Bisakah Kita Mengulang Kembali?

21.4K 1K 21
                                    

"Kita cerai saja," kata-kata itu terucap seenaknya saja dari mulut Fara, diiringi dengan tangisan.

Hati siapa yang tidak sakit melihat suaminya berselingkuh di depan mata? Apa wanita ditakdirkan untuk mengalah?

Bian tidak menjawab. Fara kemudian memutar badannya melihat ke arah Bian. Tetapi yang didapatinya adalah Bian sedang tertidur.

Fara mengusap air matanya. Kemudian berjalan mengambil remote AC di dekat Bian dan merendahkan suhunya.

Fara tidak bisa untuk tidak perduli.

Fara menarik selimut kemudian menutupkannya kepada tubuh Bian. Saat selesai, Fara tidak sengaja menyenggol tangan Bian. "Panas." Telapak tangan Fara kemudian mengarah ke dahi Bian. "Dia demam,"

Dengan sigap, Fara membuat kompres dan meletakkan di dahi Bian.

Bagaimana bisa aku meninggalkannya jika dia seperti ini?

Fara duduk di dekat Bian, sesekali mengganti kompresnya yang telah dingin.

"Ah, airnya habis," ucap Fara kemudian ia berdiri dan ingin mengisi airnya kembali.

Tetapi lengan Fara dicekal oleh Bian. Bian menaruh tempat air di meja, kemudian menarik Fara jatuh ke dalam pelukannya.

"Bian?" tanya Fara yang kaget karena Bian menunjukan sikap anehnya.

"Saya mendengar perkataan kamu tadi, dan saya menolaknya,"

"Aku hanya ingin kamu memilih dengan pilihan sendiri, bukan terpaksa." Fara mencoba melepas pelukan Bian, tetapi gagal.

"Tetaplah disini. Maafkan saya. Bisa kita mengulang kembali?"

Fara terdiam. Permintaan apa ini?

"Saya tahu, kalau saya selalu menyakiti kamu. Tetapi, permintaanmu tadi membuat hati saya sakit,"

"Aku lebih sakit dari itu, Bian,"

"Please call me Mas, Fara,"

"Aku hanya memanggil dengan nama itu jika aku mencintai seseorang,"

"Kamu tidak cinta kepadaku?"

"Pernah,"

Bian merenggangkan pelukannya. Perasaan apa lagi ini?

"Mengapa pernah?"

"Kamu tidak pintar tentang rasa, Bian,"

Bian tidak perduli. Ia kembali memeluk Fara sebelum Fara melenggang pergi. "Sesekali tidurlah dalam pelukanku. Lupakan apapun yang membuatmu resah,"

"Bian!"

"Saya tidak menerima penolakan,"

Fara terisak, ia tidak tahu harus senang atau justru sebaliknya. Hingga mereka benar-benar terlelap berdua.

❄❄❄❄

Hari berganti, dua orang masih setia membaringkan tubuhnya di kasur. Tetapi Fara sudah terbangun. Fara memandangi wajah Bian yang sangat dekat. Melihat bulu matanya yang lentik, hidungnya yang mancung dan alis yang sedikit tebal. Oh iya, Bian sedikit kurusan. Fara sudah menebak apa saja makanan Bian saat dia tugas kemarin.

"Udah lihat-lihatnya?" tanya Bian sambil mengeratkan pelukannya kembali.

"Hah?" Fara kaget bukan main. Tingkahnya ketahuan oleh Bian.

"Pukul berapa?"

"Sepuluh kurang lima belas menit dan kamu melewatkan makan pagi,"

Bian langsung beranjak dari kasur, buru-buru masuk dalam kamar mandi. Fara dibuat bingung akan tingkah Bian.

"Ah, mengapa dia selalu bertingkah aneh?" Fara beranjak, lalu membenarkan selimut.

Beberapa menit kemudian, Bian sudah lengkap dengan pakaian tentaranya. Beberapa barang dimasukkan ke dalam tas kecil, kemudian Bian mendekati Fara dan mencium keningnya, "Ke mess dulu." Bian lalu melenggang pergi.

Tidak! Hati Fara mulai luluh kembali hanya dengan sebuah kecupan singkat di keningnya.

Jodoh Abdi Negara | TNI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang