⏳ 8. Tanpa Sadar

1.4K 279 17
                                    

BAB 8
Tanpa Sadar

{}

Ayna menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan begitu ia dan Zayn sampai di bangku kantin di mana Mira, Pras, dan Hari berada. Ayna merasa sangat malu bahkan ia bisa merasakan tatapan yang menghunus dari pengunjung kantin yang kini mengarah padanya. Dasar Zayn gila! rutuknya dalam hati.

Zayn terus mengekori Ayna bahkan mempersempit jarak hingga berakhir di samping gadis itu sampai mereka tiba di kantin. Tatapan tak percaya, penasaran, juga mengintimidasi terarah pada Ayna begitu saja terutama dari kaum perempuan. Zayn terbilang cowok yang populer yang gerak-geriknya selalu diperhatikan seantero kampus. Selain karena aksinya menantang senior yang tampaknya akan menjadi sejarah bagi Kampus Biru, wajah Zayn yang di atas rata-rata juga jadi alasannya. Ayna sudah berusaha bicara baik-baik pada Zayn agar menjauh darinya, tapi Zayn malah keras kepala dan bersikap tak acuh. Ia malah mengatakan bahwa Ayna harus mulai terbiasa dengan tatapan seperti itu karena Zayn pun sudah terbiasa. Dan selama ada Zayn, Ayna tidak akan jadi bulan-bulanan massa.

Ketika makanan disajikan, Pras dan Hari sesekali mengusili Mira dengan menyendoki nasi goreng gadis itu, membuat Zayn terkekeh geli karena Mira berusaha mengamankan piringnya dengan tangan. Mereka larut dalam canda tawa. Rasa nyaman menjalar di dada mereka, kecuali pada satu gadis yang hanya mengadukkan-adukkan makanannya tanpa minat.

Lidah Ayna jadi terasa pahit mengingat tatapan tak suka yang terarah padanya sebelum tiba di kantin. Ayna sudah mencoba untuk mengabaikan hal itu dan bersikap biasa saja, tapi semakin ia lenyapkan pemikiran itu justru semakin timbul ke permukaan. Tak banyak yang menyadari, Ayna adalah seorang perasa yang begitu mudah memasukkan segala hal ke dalam hati dan pikirannya. Namun, hal itu tertutupi karena sikap cueknya yang tampak dari luar. Ia tidak suka berurusan dengan masalah apalagi berurusan dengan kakak tingkat. Bersama dengan Zayn hanya menyeret masalah-masalah mendekati Ayna.

Zayn yang duduk di samping Ayna, menjauhkan piring gadis itu tiba-tiba. Mata Ayna membulat ketika sebagian nasi yang tadi berada di sendoknya jadi tercecer di atas meja. Ia tatap dengan kesal cowok yang juga menatapnya serius. “Bisa nggak sih nggak usah ganggu hidup aku sekali aja?” sembur Ayna. Ia tak peduli pandangan aneh dari ketiga teman kelasnya yang terkejut dengan perubahan sikap Ayna yang menjadi sangat dingin.

Zayn mengembalikan piring Ayna ke tempat semula. “Kalau kamu nggak mau makan nasi gorengnya, jangan jadiin mainan diaduk-aduk kayak gitu. Mubazir,” cetus Zayn seperti bapak yang sedang memarahi anaknya.

Ayna menggerutu sebal. Ia putuskan untuk tidak akan menuruti perkataan Zayn agar cowok itu segera enyah dan menyerah. Ayna pun sengaja membanting sendoknya ke atas piring. “Yaudah, aku nggak mau makan,” balasnya sengit.

Zayn menghela napas pasrah lalu menggeser piring Ayna ke hadapannya. Ia suapi nasi goreng itu ke dalam mulut. Tak peduli lagi dinginnya nasi goreng atau rupa makanan yang tak lagi sedap dipandang, Zayn tetap melahapnya. Padahal, Zayn sudah menghabiskan miliknya. Ayna termenung. Ia pura-pura tak acuh walau hatinya jadi merasa tidak enak.

Pras menggelengkan kepala melihat Zayn dan Ayna yang duduk di hadapannya. “Kalian kayak orang pacaran lagi berantem. Kenapa nggak jadian beneran aja sih?” tukasnya.

Di samping kanan Pras, ada Mira yang kini bertopang dagu. “Iya nih. Kalian tuh best couple. Yang satu ganteng, yang satu cantik. Buruan tembak aja Aynanya, Zayn,” seloroh Mira yang membuat Ayna mencubit lengan Mira dengan sebal. Sementara Zayn hanya tersenyum menanggapinya.

Times New Romance [TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora