Chapter 20 : Truth

20.5K 1.2K 54
                                    

Sazuke tertawa renyah ketika Sakura selesai memasangkannya popok membuat Sakura tersenyum kecil lalu membaringkan Sazuke dibox bayinya.

Dengan pikiran yang melayang pada ucapan Naruto, Sakura menggoyangkan box bayi milik Sazuke.

Sejujurnya Sakura sangat ketakutan saat ini, ia takut Gaara akan melakukan sesuatu yang mengerikan terhadapnya atau pun Sazuke.

Andai Sasuke ada bersamanya mungkin ia bisa merasa aman, pria itu benar-benar memberikan pengaruh yang luar biasa dihidup Sakura.

Bicara perihal Sasuke, pria itu belum mengabarinya dan itu cukup membuat ia cemas. Semua hal yang terjadi nampaknya benar-benar memporak-porandakan pikirannya padahal dikehamilannya sangat rentan, ia tak boleh terlalu banyak berpikir hingga stres.

TING TONG....

Sakura mengerutkan keningnya ketika mendengar suara bel diapartemennya seraya melirik kearah jam didinding yang menunjukan pukul 2 dini hari.

Sangat tidak wajar jika ada seseorang yang berkunjung dijam seperti ini kecuali Sasuke tapi pria itu biasanya langsung masuk saja mengingat pria itu tahu berapa password apartemennya.

Suara bel tak henti-hentinya berbunyi membuat Sakura mulai was-was. Ia segera mengambil ponselnya lalu menelpon Naruto namun pria itu tak mengangkat sama sekali.

Jantungnya berdebar ketika terdengar suara gedoran pintu yang sangat kuat seiring dengan pecahnya tangisan Sazuke membuat Sakura mengendong bayi mungil itu.

Dengan rasa paniknya Sakura memeluk erat tubuh Sazuke lalu membawa Sazuke ke dalam sebuah ruangan kedap suara yang biasanya ia gunakan ketika ingin fokus bekerja.

"Semua akan baik-baik saja" Ucap Sakura mengecup kening Sazuke lalu keluar dari ruangan itu.

Sakura memasukan pin pada pintu itu dengan tangan yang bergetar hebat ketika suara kegaduhan didepan pintu apartemennya semakin kuat.

Kembali Sakura meraih ponselnya dan menghubungin Naruto namun panggilannya tak kunjung dijawab hingga akhirnya ia menelpon pihak keamanan apartemennya namun tak juga dijawab.

"Sakura....!!"

Sakura tersentak kaget ketika ia mendengar suara yang begitu familiar ditelinganya yang tak lain adalah suara Gaara membuat ia semakin ketakutan.

Tangan Sakura pun meraba-raba laci dengan terburu-buru hingga ia mengambil sebuah pistol yang ada didalam laci itu.

Sakura menyembunyikan pistol itu dibelakang tubuhnya lalu berjalan dengan ragu dan perasaan ketakutan membuka pintu hingga ia melihat Gaara yang menatapnya dengan sebuah senyuman manis namun lebih terlihat seperti sebuah senyuman iblis.

"Sakura, kenapa kau lama sekali membuka pintu hm?" Tanya Gaara dengan nada yang terdengar aneh ditelinga Sakura.

Tubuh Sakura bergetar pertanda bahwa gadis itu benar-benar merasa ketakutan hingga Gaara tersenyum miring.

"Kenapa kau terlihat ketakutan Sakura?" Tanya Gaara sambil mengusap pipi Sakura dengan gerakan sensual membuat Sakura menggelengkan kepalanya pelan.

"Apa yang ada dibelakang tubuhmu Sakura?" Tanya Gaara sambil memegang dagu Sakura sementara Sakura nampak memancarkan ketakutan dimatanya.

"Kau ingin menembak ku Sakura? Kenapa? Bukankah kita teman?" Tanya Gaara dengan seringai iblisnya membuat air mata ketakutan Sakura menetes.

"Kenapa kau menangis sayangku?" Tanya Gaara lalu menjilat air mata Sakura membuat kaki Sakura terasa lemas.

"Dimana bayi itu Sakura" Tanya Gaara yang kini mengarahkan pistol yang sendari tadi berada dibalik bajunya tepat dikepala Sakura bagian samping.

"B-bayi siapa?" Tanya Sakura dengan suara bergetar membuat Gaara mendecih lalu mendorong tubuh Sakura masuk kedalam apartemen Sakura.

"Dimana dia?!!" Bentak Gaara membuat tubuh Sakura lagi-lagi terguncang hebat.

"A-apa tujuanmu?" Tanya Sakura membuat Gaara tertawa.

"Kau sungguh ingin tahu Sayang? Maka kita akan memulai sesi ceritanya" Ucap Gaara dengan tatapan tajamnya.

"Aku harus membunuh bayi itu karena dia bisa membawa kehancuran dalam hidupku" Ucap Gaara dengan pandangan yang berkilat.

"Aku tak akan membiarkanmu melakukan itu!" Ucap Sakura hingga Gaara mencengkram erat lengan Sakura.

"Buat semua ini jadi mudah Sakura, kau katakan dimana bayi itu dan hiduplah bersamaku!!" Bentak Gaara tepat didepan wajah Sakura.

"Aku tidak mau!!" Teriak Sakura membuat Gaara mengeram rendah seiring semakin kuatnya cengkraman pada lengan Sakura membuat Sakura meringis.

"Lepaskan!!" Ucap Sakura membuat Gaara tersenyum miring.

Sakura berusaha menarik tangannya namun Gaara tak sama sekali terguncang hingga akhirnya Sakura menendang perut Gaara membuat pria itu mundur beberapa langkah.

"Pergi!!" Teriak Sakura dengan sisa-sisa keberaniannya sambil mengancungkan pistolnya kearah Gaara.

"Turunkan benda itu Sakura, kau yakin ingin membunuh pria yang paling kau cintai ini?" Tanya Gaara dengan tangan yang mengintruksi agar Sakura menurunkan pistolnya.

"Aku tidak mencintaimu!!" Teriak Sakura membuat Gaara mendecih pelan.

Gaara pun ikut mengacungkan pistolnya kearah Sakura membuat tangan Sakura bergetar sejenak. Sakura memperkuat cengkraman pada pistolnya seolah yakin pada apa yang akan terjadi setelah ini.

"Kau yakin Sakura? Semua akan jadi mudah jika kau menyerahkan bayi itu, kita bisa hidup bahagia berdua selamanya" Ucap Gaara namun Sakura tak merespon apa pun.

DOR DOR DOR....

Suara tembakan memenuhi ruangan itu baik dari pistol Gaara maupun Sakura namun beruntung keduanya tak terkena peluru sama sekali.

"Sekali lagi ku katakan padamu Sakura, serahkan bayi itu maka kita akan hidup bahagia berdua selamanya!!" Teriak Gaara namun Sakura tak gentar.

Keduanya berjalan memutar dengan pistol yang saling terarah hingga suara tembakan kembali terdengar membuat keduanya tak bisa lagi mendengar suara derap langkah.

"Angkat tangan!!!"

Gaara tersentak kaget ketika para polisi ada disana dan mengacungkan senjata kearahnya hingga akhirnya ia menghempaskan pistolnya kelantai.

Gaara dibawa oleh para polisi hingga Sasuke muncul dan segera menangkap tubuh Sakura yang hendak terjatuh lantaran kakinya yang sudah terlalu lemas.

"Dimana Sazuke?" Tanya Sasuke sambil mengusap wajah Sakura yang nampak pucat.

"Ruangan kedap suara" Ucap Sakura dengan suara pelannya hingga para bawahan Sasuke segera pergi kesana.

"Maaf aku terlambat" Ucap Sasuke pilu sambil mengenggam erat tangan Sakura yang terasa lemas.

"Argggg...!!" Sakura berteriak kesakitan sambil menyetuh perutnya membuat Sasuke melebarkan matanya.

"Sakura?!" Sasuke nampak panik ketika melihat Sakura yang berteriak kesakitan.

Buru-buru Sasuke mengendong tubuh Sakura keluar dari apartemen Sakura yang nampak mengenaskan menuju rumah sakit terdekat.

Hati Sasuke berdebar, ia takut terjadi sesuatu hal buruk pada Sakura dan calon buah hatinya dan jika itu benar-benar terjadi maka Sasuke benar-benar tak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Namun setidaknya Sasuke datang disaat yang tepat jika tidak mungkin saja ia hanya akan melihat mayat Sakura yang tergeletak diapartemen wanita itu dengan darah yang membanjiri apartemen itu karena Sasuke kini telah tahu siapa Gaara dan apa yang diinginkan oleh pria berambut merah bata itu.

Setelah Sasuke menemui Matsuri, wanita itu pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Sazuke memang sengaja diletakan Shion didepan apartemen Sakura berharap bayi itu bisa aman dari jangkauan Gaara karena Sazuke adalah kunci dari terbukanya kedok Gaara namun ternyata Gaara malah menemui Sakura hingga akhirnya Shion menyuruh seseorang mengambil Sazuke namun Gagal.

Sebuah pertanyaan mungkin muncul perihal hubungan Shion dan Matsuri, keduanya bekerja sama untuk menghancurkan Gaara karena dendam pada pria itu.

HeartbeatWhere stories live. Discover now