⌛ 18. Looping Forever

1.2K 271 85
                                    

BAB 18

Looping Forever

{}

Presentasi Kelompok Ayna berlangsung lancar, bahkan Gio yang sejatinya tak paham akan materi bisa membuka presentasi dan mengarang tentang apa yang baru ia baca di powerpoint untuk dijelaskan pada teman-temannya. Ia gunakan perumpamaan-perumpaan sehari-hari yang tak jarang mengundang gelak tawa seisi kelas. Walaupun begitu, maksud dari isi materi mampu tersampaikan.

Selepas presentasi dan tanya jawab, Ayna nyaris terbahak puas begitu kelompoknya dinasehati oleh dosen agar tidak membuat presentasi seperti itu. Seharusnya keterangan rinci dimasukkan saja di makalah dan cukup dijelaskan tiap anggota, tidak perlu ditampilkan di powerpoint. Ranya hanya bisa menunduk patuh saat dosen memberitahu sementara Ayna rasanya ingin tertawa sepuas-puasnya di depan wajah Ranya.

Ayna kembali duduk di kursinya yang disambut oleh Mira. Ranya tampak memutar bola mata begitu melewati bangku Ayna dan Mira. Ayna dan Mira, yang sudah mengerti kekesalan Ayna, pun tertawa puas melihat muka Ranya merah padam.

Kelas kembali dilanjutkan dengan dosen yang memberikan penjelasan ulang tentang materi yang dibawakan oleh kelompok Ayna.

Ayna membasuh wajahnya di toilet. Ketika ia mengangkat kepala, ternyata ada Ranya dan Via yang menatap pantulan bayangan dirinya. Ayna menghela napas. Berusaha mengabaikan dua gadis centil itu dengan melewatinya. Namun, ketika ia hendak membuka pintu toilet, Ranya langsung mencekal tangannya.

"Kenapa, Ranya?" tanya Ayna berusaha tenang walau batinnya menebak-nebak apa yang ingin cewek ini katakan sampai menemuinya di toilet kampus. Ini kali pertama, Ranya mengajak bicara dirinya empat mata.

Ranya berdeham sebelum berucap, "Hubungan kamu sama Zayn apa?"

Tidak salah lagi. Dugaan Ayna tidak meleset. Ayna langsung menggeleng. "Nggak ada hubungan apa-apa. Jadi kamu nggak perlu cemburu."

Ranya tertawa sumbang. "Lo mau gue nggak cemburu, tapi lo selalu deket-deket sama Zayn?"

Ayna menghela napas jemu. Di usia ini harusnya Ranya bisa bersikap sedikit dewasa. Ayna merasa Ranya adalah contoh manusia yang tidak matang bersamaan biologis dan akal pikirnya. Ya, walaupun Ayna juga merasa ia belum sepenuhnya dewasa, tapi ia tidak akan repot-repot mengakui hal yang jelas-jelas bukan miliknya. Seperti Ranya yang seolah telah memiliki Zayn.

"Asal kamu tahu, bukan aku yang deketin dia. Aku juga merasa terganggu dideketin terus sama dia."

Ayna mencelos berusaha melewati Ranya dan Via yang menghalangi pintu toilet.

"Jangan sombong, Ayna. Zayn nggak mungkin deket-deket sama cewek biasa kayak lo. Lo tuh cuma ngerepotin dia. Lo nggak pantes bareng-bareng sama dia. Jadi buat dia ngejauh dari lo baru gue percaya lo nggak ada hubungan apa-apa."

Ayna berdecak. Ia malas berdebat dengan Ranya. Ayna langsung menyenggol bahu Ranya dan Via bersamaan yang menghalangi pintu membuat kedua gadis itu terbelalak. Ayna meraih kenop pintu lantas berucap, "Itu juga yang aku mau."

Ayna pun keluar meninggalkan Ranya dan Via yang saling tatap penuh tanya.

Peringatan Ranya benar-benar membuat Ayna tak nyaman. Gadis itu jadi tak fokus mengerjakan program yang padahal hanya diminta untuk mengikuti kode program yang ditampilkan di proyektor. Tanpa Ayna sadari, Mira yang duduk di samping Ayna diminta oleh Zayn untuk bertukar kursi sejenak. Awalnya Mira menolak tapi luluh juga setelah Zayn memohon-mohon dengan puppy eyes-nya. Untung Zayn yang melakukan itu, kalau Pras yang melakukannya mungkin Mira sudah menahan mual.

Times New Romance [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon