Extra Part #2

21.1K 643 12
                                    

"Abang mau jadi kayak dia, Bunda!" Aimar menunjuk seorang yang memakai seragam pilot.

"Abaaangg~ tukang bakso!" Zia merusuhi Aimar.

Fara dan kedua anaknya sedang berada di bandara karena akan menjemput kedua orang tua Fara yang baru saja pulang dari pulau sebelah. Tapi, Aimar dan Zia selalu merusuh satu sama lain tanpa henti.

"Apa? Aku suka dipanggil abang daripada kakak!" ucap Aimar.

Zia menjulurkan lidahnya, "Ga, kamu kayak abang tukang bakso, abang siomay, abang bukan boneka-boneka! Hahaha!"

Aimar mencubit perut Zia, dan membuat Zia meringis kesakitan. Fara yang melihat sikap kedua anaknya itu hanya bisa melototkan kedua mata sambil menggelengkan kepalanya.

"Fara?" Seseorang memanggil Fara dari belakang. Fara menoleh dan merasa takjub karena melihat sahabatnya yang tiba-tiba datang.

"Cameliaku!" Fara memeluk Camelia dengan sangat erat, ia sangat rindu sekali dengan Camelia. Semenjak Fara memiliki anak, ia tidak bisa bebas keluar rumah. "Apa kabar? Halo Aresha! Halo Gema!"

Camelia memiliki dua anak laki-laki yang jaraknya juga tidak cukup jauh seperti Fara.

"Alhamdulillah, pusing ngurus anak. Salim dulu dong sama tante!" Camelia meminta kedua anaknya bersalaman dengan Fara. Aresha dan Gema bersalaman dengan malu-malu.

"Mau kemana?" tanya Fara kepada Camelia.

"Biasa jemput ayahnya dari luar kota,"

Fara ber O ria, kemudian Aimar datang bersama Zia.

"Hai aku Aimar, jangan temenin Zia ya. Kita kan cowok. Dia cewek sendiri, kasihan," bisik Aimar kepada Aresha dan Gema.

"Hai kakakku, kenapa kamu dilahirkan di bumi?" balas Zia.

Fara dan Camelia saling menatap, darimana mereka belajar kosa kata seperti itu? Bahkan usia mereka belum genap menginjak delapan tahun. Astaga!

"Like mom, like daughter," ucap Camelia, kemudian ia tertawa kencang.

"Wassap sis! Aku Aresha, ini adik aku, Gema. Kamu cantik deh kayak Mama aku!" Aresha berjabat tangan dengan Zia.

"Like mom, like son." Fara terbahak-bahak mendengar perkataan Aresha kepada Zia. "Anak kecil enggak boleh gitu ya, harus akrab,"

"Aimar aku lagi main mobil legends, kamu punya gak? Kita follow-followan yuk?" Aresha menunjukkan ponselnya kepada Aimar.

"Bunda enggak bolehin aku main hape terus, lagian kalau aku main hape pasti direbut sama Zia. Aimar kan punya cita-cita nerbangin pesawat, kalau mata Aimar buram nanti Aimar nabrak," jelas Aimar panjang dan lebar.

Aresha tidak mau kalah, "di hape juga ada permanan markirin pesawat, kenapa harus nunggu?"

"Em... jangkauannya enggak luas. Kata Ayah, dunia itu luas jadi kita harus lihat-lihat, jangan main hape terus," Zia menyela.

Camelia bertepuk tangan, "Hebat anak lo. Dengerin ya, Gema. Jangan jadi kayak kakak kamu, bandel."

Fara tertawa terbahak-bahak. Aimar semakin bertambah umurnya, semakin banyak kosa kata yang dipelajari. Begitupun Zia.

Beberapa menit kemudian, orang tua Fara datang, Aimar dan Zia langsung memeluk nenek dan kakek mereka. Sementara Camelia memberi salam kepada orang tua Fara kemdian pergi.

"Nenek, tau gak? Zia kangen banget sama nenek!" ucap Zia.

"Aimar lebih kangen sama nenek!" Lagi-lagi Aimar tidak mau kalah.

"Kangennya Zia sebesar pesawat itu!"

"Kangennya Aimar sebesar tempat ini!".

Fara menggelengkan kepalanya, "Astagfirullah ini benar anak-anakku atau bukan?"

"Cukup tinggalkan saja pacarmu, datang ke pelukku,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Cukup tinggalkan saja pacarmu, datang ke pelukku,"

Jangan lupa mampir <3

Jodoh Abdi Negara | TNI ✔Where stories live. Discover now