Tujuh

648 45 1
                                    

Hidup itu perihal timbal balik; Kalau ada malam pasti ada siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidup itu perihal timbal balik; Kalau ada malam pasti ada siang. Kalau ada hujan pasti ada kemarau. Kalau ada jatuh cinta pasti juga ada patah hati.
_____

Atmosfer di sini terasa pengap. Padahal jelas kantin ini konsepnya terbuka. Situasi kali ini berhasil merenggut semua pasokan oksigen di sekitar. Makanan kesukaan itu pun terasa hambar. Tidak ada rasanya sama sekali.

Yasmin berakhir duduk di antara Arshaka dan Bimantara. Gadis itu sebenarnya tidak ingin. Tapi melihat space di daerah Nabila dan Arum yang lebih sempit. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Nyatanya ia berakhir di sini.

Mau mengusir dua curut got ini pun Yasmin tidak punya hak. Kantin ini bukan milik pribadi. Mereka berdua kebetulan ingin makan di kantin namun tidak kebagian meja karena situasi kantin yang ramai mahasiswa. Alibi mereka bergabung di sini pun katanya karena mengenal Yasmin. Jadi, pasti tidak akan terasa canggung untuk makan bersama.

Tidak canggung gigimu!

Gadis itu menyelesaikan makanannya yang terasa hambar. Menyeruput minuman hingga nyaris tandas. Sisa gula yang menggumpal di bawah sana membuat Yasmin tersedak saat tidak sengaja menelannya.

Sedetik kemudian ia mendapati dua sodoran minuman dari kanan kirinya. Dengan kondisi yang masih terbatuk, Yasmin mengambil minuman milik Nabila. Tidak satupun bantuan dari mereka ia terima.

Dalam diam, Nabila dan Arum mengamati situasi saat ini. Mereka berkomunikasi menggunakan mata. Sesekali menyenggol kaki satu sama lain. Memberi isyarat mengenai hal yang hanya dipahami oleh mereka sendiri.

Arum kemudian berdehem pelan. "Jadi, kamu anak Ilmu Komunikasi?" tanyanya pada Arshaka. Laki-laki itu mengangguk.

"Berarti jago ngomong, dong?" sahut Nabila.

Ekor mata Yasmin menangkap tingkah Arshaka. Laki-laki itu hanya tersenyum kecil merespon ucapan Nabila. Namun malah dibuat salah fokus akan lesung pipi yang tampak muncul setiap pipi atau bibirnya bergerak. Yasmin yakin Nabila dan Arum juga menangkap kelebihan ini.

"Muka kamu tu gak asing deh. Kayak pernah lihat. Tapi di mana, ya?" ujar Nabila sambil mengingat-ingat.

Alis Arshaka terangkat. "Muka gue pasaran kali, ya."

Nabila menjentikkan jarinya. "Ah kamu yang sering cover-cover lagu itu bukan?" tanya Nabila memastikan. "Bener ih. Pernah lewat FYP-ku." lanjutnya lagi.

Di tempatnya, Yasmin mengamati Arshaka. Melihat reaksi yang selalu kedapatan ia lihat. Seperti sebuah kebiasaan. Di mana laki-laki itu lebih memilih untuk tersenyum kecil sambil menunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang