo apaan si, parah banget mikirnya."

"Lagian gue kaget lo udah nyampe aja di kelas."

"Ya gue pengen aja berangkat lebih pagi dari lo." Ucap Latisya bercanda kepada Valeri.

"Yee, yaudah selamat deh karena lo udah lebih pagi dari gue. Hahaha."

Mereka berdua tertawa. Sepertinya Latisya harus tertawa agar sembabnya tak terlihat. Tapi apa iya? Entahlah, bukan mata sembabnya saja yang tak terlihat kesedihannya pun tak terlihat jika sedang tertawa.

Semoga saja Rain dan Tari tak menyadari mata sembab Latisya.

"Sya, lo kemana aja si? Dari semalem di grup gak muncul." Protes Rain kepada Latisya.

"Iya nih Sya, tumbenan."

"Ini, gue disuruh nyokap belajar. Kan nanti senin ulangan."

"Rajin banget si lo. Kita mah santai aja, sks. Hehehe, iya gak Tar?" mereka bertiga tertawa mendengar candaan dari Rain.

Apakah Mencintai Itu Salah? [Completed]Where stories live. Discover now