29. Plan

277 26 1
                                    

Untuk kedua kalinya teman terdekat Fajar dan Rian harus berada di ruang tunggu pasien, bedanya kali ini ada Selena yang menangis tersedu-sedu. Kejadian penembakan itu membuatnya syok, walaupun Jonatan dan Kevin berusaha meyakinkan bahwa Soraya baik-baik saja tapi hal itu tidak membuatnya tenang. Tangisnya akan mereda jika dokter sudah keluar dan memberitahu tidak ada hal yang serius pada luka Soraya dan juga pelaku penembak misterius itu harus segera ditangkap.

"Siapa dia?" tanya Selena berulang kali, hal itu tentunya membuat semua atlet kewalahan.

"Kalo gue tau udah pasti gue bakal nangkep dia!" sentak Fajar, emosinya sedang tersulut hingga membuat Selena terperanjat. "Lu pikir cuma lu yang ngerasa khawatir? Gue juga! Gak usah lebay dan nambahin beban gue!" lanjut Fajar lagi, sedangkan Selena semakin terisak.

Suasana menjadi tegang kembali, Fajar mengkhawatirkan kondisi adiknya, Selena sibuk menenangkan diri atas sentakan yang diberikan Fajar, Rian sibuk merutuki kesalahannya yang tidak waspada dan juga Jonatan, Ginting dan pasangan minions yang bingung harus melakukan apa.

"Sebaiknya lu berdoa sama Tuhan, cuma dia yang bisa nyembuhin Aya." kata Ginting. Disaat seperti ini memang doalah yang akan membawa keajaiban, dan lewat doalah Tuhan akan mendengarkan semua keinginan setiap hambanya.

"Kak." Selena mencicit, dia tidak berani menatap mata kakak sahabatnya. "Gu... gue mau ngasih tau sesuatu." lanjutnya hingga semua pandangan tertuju padanya.

"Apa?" tanya Rian cepat.

Selena mengatur pernapasannya, "Gue sama Aya dateng ke pelatnas bukan tanpa alasan. Aya pengen ngasih tau siapa yang harus kalian waspadai, buktinya dia bisa nyelamatin kak Rian dari peluru. Instingnya kuat." katanya.

"Siapa orang itu?" tanya Fajar tak sabar, karena jika sesuatu telah menyangkut keselamatan Soraya maka dia tidak akan tinggal diam.

"Masalahnya gue gak tau siapa a, dia gak ngasih tau gue. Dia cuma bilang kalo mas Jom lagi dalam bahaya. Gue emang sahabat bego, bahkan gue gak bisa nyelamatin sahabat sendiri." Selena menutup wajahnya, kali ini dia terisak kembali.

Fajar membelai kepala Selena, dia jadi tidak tega melihatnya menangis. "Lu gak salah, maafin gue ya." katanya yang hanya dibalas dengan anggukan.

Tiga puluh menit telah berlalu, tetapi dokter tak kunjung keluar. Para atlet dan juga Selena semakin sibuk dengan doanya, harapan mereka hanyalah melihat Soraya sembuh dan juga dapat memberitahu siapa pelakunya. Karena jika hal ini dibiarkan terlalu lama, maka akan banyak sekali nyawa yang terancam.

"Saran dari gue kita harus waspada, dengan Aya yang dirawat itu bisa jadi keuntungan buat kita karena rumah sakit gak akan sepi. Tapi sekali kita lengah, nyawa Aya bakal terancam." kata Marcus membuat Fajar dan Selena semakin cemas.

Yang lainnya mengangguk, "Gue setuju, kalo Aya bisa nyelamatin Rian berati dia liat pelakunya. Seenggaknya dia bisa nyebutin ciri-cirinya dan itu bakal jadi ancaman besar buat pelaku." timpal Jonatan.

Kevin yang biasanya banyak bicara kini mendadak menjadi pendiam, sejauh ini Rianpun banyak diam seribu bahasa. Entah siapa musuh yang mereka maksud, tetapi mereka yakin bahwa setelah Soraya maka nyawa Rian masih terus menjadi targetnya.

"Gimana keadaan Aya?" tanya Rian saat melihat dokter keluar dari ruangan.

"Kami dapat mengeluarkan peluru, tidak ada yang perlu dicemaskan. Karena beberapa hari lagi nona Soraya akan segera siuman." jawab dokter membuat semua orang yang mendengarnya dapat bernafas lega. "Saya permisi." pamitnya.

Tak lama Soraya dipindahkan ke kamar VIP, semua orang memasuki ruangan. Di dalam mereka menatap Soraya iba, bayangan tentang kegilaan Soraya melintas di pikirannya.

"Kita harus buat jadwal jaga." kata Rian, "Sebagus apapun pengamanan disini, tapi ngeliat dia bisa masuk pelatnas berati dia cerdik." lanjutnya yang dibalas dengan anggukan.

"Gue mau jaga sekarang." kata Selena mantap, sungguh dia tidak ingin meninggalkan sahabatnya sendirian.

"Lu sama gue jaga sekarang, yang lain bisa pulang." kata Rian mantap namun tidak mendapatkan persetujuan.

"Gue kakaknya dan gue mau ngejagain Aya." kata Fajar tidak terima, sebelum orang lain yang menjaga, dialah yang lebih berhak untuk berada di sisi Soraya.

"Hari ini kita semua bakal ada di sini." kata Marcus yang langsung mendapatkan anggukan.

"Fajar sama Rian udah jadi target mereka, itu bakal jadi malapetaka buat Selena." timpal Kevin.

"Gue setuju, harusnya orang lain yang ngejaga Aya. Tapi kalo lu semua tetep pengen nungguin Aya, berarti harus ada orang lain lagi yang ngejagain lu pada. Dan itu gak bisa satu orang." kata Jonatan.

Ginting yang sedari tadi hanya mengangguk kini mengeluarkan pemikirannya, "Menurut gue kalo yang ngejaga Aya cuma sedikit, nanti dia bakal berusaha mengecoh. Sekarang kita harus bikin strategi, dan Selena gak boleh terlibat."

Awalnya Selena menolak, bagaimana bisa dia harus berdiam diri dan menyaksikan semuanya begitu saja. Tetapi atas penjelasan Kevin dan juga Fajar akhirnya dia mengerti, lagi pula Rianpun tidak diijinkan membantu. Karena target utama adalah Rian, maka tentu saja ini akan sangat berbahaya bagi dirinya.

Tanpa menunggu lama mereka mulai membuat rencana, sering sekali perdebatan kecil terjadi namun dengan cepat masalah itu dapat terselesaikan. Untuk kali ini mereka sepakat untuk melewati turnamen yang akan dihadapi dan berusaha untuk meminta ijin dari pelatih. Mereka harap pelatih akan mengerti, karena jika ada apa-apa maka pihak bulutangkislah yang akan dirugikan.

"Gue gak akan bener-bener diam." gumam Rian yang masih terdengar oleh Selena.

"Sama mas, gue gak bisa ngebiarin sahabat gue tergeletak gak berdaya." balas Selena yang dijawab dengan anggukan.

Biarkanlah Fajar, Ginting, Jonatan, Kevin dan Marcus menjalankan strategi sesuai rencananya. Tetapi jika ada sinyal bahaya yang tertangkap oleh Rian maupun Selena, mereka akan menuntaskannya lebih dulu. Apalagi Rian merasa sangat bertanggung jawab dengan kejadian ini, nyawa Soraya dalam bahaya karena dirinya.

"Gue ingetin sekali lagi, lu Jom sama Selena gak boleh ikut campur! Kita kek gini karena gak mau lu kenapa-napa." tegas Fajar dengan tatapan tajam.

Selena mengangguk, tapi tidak dengan Rian. "Jar, lu gak sadar kalo lu juga dalam bahaya? Lu gak inget kajadian di rumah lu?" tanya Rian bertubi-tubi.

Mereka menepuk dahi secara kompak, bagaimana bisa mereka melupakan hal itu. Jika sudah begini maka Fajar hanya difokuskan untuk menjaga Soraya, sisanya akan ditangani oleh mereka yang tidak menjadi sasaran pelaku.

"Kita udah sepakat, semoga kita gak harus ngejalanin rencana ini." kata Marcus setelah selesai membuat berbagai macam rencana.

"Saran gue mulai sekarang kita gak boleh bener-bener percaya sama orang lain, karena sekarang kita gak tau mana kawan mana lawan." Ginting menambahkan.

Dalam ruangan bernuansa putih dengan aroma obat yang semerbak, mereka bertekad untuk saling menjaga satu sama lain. Tidak ada lagi kejadian yang menimpa Soraya, rantai kejahatan ini harus segera diputuskan.

'Siapapun pelakunya, gue gak akan ngebiarin dia bernafas dengan leluasa!' batin Rian.

°°°
Hola gaes.
Bagaimana dengan part ini? Strategi apa sih yang bakal dipake sama mereka? Pastinya bukan strategi ngebuat mantan ngajak balikan ya😂

Penasaran sama kelanjutannya? Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya😚

TFR💕

Dibalik Bulu Angsa [✓]Where stories live. Discover now