TENGGGELAM

4.7K 310 15
                                    

Assalamualaikum....

Maapin yang ngaret, gak bisa up cepet:v

Kalian umur berapa?(kepo hehe)

Happy Reading and sorry for typo:)

P A T E R ?

Hari minggu mungkin menjadi hari yang sangat dinanti oleh remaja lainnya. Tapi tidak untuk Dafin, dia lebih senang bersekolah. Meskipun keadaannya di sekolah tidak jauh berbeda jika di rumah, tapi Dafin bersyukur karena masih ada Farrel dan tentunya Mei.

Di rumah pada hari minggu seperti ini, Dafin akan menjadi putri cinderella. Tahu, bukan? Lebih tepatnya pembantu yang yang disuruh oleh ibu tirinya.

Meski begitu, Dafin tak bisa berbuat apa-apa. Ayahnya saja hanya dim dan setuju akan perilaku Melani yang kerap memperlakukannya layaknya pembantu kerja rodi.

Seperti sekarang, Dafin tengah mengepel lantai ruang tamu. Sebelumnya di telah mencuci piring,mencuci baju, dan menyiram tanaman. Tak ad asatu pun pembantu di rumah ini yang membantunya, bukannya tidak ada yang mau, tapi dilarang keras oleh ibu tirinya.

Setelah ini Dafin masih harus beberes rumah dan tetek bengeknya. Bahkan kolam renang sebelum dibersihkan olehnya. Padahal tadi pagi Melani telah memerintahnya untuk membersihkan kolam renang karena akan digunkan Anjar.

Selesai dengn mengepel lantai ruang tamu, Dafin kembalu ke balakang untuk menaruh alat pel. Setelahnya dia akan membersihkan kolam renang, takut Anjar keburu datang untuk berenang.

"DAFIN...."

Bohong jika Dafin tidak mendengar suara teriakan itu. Bahakn kucing yang sedang diberi makan oleh satpam rumahnya berjengkit dengan syara khasnya.

Buru-buru Dafin menuju ruang tamu, asal suara menggelegar itu. Di sana, sudah ada Melani yang tengah berkacak pinggang sambil menatap lantai ruang tamu yang kotor.

"Ke-kenapa, Ma?"

Melani menatap tajam Dafin,"Kenapa kamu bilang?! Lihat ini! Kamu saya suruh untuk memebersihkan rumah, bukan untuk mengotori rumah!"

"Tapi tadi sudah Dafin bersihkan, Ma."

"Sudah dibersihkan,hmm?" Melani meraih dagu Dafin dengan kasar.

Dafin menggigit bibirnya, menahan ringisan yang kapan saja siap untuk keluar, seiring dengan kuatnya cengkraan pada dagunya.

"Ini kamu bilang yang sudah dibersihkan?!kacang kulit di mana-mana?!"

"Da-Dafin yakin ma, Dafin sudah mem-bersihkannya."

Plak

"Bodoh!"

"Lantai kotor begini masih mengelak sudah dibersihkan?!"

Dafin hanya bisa menundukkan kepalanya, tangan mengepal menahan sesuatu yang sakit di dalam sana. Sesekali kedua matanya memejam guna ikut menahan nyeri yang semakin menyakitkan.

"Bersihkan sekarang!" Setelah itu Melani berlalu meninggalkan Dafin yang hanya bisa menurut membersihkan lantai ruang tamu kembali.

Dafin memunguti kulit kacang yang entah datang dari mana. Dia tidak lupa apalagi pikun, jelas-jelas baru sepuluh menit yang kaku lantai ruang tamu ini selesai dia pel. Dan hanya ditinggal untuk menaruh alat pel saja, sudah ada kekacauan yang membuat harus kerja dua kali.

Tanpa sepengetahuan Dafin, diam-diam Anjar tersenyum miring di balik tembok pembatas ruang tamu dan ruang keluarga. Anjar seakan menadapat kemenangannya.

Selesai membersihkan kukit kacang, mau tidak mau Dafin kembali mengepel lantai ruang tamu. Dafi tahu siapa pelakunya, tapi dia diam dan hanya mengalah. Toh percuma juga kalau dirinya angkat suara, hanya sia-sia dan membuang tenaga. Tak akan ada yang percaya.

Dafin meletakan kembali alat pel di tempatnya, lantai dia melangkah menuju kolam renang. Dafin akan membersihkan daun-daun yang mengapung di atas air kolam renang dengan jaring khusus.

Pegangan jaring itu panjang, jadi bisa menjangkau daun yang berada di tengah kolam. Sebenarnya Dafin sudah merasa lelah dengan tubuhnya ini. Meski hari ini tidak mendapat hadiah atau belum dari ayahnya, Dafin merasa pinggangnya sakit.

Hanya sesekali usapan yang diberikannya untuk pinggangnya yang berdenyut nyeri. Seakan ada yang mengeluh sakit di dalam sana. Tapi ini bukan kaki pertama,sudah sering memang. Namun Dafin merasa sakit pada pinggangnya seakan bertambah nyeri setiap harinya.

Terlebih saat setelah dirinya menerima hadiah dari ayahnya. Lengkap sudah deritanya.

Dafin menyeka keringat jagung yang menetes di pelipisnya. Napasnya mulai memberat dan merasa sesak dadanya. Sepertinya dia membutuhkan obatnya itu.

Dafin merunduk,membungkukkan badannya ke depan, menatap air kolam yang terlihat tenang. Tapi kedua netranya melebar kala melihat sosok Anjar berada di belakangnya lewat bayangan dari air kolam.

BYAR

Hanya satu dorongan saja tubuh Dafin terhuyung ke depan. Tidak ada aba-aba atau pun peringatan. Dafin tidak bisa berbuat apa-apa,saat dirinya sudah basah dalam kungkungan air kola

m yang menenggelamkan tubuhnya hingga leher.

Dafin mengangkat tangannya tinggi, melambai-lambai ke arah Anjar hanya untuk sekedar meminta bantuan. Napasnya kian sesak saat sesekali air kolam masuk ke hidungnya.

"HAHAH.....RASAIN LO!"

Anjar seakan senang dengan has kerjanya tadi. Menatap bahagia tubuh Dafin yang semakin tenggelem ke dalam kolam.

"DAFIN?!"

Anjar menoleh, mendapati Ryan berteriak memanggil nama  orang yang telah tenggelam sempurna ke dalam air.

Namun sebelum tubuh Dafin sempurna tenggelam ke dalam kolam, netranya menatap sayu Ryan di akhir kesadarannya.

Tak mempedulikan Anjar, Ryan memilih untuk melepas sepatunya, lantas tabpa mengatakan apapun langsung menjeburkan dirinya ke dalam kolam. Merengkuh tubuh yang telah terkulai lemas.

Jangan lupa bintangnya ya sayang:)

Mampir hayuk, kalo bisa sih menetap yak jangan cuma mampir hehe:v siapa tau suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mampir hayuk, kalo bisa sih menetap yak jangan cuma mampir hehe:v siapa tau suka. Masih di area familyship kok:)

 Masih di area familyship kok:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
P A T E R ? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang