17. Pulang bersama

29.6K 1.6K 114
                                    

"Tapi.. seluruh siswa di sekolah ini pada ketakutan?! Dan mereka itu punya trauma masa lalu, sekolah ini pernah di serang dan mengakibatkan tiga siswa tewas!"

"Emang gue peduli? Itu bukan urusan kami. Kami gak peduli sama kalian semua!"

Gita tak habis pikir dengan pemikiran Jagat yang satu ini. Tangannya terkepal kuat menahan emosi yang membuncah. Demi kepentingan perkumpulan mereka, mereka membahayakan nyawa semua siswa di sekolah ini. Dasar egois!

Entah kenapa setelah mendengar penuturan Jagat, Gita merasakan wajahnya mulai memanas diikuti kedua matanya yang ikut memanas. Kedua mata Gita mulai berkaca-kaca.

Suara bak toa Masjid tadi kini langsung berubah menjadi nada yang pelan serta serak. "Kalian itu sadar gak sih, gara-gara kalian kita semua satu sekolah yang akan kena imbasnya! Cuma karena masalah ego, kalian menjadi egois!"

Kini Jagat yang diam seraya menatap Gita yang tak ia sangka kini mengeluarkan air mata membuat ia termanggu sesaat.

Batinnya bertanya, Ada apa dengan cewek ini?

Otaknya berteriak, menyuruh tangannya untuk bergerak menghapus buliran bening di pipi cewek cupu itu. Meski tertutup kacamata, tapi Jagat bisa melihat ketulusan Gita.

Cewek dengan predikat cupu ini melepas kacamatanya sesaat untuk menghapus air matanya. "Gue tanya, lo tau gak sama kejadian tahun lalu. Tawuran yang mengakibatkan tiga siswa tewas?"

Cowok berambut cokelat dengan warna kulit putih ini masih bungkam. Tentang kejadian memilukan sekolah ini, Jagat sudah tahu. Meski sama-sama anak baru, Jagat mengetahui kejadian ini langsung dari Dimas sebelum ia di tunjuk menjadi ketua geng Atlan.

Gita tertawa. "Gue anak baru disini dan setau gue juga, lo anak baru kan? Gue mohon, jangan mengulang kejadian silam yang menimpa sekolah kita ini lagi!"

"Setidaknya, kalian lihat latar belakang kalian sebentar saja. Lalu tanya sama diri kalian masing-masing, apakah kalian geng sekolah atau geng Jalanan yang tidak jelas itu! Kalau kalian merasa bukan bagian dari sekolah ini, kalian mungkin boleh minggat dari sini. Supaya kita-kita yang ada disini gak kena getah dari perbuatan kalian!" Ujar Gita sambil menatap tajam mata Jagat.

***

Kata-kata yang Gita ucapkan tadi terus saja terngiang dalam pikirannya. Sudah hampir 20 menit, ia memikirkan hal itu.

Setelah mengambil keputusan yang ia anggap benar, Jagat bangun dari tidurnya di sebuah kursi taman. Lalu merogoh kantongnya dan mengambil ponselnya. Mengotak-atik benda tipis itu lalu menempelkannya di sisi telinganya.

Setelah berbicara singkat, ia kemudian mematikan ponselnya dan beranjak dari tempatnya.

Berjalan menuju pagar sekolah yang tingginya kira-kira dua meter, setelah berpikir barulah cowok dengan tinggi badan sekitar 180 centimeter ini mundur ke belakang setelah dirasa pas, barulah Jagat berlari menuju pagar tersebut tapi tidak hampir menabraknya karena cowok ini langsung melompat dan tangannya menggapai ujung pagar di atas.

Tanpa susah payah, akhirnya Jagat berhasil lolos dari sekolah dengan melompati pagar. Ia berjalan ke arah kanan, tepat markas mereka berada yaitu di warung Bu Fadia atau biasa disingkat Bufa.

Ia melihat sekumpulan anggotanya tengah duduk di kursi panjang yang memang disediakan di warung atau markas mereka.

"Aman gak?!"

Serempak semuanya menoleh. Ada yang menjawabnya dengan mengangguk, mengangkat jempol dan ada yang berbicara.

"Aman dong Bos!"

"Mereka semua kayaknya pada takut pas liat gue deh, makanya lari duluan!" Ujar Sam seraya tertawa.

Bima menoleh. "Bohong itu mah! Buktinya kenapa muka lo, bonyok gitu!"

JAGATWhere stories live. Discover now