Hati-Hati, Mas.

19.4K 1K 19
                                    

Minta komen biar semangat nulis, hehe.

Fara masih tidak percaya apa yang dikatakan oleh Bian. Padahal Fara baru saja meledakkan kebahagiaannya tadi.

Fara menatap sendu wajah Bian. Bian yang meraaa ditatap langsung menoleh dan memberikan senyum manisnya.

"Ini... kamu prank aku, Mas?" tanya Fara.

"Prank? Bukan sayang. Saya mau pergi tugas," balas Bian.

"Ke... kemana?" Air mata Fara sudah mengalir deras begitu saja.

Bian mengusap air kata Fara yang berjatuhan, "Enggak boleh nangis. Ini konsekuensi kamu nikah sama saya,"

"Enggak boleh pergi,"

Bian lalu memeluk erat istrinya. Dalam hati kecil Bian juga tidak ingin dirinya pergi meninggalkan istrinya ini. "Kalau saya pergi, kamu enggak boleh di rumah ini sendirian. Ini perintah,"

Fara mengangguk, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Bian dan menumpahkan tangisnya.

"Ayo, antar saya. Nanti telat,"

"Enggak mau, enggak boleh pergi!" Fara terlalu takut melepas Bian kembali. Apalagi ditempat yang konfliknua sedang panas-panasnya.

"Fara..." Bian menangkup wajah Fara dengan tangannya. "Saya akan kembali, saya janji,"

"Nanti, kalau saya pulang, saya ajak ke Korea. Kamu pengen kesana kan?" bujuk Bian.

"Pengen sama mas Bian, enggak mau apa-apa lagi!"

Bian tersenyum, lalu mengacak rambut Fara, "istri saya kenapa manja sekali, sih?"

"Ish!" Fara mendorong Bian, "aku lagi sedih!"

"Hehe. Berangkat yuk?" Bian menuntun Fara menuju mobil dan mereka langsung pergi.

Di perjalanan, Fara hanya menatap kaca dan melihat ke arah luar. Bian mencoba membujuk Fara kembali, tetapi tidak bisa.

Salah satu tangan Bian menggenggam erat tangan Fara, berusaha untuk meyakinkan bahwa dia akan kembali pada pelukan Fara lagi.

"Fara,"

"Berapa lama mas Bian pergi?"

"Kayak ke Papua dulu,"

"Enam bulan?"

"Iya,"

"Enggak bisa kurang?"

"Dikira mau beli barang apa." Bian tertawa, sementara Fara semakin kesal karena Bian selalu menggodanya.

"Enggak bisa, sayang. Nah, udah sampai." Bian memarkirkan mobilnya di depan batalyon. "Masuk dulu ya,"

Fara berjalan keluar mobil, diikuti oleh Bian. Mereka bergandengan tangan menuju tempat Bian. Beberapa orang di batalyon melihat Bian dan Fara berjalan bergandengan, dan berfikir bahwa Bian masih saja memainkan hati Fara.

"Udah, enggak usah diperhatiin mereka," ucap Bian kepada Fara.

"Mereka kenala lihatnya gitu, Mas?"

"Masalah saya sama Syakila, tersebar luas disini,"

"Ah, dasar perempuan itu!"

Bian membuka pintu rumah, lalu masuk. Fara mengikuti Bian dari belakang.

"Mas, berangkat jam berapa?" tanya Fara.

"Jam tujuh malam,"

Fara melirik jam dinding, ini masih pukul satu siang. "Masih lama,"

"Enggak, sebentar lagi. Jam setengah 3 pada kumpul di depan."

Fara mendekat ke arah Bian, lalu memeluknya lagi dengan erat. "Mas udah janji sama aku. Kalau janji enggak boleh-"

Bian memutus perkataan Fara. "Enggak boleh diingkari."

"Ada yang perlu aku bantu buat siap-siap?" tanya Fara kepada Bian.

"Udah selesai semua," balas Bian. Kemudian Bian melepas pelukannya. Bian menatap lekat Fara, lalu tersenyum. "Gemesin ya, kamu. Untung istri saya." Bian memberikan kecupan singkat di bibir Fara.

"Curi-curi!" Fara mendorong dada Bian.

Lagi-lagi Bian tertawa, "hahaha. Oh iya, nanti kalau saya pulanh, saya enggak mau lihat rambut panjang ini," Bian memainkan rambur Fara.

"Maksud, Mas?"

"Saya pengen lihat kamu pakai kerudung." Bian berjalan meninggalkan Fara. Bian mengambil sesuatu dari dalam lemari. Ya, Bian mengambil kerudung.

Bian kemudian memakaikannya di kepala Fara.

"Mas?" tanya Fara.

"Saya tahu, kamu belum siap. Tapi, diusahakan, ya?"

"I... iya,"

"Kalau gini kan cantik!"

"Goda terus!"

"Hehehe. Kamu boleh pulang kalau mau,"

"Mas mau kumpul sekarang?"

"Iya, karena saya belum koordinasi sama yang lain."

"Aku mau disini,"

"Baiklah." Bian mengambil tas tentaranya, kemudian mencium Fara, "Saya pergi dulu. Kamu enggak boleh nakal disini. Inget sama permintaan saya tadi, ya."

Fara menangis, mengalungkan tangannya di lengan Bian, "Mas beneran engga bercanda,"

"Mas pergi dulu." Sebagai tanda perpisahan lagi, Bian menciumi seluruh wajah Fara hingga dia lega.

"Hati-hati, Mas! Cepet pulang!" pinta Fara.

Bian hanya tersenyum. Selalu tersenyum kepada Fara.

Aku tidak ingin ini menjadi perpisahan. Cepat pulang dengan selamat, Mas Bian.

Jodoh Abdi Negara | TNI ✔Where stories live. Discover now