Chapter - 48. Peace Between Them

770 50 3
                                    

HAPPY READING 📖

----------------------------------------

Rumah mewah berdominan berwarna keemasan, pancuran air dengan lampu warna-warni di sekitar kolam, membuat perhatian gadis itu teralihkan. Mobil yang dikendarai Edmund berhenti tepat di depan gerbang. Sekuriti yang mengetahui ada seseorang yang datang segera membuka pintu karena plat mobil sudah diketahui.

Kana mengernyit bingung begitupun Neil yang terlihat mengantisipasi.

"Bawa dia turun!" perintah Edmund membuat Neil menatap Kana sejenak. Ia tidak ingin menyakiti atau memaksa Kana. Biarkan gadis itu yang bergerak sendiri.

"Ini di mana, Neil? Kenapa dia membawaku?" Kana mengedarkan pandangan dari balik kaca. Ia tidak berniat turun. Ia menginginkan alasan kenapa mereka membawanya pergi dan meninggalkan Mike sendirian.

"Aku tidak tahu. Jujur kali ini aku benar-benar tidak tahu. By the way, maafkan aku karena menjebakmu ke dalam rencananya. Aku sungguh tidak bermaksud melakukan itu. Dia memaksaku untuk membawamu atau keluargaku akan hancur di tangannya." Kali ini tatapan Kana bertrubukan dengan tatapan memelas Neil. Batinnya percaya apa yang dikatakan Neil. Pria ini sudah baik dan bahkan ia tidak terluka sedikitpun. Jika memang Neil jahat, ia pasti sudah dilukai, namun pria ini masih berusaha untuk berbicara tenang bahkan meminta maaf. Tapi, tetap saja ia ragu.

Ia memilih diam. Ia ingin Mike kembali dan membawanya pulang. Ia tidak nyaman dengan situasi ini. Keberadaan Neil pun tidak mampu membuatnya tenang, melainkan risih.

"Lebih baik kita turun. Aku akan menjagamu, Kana. Kau tenang saja. Aku akan menjagamu kalau pria itu akan menyakitimu nantinya."

"Aku tidak percaya! Kau berbohong! Aku tahu aku bodoh, tapi setidaknya katakan padaku apa yang kau inginkan! Aku bahkan tidak ingin melihat wajahmu lagi, Neil! Kau membuat Mike terluka! Kau bilang akan melindungiku, tapi kau malah membuatku masuk ke situasi ini! Aku tidak percaya padamu lagi, Neil!" Kana menangis dan berteriak. Ia kesal, marah, dan kecewa pada pria ini. Teramat kecewa karena apa yang tidak diinginkan, harus terjadi.

"Maafkan aku. Aku tahu aku memang salah. Kumohon jangan membenciku, Kana. Jangan membenciku, aku tidak akan sanggup kau membenciku dan tidak lagi sudi menatapku." Wajah memelas dan putus asa Neil mampu melumpuhkan kekecewaan Kana. Ia tidak tahu apakah Neil memang bersungguh-sungguh atau malah membual.

"Kenapa kalian masih di dalam? Cepat turun dan kau boleh pergi!" Edmund yang baru saja keluar dari rumah itu segera menghampiri mereka yang tidak menunjukkan diri. "Dan kau, sampai kapan kau akan menangis seperti itu. Cepatlah, kakekmu sudah menunggu!" ucap Edmund membuat Kana maupun Neil tergelonjak kaget.

"Kakekku?" gumam Kana yang masih dapat didengar Edmund.

"Iya. Cepatlah turun! Dia tidak sabar bertemu denganmu!" Walaupun nada yang didengar mereka terdengar tak bersahabat, namun bagi siapa pun yang mendengarnya lebih jeli, akan menangkap nada Edmund yang terdengar bahagia.

Neil turun lebih dulu dan kemudian disusul Kana yang terlihat ragu untuk turun. "Aku tidak akan pergi. Aku akan menemaninya."

Edmund memutar bola mata bersamaan setelah mereka turun dari mobil lalu meninggalkan mereka.

Neil langsung menutup pintu mobil kemudian berjalan mengikuti langkah lebar Edmund yang memasuki rumah besar itu. Kana yang berada di sampingnya terlihat takut-takut untuk melangkah.

Mereka masuk lalu terdiam saat melihat pria tua dengan posisi duduk di kursi kebesarannya berwarna emas, kaki kanan yang ditumpu pada kaki kiri, mata setajam elang menatapi mereka dari bawah hingga ke atas. Ralat, menatap Kana yang bergeming di samping Neil.

Light As A Feather ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang