KEMBALI

4.1K 303 8
                                    

⚠️Hati-hati ada typo:v

Dafin berlari dan terus berlari. Laju lariny ditambah lahi saat sudah dekat dengan komples perumahannya. Bertambah lahi saat meliaht gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Dafin mengatur nafasnya sebentar di deoan gerbang. Kemudian perlahan membukanya dengan sangat hati-hati dan was-was.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Di mana Ia telat satu jam pulang sekolah. Seharuanya Ia pulang teoat jam enpat sore. Tapi karena terlalu menikmati suasana di perpustakaan bersama teman barunya. Jadilah Dafin telat pulang ke rumah.

Kini Dafin hanya bisa berdoa,semoga ayayhnya belum pulang dari kantor. Semoga. Semoga saja.

Dibukanya pintu belakang. Dafin perlahan memasuki dapur. Langkahnya dibuat sepelan mungkin dan tidak menimbulkan suara. Ia takut. Ia takut jika ayahnya memergokinya pulang terlambat.

"Dari mana kamu?! " Suara bariton itu mengagetkannya dan berhasil menghentikan langkahnya.

Dafin berbalik dan dengan perasaan takut menatap wajah sang ayah yang sudah merah padam. Donya tidak terkabul. Pasrah. Dafin pasrah jika malam ini Ia akan mendapat hukuman dari ayahnya.

"Jawab! "

"S... Sekolah ayah, " ujar Dafin terbata.

Baru beberapa detik ucapannya tadi,tamparan keras mendarat sempurna di pipinya. Dafin memejamkan matanya dan menghela nafasnya.

"Masuk kamar! Ibu saya akan ke sini dan kamu tidak boleh keluar kamar sebelum saya yang mnyuruhmu untuk keluar!"

Dafin menganggukkan kepalanya. Setidaknya Ia akan terbebas dari hukuman mematikan dari sang ayah karena terlambat pulang sekolah.

Kemudian Dafin memasuki kamarnya. Bersiap untuk menyibukkan diri dan berdiam diri di kamar sendirian lagi. Sudah biasa baginya,jika keluarga besar ayah datang. Maka yang dilakukannya adalah di kamar sendiri dengan sepi.

Ayah tidak akan pernah mau jika Dafin berada di tengah-tengah keluarga besarnya. Jangankan ditengah-tengah, meskipun di linggir pun ayahnya akan marah. Bahkan sangat.

Sebelum itu, Dafin sempatkan dulu untuk membersihkan diri. Baru setelahnya Ia mendengar suara kunci yang diputar. Bahkan ayahnya terburu-buru menguncinya di kamar. Keluarga besarnya pasti akan datang saat jam makan malam. Dan ini masih jam enam sore. Pintu kamarnya sudah terkunci rapat.

Perutnya perih karena belum makan apa-apa dari pagi. Tenggorokannya juga kering. Dafin mendekati tas sekolahnya,berharap air yang dibawanya tadi pagi masih tersisa.

Dafin menelan ludahnya, air dalam botol yang Ia isi tadi udah habis tak tersisa. Bagaimana ini? Tenggorokannya butuh aliran.

"A-ayah? " panggil Dafin sambil mengetuk pintu kamarnya. Tidak ada jawaban yang merespon.

"Ayah buka pintunya Yah, Dafin pengin minum. "

Pasrah. Dafin akhirnya memutuskan tidur di tikar kusamnya. Ayahnya tidak akan dengar, bahkan jika mendengarpun ia pasti tidak mau membukakan pintu untuknya.

***

Suara tawa membangunkannya dari tidur. Dafin mengucek matanya. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Itu artinya semua anggota keluarganya tengah makan malam bersama.

"Ayah bangga sama kamu Ryan. "

Deg.

Bukan. Bukan suara ayahnya yang membuatnya terdiam. Tapi nama yang Ia dengar tadi akhir kalimat sang ayah. Ryan.

Dafin bangkit. Ia merapatkan tubuhnya di pintu kamar. Berusaha mendengar suara-suara di luar sana dengan seksama.

"Makasih ayah, "

Hingga suara itu membuat kerja jantungnya tak normal. Dia kembali. Dafin tersenyum. Ia bahagia. Seseorang yang telah lama dinantinya kini kembali. Seseorang yang begitu ia rindukan kehadirannya.

"Dafin rindu kak... "

Mata Dafin terpejam. Membayangkan wajah seseorang yang telah lama dinantinya. Seseorang yang duku pernah berjanji padanya. Seseorang yang menjadi alasannya untuk tetap bertahan dengan ayahnya.

Terlihat dua anak kecil berusia sembilan tahun dan enam tahun. Mereka menunduk menatap gundukan tanah merah yang terlihat masih baru. Keduanya sama-sama larut dalam kesedihan yang mendalam. Sosok wanita yang mereka cintai kini telah berpulang.

Di samping kedua anak itu,berdiri seorang pria yang mengenakan kaca mata hitam. Kondisinya sama, meskipun matanya tertutup kaca mata, semua tak akan pernah bisa ditutupi jika sebenarnya mereka tengah bersedih.

Tiba-tiba pria itu menarik baju salah satu anak itu. Geraman terdengar sangat mengerikan di telinga si bocah berusia enam tahun.

"Anak pembawa sial! Gara-gara kamu istri saya meninggal! Saya BENCI kamu. "

Bocah itu tersungkur di atas gundukan tanah merah. Sementara itu seorang anak lainnya tampak membantu bocah itu untuk bangkit.

Pria yang tadi sudah melenggang pergi. Meninggalkan dua orang anak di area pemakaman.

"Dek kamu gak papa? "

"Dafin gak papa kak, " ujar Dafin kepada Ryan kakaknya.

Kemudian mereka saling memeluk satu sama lain. Menyalurkan semua kesedihan mereka bersama. Membiarkan air mata itu terus mengalir hari ini.

"Adek udah bikin bunda meninggal ya Kak? "

"Hus, bukan adek. Ini emang udah takdir. Adek nggak boleh kaya gitu. Sekarang adek doain bunda biar tennag di sana. " Ryan mengusap suari sang adik. Ia hatus dituntut untuk dewasa sebelum umurnya. Kenyataan yang merenggut semua kebahagiaannya.

"Kak?"

"Iya. "

"Jangan tinggalin adek. "

"Kakak janji. Apa pun yang terjadi kakak nggak bakal tinggalin adek. "

Senja menjadi saksi janji kakak kepada adiknya ditemani nisan-nisan yang tertancap dalam tanah. Matahari betpamit di peranduannya. Dua anak itu bangkit lantas pergi meninggalkan area pemakanan yang menjadi tempat di mana janji itu terucap.

Netra Dafin kembali terbuka. Dadanya sesak saat kenangan masa lalunya terlintas. Peristiwa di mana kakaknyaberjanji tak akan meninggalkannya. Tapi ternyata. Lima tahun lalu kakaknya meninggalkannya. Pergi ke negeri sam dengan alibi menuntut ilmu.

Tapi Dafin tidak sebodoh itu. Kakaknya menghindar darinya. Kebencian kakaknya timbul setelah kejadian itu. Kejadian yang membuatnya lebih dibenci ayahnya.

Setetes embun meluncur di pipi mulusnya. Dafin terisak dalam diam. Ia sangat kecewa dengan kakaknya yang telah ingkar janji.

"Abang ayo jemput adek..."



^^^

Hola:)
Apa kabar semua? Baik? Alhamdulillah.

Mon maap author baru update. Kemarin-kemarin sibuk pake banget. Tapi yang oenting udah update. Oke?

Semoga suka:) thanks...

P A T E R ? [Terbit]Where stories live. Discover now