⌛ 21. Hati yang Sulit Diterka

1K 229 13
                                    

Bab 21

Hati yang Sulit Diterka

{}

"Sit, lo punya duit nggak? Gue pinjem dulu dong!" Gio memohon-mohon pada Siti yang mendengkus tak suka.

"Aku nggak punya uang, Gio. Uang jajan aja tipis banget."

"Kan ada uang tabungan kelas. Gue pinjem dulu dong entar gue diamuk kakak gue karena rusakin motornya nih."

"Enak aja! Itu bukan uang aku, aku nggak mau minjem-minjemin," sentak Siti membuat Gio menyerah.

Gio pun beralih ke Mira yang baru memasuki kelas. "Mir-mir-mir, sini deh!" Mira menghampiri Gio dan ketika cowok itu menyampaikan maksudnya, Mira langsung pergi tak berpaling walau namanya dipanggil berulang kali. "Aih, ini temen sekelas pada pelit semua," gerutu Gio.

Ayna yang baru memasuki kelas dan duduk di samping Mira, langsung disodorkan pertanyaan yang membuat Ayna mengernyit. "Ayna, kamu punya uang lebih nggak?" tanya Mira.

"Buat apa?"

"Tuh si Gio, kayanya lagi butuh banget uang. Dia sampe nyamperin satu-satu anak kelas."

Ayna melirik pada Gio dan benar saja cowok itu sibuk menanyai anak kelas yang baru datang terutama perempuan. Saat teman laki-laki yang bertanya, Gio menggeleng dan mengatakan tidak ada apa-apa. Mungkin, ia malu bila meminjam uang pada teman laki-laki.

Ayna pun kembali menghadap ke depan dan tatapannya bertemu dengan Zayn yang baru memasuki lab komputer. Cowok itu tersenyum tipis yang Ayna balas anggukan canggung. Zayn melewati bangkunya dan menepuk lembut puncak kepala Ayna lalu duduk di kursi belakang.

Tak ada yang spesial dari tindakan Zayn. Sejak kali pertama, Zayn memang senang menepuk puncak kepala Ayna. Namun kali ini, mengapa memberikan efek yang luar biasa? Senyum tipis itu tak lagi menyebalkan seperti biasanya, justru menenangkan. Tepukan lembut di kepala itu tak lagi membuat Ayna berdecak sebal, justru mampu menerbangkan kupu-kupu di perut Ayna. Bahkan hanya dengan tindakannya, pipi Ayna jadi merona. Ah, Ayna sudah gila.

Jangan pernah menaruh harapan pada lelaki yang belum halal bagimu, Ayna.

Ayna pun mengatur napas berusaha meredam gemuruh asing di dadanya.

"Ya, nanti aku pasti akan datang ke rumah kamu."

Tapi, apa ini saatnya untuk percaya pada Zayn dan menunggu lelaki itu datang?

Mata kuliah Algoritma dan Pemrograman telah usai, ada tugas program pascal yang harus dikumpulkan lewat email. Setelah semua mengirimkan lewat komputer masing-masing, Ayna pun pergi bersama Mira keluar dari lab ketika satu suara memanggilnya.

"Ayna!"

Ayna menoleh pada Siti yang melambaikan tangannya di salah satu kursi. Ayna dan Mira pun menghampiri Siti ketika teman sekelasnya mulai berhamburan keluar kelas.

"Kenapa, Siti?" tanya Ayna yang sedikit heran mengapa Siti berurusan dengannya. Ayna tidak dekat dengan semua mahasiswa, hanya Mira satu-satunya teman yang paling nyaman bagi Ayna.

Siti tampak gelisah sembari mengeluarkan dompet yang sering Ayna lihat ketika ia menabung di Siti. Gadis itu menyodorkan dompet persegi panjang berwarna cokelat pada Ayna. Ayna mengernyit heran. "Kenapa dikasih ke aku?"

Siti pun berdiri. "Aku nitip di kamu dulu ya, Ayna. Cuma kamu yang aku percaya buat pegang uangnya. Aku harus ke rumah saudara sepulang kuliah, aku takut mereka usil dan ngambil uang itu. Aku titip di kamu ya, Ayna. Besok aku ambil lagi."

Times New Romance [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang