NAMAKU MEI

4.7K 302 1
                                    

Senin pagi Dafin bersiap untuk berangkat sekolah. Satu per satu perlengkapan sekolah sudah diabsennya dan dimasukkan ke dalam tas. Sebelum itu Ia lebih dulu menyiapkan sarapan untuk anggota keluarganya.

Dafin tersenyum saat memasukkan bekal yang disiapkannya tadi diam-diam. Tadi Ia memasak nasi goreng untuk menu sarapan pagi. Karena takut nanti perutnya berulah, Dafin terpaksa memasukkan sisa nasi goreng di wajan ke kotak bekal.

Dilangkahkan kakinya keluar kamar dengan tas yang digendong di punggungnya. Langkah Dafin terhenti kala melihat pemandangan sarapan pagi anggota keluarganya. Karena letak dapur, ruang makan, dan kamarnya yang berdekatan, membuatnya melihat dengan mudah pemandangan indah itu. Dafin terdenyum tipis, lantas melangkah ke pintu belakang.

Seperti biasa. Dafin berangkat ke sekolah dengn berjalan kaki. Sudah biasa baginya. Walaupun dengan jarak sekolah dan rumahnya yang terbilang jauh, tidak membuatnya surut untuk terus mnuntut ilmu. Semata-mata agar ayahnya bisa meliriknya.

Salah satu harapan Dafin,Ia ingin melihat ayahya nanti ada dalam acara perpisahan sekolahnya. Tersenyum padanya dan bangga akan prestasinya. Sungguh. Membayangkannnya saja hati Dafin mengahangat. Ia berharap, harapan ini tak akan sama dengan harapan-harapan lainnnya. Pupus sebelum semua dimulai.

Pagi ini langit terlihat ceria. Awan-awan putih menghiasinya. Dan lihat,mentari menyinari sedikit demi sedikit angkasa yang telah berganti. Dafij hanya tersenyum. Baginya pagi hari ini atauoun pagi lalu atau juga pagi yang akan mendatang tetap akan mebjadi pagi seperti biasanya. Tidak ada yang sitimewa atau spesial di pagi atau hari-harinya selanjutnya.

Tak apa baginya. Dekat dan bisa menatap orang yang disayang, Ia bahagia. Sungguh. Amat bahagia. Meskipun ayahnya membencinya, tapi Dafin tetap menyayangi ayahnya.

Crat

Langkah Dafin terhenti saat air genangan di bahu jalan mengguyur tubuhnya. Dafin pun hanya bisa menatap nanar baju seragamnya yang basah dan kotor itu. Ia tidak punya seragam lagi. Hanya ini satu-satunya seragm sekolah yang dipunyanya. Ia juga tidak punya uang untuk membelinya lagi.

Mobil yang menyebabkan genangan air itu mengguyur tubuhnya berhenti. Dafin memperhatikan plat nomor kemdataan itu. Deg. Itu adalah mobil ayahnya.

Apa Ia salah lihat? Atau memang benar itu adalah ayahnya? Plat kendaraan itu sama persisnya dengan mobil punya ayahnya. Tidak mungkin juga itu hanya kebetulan karena plat nomor yang sama. Bykankah setiap kemdaraan mempunyai plat nomor yang berbeda-beda.

Dafin menundukkan kepalanya. Seragamnya benar-benar basah. Bykan cuma basah. Tapi jyga kotor. Dafib menatap sepatu lusuhnya. Sepatu satu-satunya yang dipunyanya. Tidak ada lagi. Dafin kembali mengangkat kepalanya, Ia tidak boleh berdiam diri seperti ini.

Kemudian Dafin melanjutkan langkahnya yang tadi terhenti. Ia akan membersihkan seragamnya nanti di toilet sekolah. Masalah bersih atau tidaknya Ia enyahkan dahuku. Yang harus Ia lakuka hanyalah smpai ke sekolah. Meskipun seragamnya tak akan bersih seperti semula.


<P A T E R ?>




Tepat dugaannya. Seragamnya tidak bisa bersih seperti semula. Bagian name tage yang paling kotor dan terlihat lusuh karena tadi di kucek.

Bel masuk sebentar lagi berbunyi. Dafin ragu-ragu untuk keluar dari toilet. Ia pasti akan diledek karena seragaknya yang kotor.

Tapi bagaimana lagi. Ia tidak punya cukup uang untuk membeli yang baru. Hanya ada sepuluh ribu di sakunya. Itu pun untuk membeli nasi saat pulang sekolah nanti.

Dafin keluar dari toilet bertepatan dengan bunyi bel masuk pelajaran. Dafin berusaha untuk menguatkn diri. Ia sudah tau bagaimana reaksi semua teman-teman kelasnya.

Sesampainya di kelas,Dafin menjadi pusat perhatian. Setiap langkahnya dihitung dengan kalimat cemoohan. Kalimat yang sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.

Tak perduli dengan sekitarnya. Dafin memilih untuk menenggelamkan keoalanya di atas lipatan tangan. Sepertinya guru di jam pelajaran pertama tidak akan masuk.

Khem

Deheman kecil itu membuyarkan imajinasi Dafin. Sedari tadi, kepalanya memang ditenggelamkan dalam lipatan tangan, tapi otaknya berimajinasi tentang semua harapannya.

"Hai... "

Dafin menyatukan kedua alisnya saat melihat teman satu kelasnya mendatanginya dan menyapanya. Dia Almeira. Biasa di panggil Mei. Gadis cantik, pintar, baik, dan selaku manjadi kebanggan sekolah. Bisa dibilang Mei ini adalah most wanted di sekolahnya. Siapa yang tidak kenal gadis ini. Anak dari ketua yayasan sekolahnya.

Khem

Mei kembali berdehem dan berhasil membuyarkan lamunan Dafin. Tadi imajinasinya, sekarang lamunanya. Buyar semua yang dipikirannya.

"Mei." Uluran tangan itu terarah lada dan untuk Dafin. Tapi Dafin sekaan tidak tahu atau memnag pura-pura tidak tahu. Jelascjelas uluran itu di depannya. Tapi bukannnya bas menjabat, Dafin malah lebih fokus pada wajah bersih nan putih milik Mei.

"Namaku Mei! "

Dafin mengerjapkan matanya kala mendengar suara Mei yang meninggi. Itu sedikit membuatnya terkejut. Setahunya, Mei memiliki suara yang selembut sutera.

"Em maaf, tapi kamu tidak membalas perkenalanku atau kamu memang tidak mau berkenalan denganku? " Mei hendak menarik kembali uluran tangnnya.Tapi semua terhenti saat tiba-tiba Dafin membalas uluran tangan itu.

"D.. Dafin. "

"Tidak perlu canggung atau takut. Aku tahu kamu Dafin. Laki-laki pendiam dan suka menyendiri, " ucap Mei dengan senyum manisnya.

Entah mengapa dan kenapa dengan perasaan Dafin. Melihat senyum yang ditunjukkan Mei padanya membuat hatinya berdesir hangat. Jantungnnya seakan bermaraton. Dan Ia juga merasa pipinya mulai memanas.

"Dafin, pipi kamu kenapa? Kok merah? " tanya Mei.

"Ti..tidak apa-apa. "

Dafin kembali menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan. Ia malu. Sungguh perasaan apa ini?

Tapi ada yang aneh. Dafin merasakan nafas seseorang di sebelahnya
Melalui celat di balik lipatan tangannya,Dafin mengintip. Ia terkejut. Ternyata Mei yang berada di di sebelahnya dengan posisi wajah menghadapa ke arahnya.








____________________________________

Update lagi, terima kasih buat kalian yang setia nungggu PATER?
Jangan lupa buat vote and koment.
Terima kasih

P A T E R ? [Terbit]Where stories live. Discover now