RYAN

4K 292 27
                                    

Assalamualaikum, semua....
Halo teman-teman, adakah yang rindu dengan Dafin?

Sebelumnya aku minta maaf atas alur yang kemarin sempat bengkok sedikit. Di mana pada part sebelumnya muncul tokoh bernama Farrel. Padahal part sebelumnya lagi tidak ada tokoh Farrel itu.

Jadi di sini aku mau jelasin semuanya. Sebenarnya Farrel memang ada dalam cerita ini, tapi aku LUPA publikasikan part di mana si Farrel muncul. Sumpah ya, aku aja bingung sendiri. Lho ini kenapa jadi begini? Dan part itu juga udah kelewat lama, aku baru sadar huwa 😭

Aku minta maaf sama kalian, dimaafin nggak? Dan juga aku mau tanya, ini cerita sebaiknya diapain? Gak papa kalian ketingalan satu part?

#yang pengin lanjut koment
#yang pengin marah koment
#keluarin unek" kalian

Jujur aku juga malu heheh, aku lupa banget. Dan lupanya itu bisa kebangetan banget 🤣

Oke, happy reading guys.... :)



P A T E R ?



Netranya memandang sekeliling kamar kecilnya. Diliriknya jam yang menunjukan pukul satu dini hari. Dafin menghela napas, dia merasa lapar untuk saat ini. Dan dia baru menyadari jika dari sepulang sekolah, dia belum makan barang sesuap nasi pun.

Dafin melangkah keluar kamar dan menuju ke dapur. Mungkin dia akan memakan sesuatu di sana. Dafin mendekati meja makan yang sudah bersih tidak ada apa-apa. Tiba-tiba Dafin teringat akan mie instan yang disediakan ayahnya khusu untuknya. Dafin tersenyum, lantas membuka salah satu lemari makan. Diambilnya satu mie instan rasa ayam bawang. Dafin meneliti kemasan dari mie instan tersebut, dahinya mengernyit saat mengetahui tanggal kadaluarsa dari mie instan tersebut yang bisa dibilang sudah dekat.

"Satu bulan lagi? " Dafin menatap lemari yang berisi mie instan. Stok mie instan itu cukup banyak, Dafin mengambil lagi mie instan lainnya. Dilihatnya tanggal kadaluarsa yang sama dengan mie instan sebelumnya.

Dafin menghela napas, "Sepertinya aku harus makan mie instan ini selama satu bulan, biar gak mubazir." Kalimat itu keluar dari mulutnya begitu pelan, hingga mungkin tidak akan ada yang mendengarnya.

Dengan telaten dan penuh kehati-hatian, Dafin mulai memasak mie instan itu. Dia takut mengganggu orang rumah yang tengah tertidur dengan suara alat-akat masak yang saling beradu. Setelah selesai, Dafin menatap bangga dengan hasil masaknya. Ya, meskipun hanya mie instan, tapi tetap saja memasaknya menggunakan kompor sebagai pemanas.

Dafin duduk di lantai dapur, dia terlalu takut untuk duduk di meja makan. Merasa tidak pantas, dan lagi pula dia memang selalu tidak pantas untuk menerima yang sepantasnya. Mie instan rasa ayam bawang itu bagai makanan paling lezat yang disantapnya. Meski ayam bawang itu tidak terasa nyata, karena dalam bentuk serbuk, tetap saja Dafin menikmatinya begitu hidmat.

Selesai dengan urusan mengisi perutnya, Dafin mencuci alat-alat dapur yang di pakainya. Jangan sampai ada yang tertinggal atau tidak bersih, aka jadi maslaah serius nantinya jika itu sampai terjadi.

Saat Dafin berbalik, berniat untuk kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidur yang sempat terhenti karena kelaparan. Seseorang telah berdiri dengan memasukan kedua tangannya ke dalam saku piyama.

"Ngapain? "

Bibir Dafin kelu, dia ingin sekali menjawab pertanyaan itu. Akan tetapi rasa cemas menggerayaminya.

Ryan menaikan satu alisnya, menunggu jawaban yang akan disampaikan oleh adiknya. Sedetik kemudian, Ryan berdehem karena tak kunjung mendapat respon dari si objek.

"Anu kak, t-tadi... "

"Kamu nggak gagap. "

Dafin menatap kakaknya, dia meremat kedua tangannya yang sudah dingin. Dafin juga menggigit bibir bawahnya guna menetralisir kecemasannya. Ingin sekali dia masuk ke dalam rengkuhan kakaknya itu, agar bisa menyuarakan apa yang sebenarnya menjadi beban di hidupnya.

"Dafin tadi makan. "

"Mie instan? " tanya Ryan yang diangguki Dafin.

Ryan menghela napas, merasa sangat canggung dengan kondisi sekarang. "Dafin. "

Dafin menatap kakaknya yang tadi memanggil namanya.

"Kakak rindu sama kamu," kata Ryan datar tanpa ekspresi.

Dafin melongo dengan ucapan kakaknya. Di mana-mana orang yang mengutarakan rindu itu, pasti akan menampilkan wajah sendu atau mungkin ekspresi lain kecuali datar bak triplek.

Ryan menarik Dafin ke dalam pelukannya. Menenggelamkan kepala adiknya di dada bidangnya, seakan takut kehilangan sosok yang sangat disayanginya. Tak beda sang kakak, Dafin lebih erat mendekap punggung kakaknya. Rasa entah sudah berapa lama dia tidak menyentuh punggung tegap ini.

Tangisnya pecah, inilah yang dia inginkan. Dafin kembali merasakan apa itu pelukan keluarga. Meski tidak dari ayahnya, setidaknya kakaknya siap memberikannya.

Ryan melepas pelukannya, ditatapnya wajah sang adik yang sembab karena air mata,"Jangan menangis." Ryan mengusap kedua pipi Dafin yang dibanjiri air mata.

Ryan terkekeh, "Kakak sangat merindukanmu. " kali ini kalimat itu terlontar dengan senyum hangat yang terlempar.

"Maafkan kakak, kakak tidak bisa bersikap baik padamu saat di depan ayah. Kamu pasti tahu alasannya, bukan? "

Dafin mengangguk, dia sangat tahu mengapa ayahnya melakukan ini. Tanpa dirinya diberitahu, tetap saja Dafin akan tahu dari segala hal yang telah terjadi. Ayahnya terlanjur membencinya, untuk melihatnya bajagia saja ayahnya segan. Maka hal yang bisa dilakukan Dafin hanyalah diam, meski ayahnya benci. Dafin tetap menyayangi pria itu, pria yang telah sudi memebesarkannya setelah kejadian beberapa tahun silam. Dafin tahu, ayahnya tersiksa dengan rasa kehilangan.

Dafin menatap kakaknya, lebih tepatnya di manik hitam kelam milik sang kakak. Menikmati wajah yang telah lama dirinya rindukan. Sama halnya dengan Dafin, Ryan pun melakukan hal yang sama. Kedua tangannya memegang erat kedua lengan Dafin dengan sayang. Terpisah beberapa tahun membuatnya teramat rindu dengan adiknya ini.

Ryan tersenyum, begitu juga Dafin. Mereka menikmati malam di dapur ditemani peralatan masak yang menjadi saksi dua saudara saling mengutarakan rindu. Sebelum akhirnya suara tombol lampu mengejutkan keduanya.

Klik



###

Oh iya, aku mau tanya. Kalian tahu gak Pater artinya apa?

Koment, oke?
Vote, oke?

Salam kenal dari author 🤗

P A T E R ? [Terbit]Where stories live. Discover now