This is Crazy: I hate you, Fauzan!

12 1 0
                                    

Asha menghela napas untuk kesekian kali. Mencoba memantapkan hati membantu Fauzan yang katanya dalam kesusahan. Katanya, jika membantu orang yang sedang dalam kesusahan akan dapat pahala. Jadi sekarang Asha tengah berusaha mencoba mengikhlaskan hatinya supaya dapat pahala setelah menolong Fauzan yang laknat seperti beruang. Lihat saja tubuhnya penuh bulu!

Sumpah. You don't believe me? See alone!

Asha sudah bersiap-siap. Dengan keyakinan 100% akan membuatnya malu. Ia melangkah maju membuka pintu dengan kepercayaan diri yang terbilang sempurna, namun jantung berdetak kencang.

"Fauzan!"

Semua orang di ruangan menoleh dan terlebih nama yang bersangkutan sekarang di paksa untuk menjabat tangan lelaki tua berpeci di seberangnya. Asha menelan ludah. Ia harus yakin. Drama tak terduga dan terkesan aneh ini harus berakhir.

Sementara itu, Fauzan tersenyum tipis. Sangat tipis ketika melihat keberadaan Asha di depan pintu. Ia akan menyaksikan kegilaan yang di perbuat Asha kali ini. Apakah akan seseru waktu di Pasaman beberapa minggu lalu atau lebih seru saat ini?

"Fauzan, aku nggak mau kamu madu atau poligami atau apalah namanya. Aku nggak ridho. Kalau kamu beneran nikah sama dia, aku gimana? Anak kita gimana?" ujar Asha dengan tampang dibuat sedramatis mungkin seraya mengelus perut.

"Masa anak kita lahir tanpa ayah? Aku nggak mau! Fauzan ...." rengekan Asha yang memekakkan telinga membuat Fauzan menghampirinya.

Namun, sebelum dokter itu mendekati istri gimiknya, ibu-ibuk tidak punya hati itu meraih tangan Fauzan.

"Jangan pai! Nikahan dulu anak wak, Dokter!"

"Dokter Fauzan ...." Perempuan yang terbaring lemah itu mencoba memanggil Fauzan.

Asha yang melihat adegan memuakkan di depannya terjadi cukup lama, membuatnya mendelik. Dia menghela napas. Memutar otak agar bisa membawa pemuda berprofesi dokter tersebut pergi dari ruangan yang sumpah, baunya minta ampun. Asha tidak menyukainya. Dia ingin muntah. Tepatnya memuntahkan pada Fauzan nanti.

"Sayang ... kamu beneran mau nikah sama dia? Berarti kamu lepasin aku? Kamu ridho? Kamu pikirin lagi, apa yang sudah kamu lalui hingga kita bisa di sini. Hingga ada janin di perut aku? Kamu mau nanti ana--"

"Pergi! Fauzan hanya milik aku. Dia milikku!" teriakan itu membuat Asha terlonjak terlebih sebuah bantal melayang menghampirinya. Ia menoleh ke arah ranjang, di mana wanita yang tadi terlihat lemah, sekarang berubah menyeramkan. Wanita itu semangat empat lima menarik dan memeluk lengan Fauzan.

"Kamu bilang dokter iko indak suami mu! Lalu sekarang apo? Kamu mainin saya? Dasar anak mudo jaman kini ndak tau sopan santun pada orang tua. Berani-beraninyo membodohi orang tua. Pergi sana! Kamu pikir saya pacayo. Pergi."

Fauzan yang melihat wanita berdaster itu mendorong keluar Asha, menyentakkan tangan dari pelukan pasiennya. Menghampiri Asha yang hampir terjatuh.

"Kamu tidak apa-apa, Sayang?" tanya Fauzan lembut pada Asha.

Ya elah, kapan berakhir sinetron alay ini? Pikir Asha lelah. Ia letih menghadapi bentakan wanita bermodelan sebagai ibu tiri dalam kartun cinderella. Bisa-bisa dia akan memiliki riwayat jantung. Belum pula tatapan dan teriakan histeris pasien kanker itu. Yakin kanker, bukan gila?

"Bu maaf, saya tidak bisa menikahi anak Ibu. Karena saya akan memilih istri saya sendiri. Dia yang ada di hati saya dan dia juga akan jadi calon ibu untuk anak saya," jelas Fauzan mengelus lengan istri palsunya lembut dan hangat.

"Tapi nyo ndak istri kamu! Dia sendiri yang bilang, bukan?!"

Fauzan tersenyum ramah. Masih menjaga images sebagai dokter.

Auntumn Is GoneWhere stories live. Discover now