35. ITB (Insiden Tak Berdarah)

269 24 2
                                    

Soraya terus mengerucutkan bibirnya, wajahnya sangat terlihat kesal, bahkan sering sekali gerutuan keluar dari mulutnya. Fajar yang melihat tingkah adiknya hanya dapat terkekeh, bukannya bertanya dia malah membiarkan Soraya mengeluarkan berbagai macam umpatan dan menunjukan ekspresi sesuka hatinya.

"Aa kampret! Bukannya nenangin malah ketawa!" ketus Soraya, matanya menatap tajam kearah Fajar.

Ditatap seperti itu Fajar hanya dapat tersenyum senang, "Lagi muka lu kenapa tegang kek gitu? Lucu aja coba." jawabnya lalu tertawa kembali.

"Dasar abang durhaka! Nyebelin banget sih lu, lu gak kesian apa ngeliat kak Rian sama gue panik? Kalo mau dateng ngomong dulu kek, jadi gue bisa tau. Gak usah pake acara ngagetin segala." cerocos Soraya sambil berkacak pinggang, mirip seperti emak-emak yang sedang memarahi anaknya. Bedanya dia tidak memakai baju kebangsaan. Daster.

"Ya guekan mana tau kalo lu lagi tegang." kata Fajar kelewat santai, hal itu membuat Soraya gemas hingga satu cubitan mendarat di pinggangnya.

"Lu tuh ya minta di cincang sama gue, terus itu tangan kenapa bisa kotor? Serem gue liatnya." tanya Soraya masih dengan raut kesal.

Tangan yang mengejutkan Soraya adalah milik Fajar, masih teringat jelas bagaimana hebohnya dan teriakan melengking yang dihasilkan oleh pita suara Soraya. Fajar yang tidak tahu-menahu langsung mendapatkan omelan, bahkan Rianpun turut menjitak kepalanya.

"Tadi gue abis push up di lapang sepak bola, kebetulan lagi becek. Jadi ya kotor." jawab Fajar apa adanya.

Soraya mendengus, meskipun kenyataannya semua baik-baik saja tetapi dia masih kesal dengan tingkah kakaknya. Untung saja dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung, bisa kejang-kejang dia kalau itu terjadi.

Saat Fajar dan Soraya mulai tenang, Rian masih dalam keadaan diam. Menonton partner dan adiknya memang menimbulkan sebuah rasa tersendiri dalam diri Rian, setidaknya dia bisa membayangkan kebersamaannya dengan adiknya jika masih hidup.

"Hai." sapa seorang perempuan cantik dengan baju olahraganya.

Fajar, Rian dan Soraya langsung menatap sumber suara, sontak ketiganya langsung mengernyitkan dahi.

"Hai kak, terakhir ketemu pas di rumah ya." sapa Soraya yang lebih dulu tersadar, tangannya terulur untuk menyambut kedatangan perempuan itu.

"Oh lu adeknya Fajarkan? Makin cantik aja." katanya dengan senyuman ramah.

"Kak Viola juga cantik kok. Btw lu ngapain kesini?" tanya Soraya langsung pada intinya, sedangkan Fajar dan Rian hanya dapat menyaksikan ke-SKSDan Soraya kepada seseorang yang bahkan tidak mengenalnya sama sekali.

"Gue kesini mau ketemu sama dia." jawab Viola sambil melirik ke arah Rian, yang dilirik langsung membuang muka.

Soraya memutarkan kedua bola matanya, Fajarpun merasa gemas dengan tingkah laku Viola yang tidak tahu malu itu. "Ada urusan apa sampe lu mau ketemu si Jom?" tanya Fajar datar, sungguh dia malas jika harus berurusan dengannya lagi.

"Ada yang mau gue omongin." jawab Viola tak kalah datar, "Btw lu sehatkan?" tanyanya kepada Rian sambil bergelayut tanpa mempedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya tidak suka.

Melihat hal seperti itu membuat hati Soraya menjadi panas, diapun yakin bahwa Rian tidak suka diperlakukan seperti itu. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang terlihat tidak nyaman. "Kakak kenal banget ya sama kak Rian?" tanya Soraya berusaha menghentikan aksi Viola yang tentunya mempermalukan Rian.

"Deket banget, bahkan gak ada satupun orang yang tau semua tentang Rian kecuali gue." jawab Viola angkuh, matanya menatap Soraya lekat. Entah apa yang ada dipikirannya, namun Soraya berusaha menghiraukan semua itu.

Tiba-tiba atmosfer di sekitar Soraya menjadi panas, ayolah mengapa perempuan yang ada di depannya sangat menjijikan. Terlihat murahan sekali, sangat disayangkan wajahnya yang cantik harus tercoreng karena kelakuannya itu.

"Ngobrolnya di kantin kuy, gak enak jadi pusat perhatian." kata Soraya yang dihadiahi dengan tatapan tidak suka dari Viola, tetapi dia tetap menyetujui permintaan itu. "Lu sodaranya kak Rian?" tanya Soraya saat berjalan.

"Bukan, gue mantannya. Tapi otw jadi ceweknya lagi." jawab Viola penuh percaya diri, Fajar dan Soraya yang mendengarnya langsung merinding.

Sisa perjalanan dilalui dengan saling berdiam diri, rasanya Soraya malas bertanya-tanya jika jawaban yang dia dapat selalu membuatnya mual. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan perempuan yang sangat tidak punya malu seperti Viola.

"Biar gue yang mesenin." kata Soraya sesampainya di kantin.

"Jangan, gue aja." cegah Viola, "Gue yakin lu pasti capek." lanjutnya sambil menampilkan deretan gigi yang rapih.

Fajar dan Rian tetap terdiam, mereka membiarkan kedua gadis dihadapannya saling bertingkah seperti seseorang yang telah kenal dekat. Meskipun terkadang mereka saling melempar tatapan tidak suka, tetapi setidaknya Fajar dan Rian tidak harus mengeluarkan energi dengan berbicara yang tidak penting.

"Nasi goreng spesial sama telur mata sapi setengah mateng, itu makanan kesukaan lu kan Rian? Gue pesenin ya." kata Viola, namun tidak ada satupun jawaban yang dia dapatkan. "Setelah tiga tahun gue masih inget semua yang lu suka, bahkan gue masih nyimpen barang-barang kenangan kita. Kek ini." lanjutnya sambil menunjukan gantungan kunci berbentuk kartun Iron Man.

"Lu mau bernostalgia apa mesen makanan? Mending gue aja yang mesen." kata Soraya jengah, semakin lama dia semakin jijik dengan tingkah Viola itu.

Viola mendengus sebal, baginya Soraya hanyalah sebuah parasit yang mengganggu hubungannya dengan Rian. "Gue yang mesen, lu mau apa?" tanya Viola ketus.

"A Fajar mau bakso sama teh manis anget, gue nasi goreng pedes sama susu coklat." jawab Soraya mewakilkan Fajar, dia tahu persis kalau Fajar tidak ingin berurusan dengan perempuan itu.

Dengan segera Viola meninggalkan mejanya dan memesan makanan, mata Soraya tidak lepas dari punggung Viola. Entah mengapa kehadirannya membuat Soraya merasakan tanda-tanda bahaya.

"Kenapa?" tanya Fajar setelah sekian lama bungkam.

"Gue heran aja, kenapa dia maksa banget buat mesen makanan." jawab Soraya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Gue gak betah." ketus Rian, sedari tadi wajahnya terus memerah menahan amarah.

Soraya membiarkan Fajar dan Rian larut dalam pembicaraan yang tidak dia mengerti, biarkan sekarang dirinya fokus mengawasi perempuan genit itu. Setelah berbagai macam kejadian yang terbilang ekstrim itu membuat Soraya tidak dapat mempercayai siapapun.

"Kok dia gak balik-balik?" tanya Soraya heran tetapi tidak mendapatkan jawaban.

Tanpa pikir panjang Soraya berniat untuk menghampiri Viola, tetapi baru saja dia berdiri yang ditunggu telah hadir dengan membawa sepiring makanan dan segelas capuccino.

"Rajin banget lu sampe bawa makanan sendiri." kata Soraya sambil menerima makanan yang diberikan oleh petugas kantin.

Viola hanya tersenyum simpul, "Ini spesial buat Rian. Gue yakin dia gak akan bisa ngelupain masakan ini seumur hidupnya." katanya sambil terus menatap Rian.

"Aaa." kata Viola sambil berusaha menyuapkan sesendok nasi ke mulut Rian.

Entah ada angin dari mana, dengan lancang Soraya menjatuhkan sendok yang dipegang oleh Viola. Belum sempat Viola mengeluarkan sumpah serapah, Soraya langsung menyuapkan beberapa sendok nasi goreng dari piring yang dipegang oleh Viola.

Hening.

Dugaan Soraya tidak pernah meleset, ada sesuatu dibalik senyuman Viola. Beberapa saat setelah itu gelap. Soraya pingsan dengan busa yang memenuhi mulutnya.

°°°
Hola gaes.
Soraya lagi yang jadi korban gaes, beruntung sekali mas Jom ini:')

Penasaran sama kelanjutannya? Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya😚

TFR💕

Dibalik Bulu Angsa [✓]Where stories live. Discover now