⏳ 3. Terseret Masalah

2.1K 384 65
                                    

BAB 3

Terseret Masalah

{}

"Kamu yakin tidak terlibat, Ayna?"

Ayna menggeleng lemah. "Enggak, Pak. Saya benar-benar baru ketemu sama dia hari ini."

Tatapan menyelidik jatuh pada Ayna. Tapi Ayna berusaha menenangkan diri selama yang dia bisa.

Ayna duduk berhadapan dengan dosen di ruang akademik. Selama sesi interogasi, selain mengangguk dan menggeleng dengan jujur, Ayna tak berhenti ber-istighfar dalam hati. Hanya karena kupluk hitam yang berpindah tangan, Ayna jadi terseret kasus onar yang dilakoni oleh Zayn. Ayna berusaha tenang walau sebenarnya ia gatal ingin menjambak rambut cowok itu dan mengompori pihak akademik agar membuat Zayn dihukum seberat-beratnya saja, tapi karena nuraninya masih ada, Ayna pun mengurungkan niat buruknya. Ia juga tidak mau memperbesar masalah ini.

Ayna dan Zayn diinterogasi di ruang berbeda walau sama-sama di ruangan akademik. Zayn berada di ruang akademik lebih dahulu dibanding Ayna tanpa luka sedikit pun. Ayna pikir, Zayn akan babak belur karena tertangkap senior. Dari pintu kaca, Ayna mampu melihat Zayn yang menunduk saja ketika diceramahi walau sesekali bibirnya mengulum senyuman.

Ayna baru kali pertama melihat orang seperti Zayn. Dia jelas-jelas baru saja berbuat onar, tetapi tampangnya tidak menunjukkan raut bersalah sama sekali. Ayna yakin Zayn pasti bagian dari mereka yang ingin terkenal di kampus dengan cara yang instan. Sayangnya, cara Zayn sangat tidak sopan. Ayna pun akan marah besar bila menjadi Kak Gilang.

Setelah wawancara yang hanya bisa Ayna jawab seadanya karena memang Ayna baru pertama kali melihat Zayn, Ayna pun keluar sembari bernapas lega. Ia mengangguk berulang kali pada dosen sebelum keluar dari ruang akademik.

Ketika menuruni tangga, kupluk di tangan Ayna tiba-tiba direbut membuat Ayna menoleh pada si pelaku. "Makasih ya udah jagain kupluk aku. Jarang banget kan jagain barang orang ganteng?" ucap Zayn tanpa malu, membuat Ayna menganga lebar tak percaya.

Cowok itu pun memakai kembali kupluknya di kepala. Ia tatap pantulan bayangan dirinya di jendela ruangan yang gelap. "Ah, Zayn kamu emang ganteng banget." Senyumnya pun mengembang seakan bukan dirinya yang baru saja diceramahi oleh dosen.

Ayna mendelik. Dasar narsis! "Cuma makasih aja? Mana permintaan maaf kamu yang udah nyeret aku ke sini?" Ayna memutar bola mata. Ia tidak bisa bersikap ramah pada orang menyebalkan dan tidak tahu malu.

"Buat apa minta maaf? Lagian harusnya kamu itu berterima kasih sama aku. Kita jadi pulang cepet, 'kan? Coba kalau tadi aku nggak berani maju ke depan, mungkin kita masih terpenjara di stadion basket," ucap Zayn ringan. Memang benar karena cowok itulah acara yang seharusnya berlangsung hingga pukul lima sore dibubarkan dan mahasiswa baru dipulangkan lebih cepat yakni empat jam sebelumnya. Kecuali Ayna dan Zayn yang harus diwawancara dan dinasehati hampir satu jam.

Ayna menghela napas. Diliriknya Zayn yang lebih tinggi darinya. Ayna hanya setinggi telinga cowok itu. "Oh iya, kamu orang yang tadi pagi nyeringai ke aku, 'kan?" tuding Ayna benar-benar yakin Zayn adalah orang yang sama dengan orang yang ia lihat tadi pagi. "Kamu sengaja ya lempar kupluk kamu ke aku? Atau jangan-jangan kamu udah ngerencanain ini biar aku jadi kebawa-bawa?" cecar Ayna dengan tatapan curiga. Sementara Zayn hanya terkekeh kecil lalu berjalan lebih dulu hingga Ayna mengikutinya.

"Iya, aku sengaja," ungkap Zayn yang sukses menjatuhkan rahang Ayna kedua kalinya. "Kamu cukup pintar buat nebak hal itu." Zayn pun berhenti melangkah yang diikuti gadis itu. "Ayna," imbuh Zayn sembari tersenyum. Dia pun kembali menuruni tangga.

Times New Romance [TAMAT]Where stories live. Discover now