Chapter 1 : Pertemuan pertama

7.5K 584 30
                                    

"hahaha..., Lihat? Kembalilah ke sekolah dasar, bocah. Kau itu belum pantas masuk ke SMA."

Sebuah seruan seorang pemuda dengan badan besar nan tinggi membuat pemuda mungil bernama Jimin ini menunduk. Ia menggigit bibir bawahnya menahan isakan tangis. Ia benci saat berada di sekolah. Semua mengolok-olok dirinya. Seakan-akan ia memang tak pantas berada di sini.

"Tolong, Jaemin-ssi. Kembalikan tasku...,"Lirih Jimin menatap tasnya yang kini berada di genggaman Jaemin.

"Apa? Coba bicara yang keras. Aku tidak mendengarnya tau. Apa karena badanmu kecil jadi suaramu juga ikut mengecil? Hahahaha...."

Tawa Jaemin kini di iringi tawa teman-teman sekelasnya yang sama sekali tidak iba pada sosok mungil yang kini mulai menangis.

Jimin berusaha mengambil tas miliknya tetapi Jaemin memiliki proporsi tubuh yang semampai. Jaemin mengangkat tangannya hingga kini Jimin melompat-lompat berusaha mengambil kembali tas miliknya.

"Ayo ambil. Harusnya kau bawa tangga tadi pendek."

Srakk...

Jaemin terkejut saat tas yang sedang ia pegang terlepas begitu saja. Ia menatap sosok yang merebut tas tersebut.

"Pergi! Jangan ganggu Jimin lagi."

"Cih, dasar pahlawan kesiangan. Kau mau jadi pangerannya si pendek ini, ya?" Ledek Jaemin.

"Oh, kau bosan hidup ya sudah berani meledekku. Ingin ku laporkan pada ayahmu?"

"Sialan kau, Namjoon."

Jaemin yang akhirnya merasa kalahpun memilih pergi keluar kelas di susul teman-teman gengnya.

"Kau tidak apa-apa, Jimin? Apa mereka menyakitimu?" Tanya Namjoon dengan raut wajah khawatir.

Jimin menggeleng dan tersenyum manis. "Aku tidak apa-apa, Hyung. Maaf selalu merepotkanmu."

"Jangan bicara seperti itu. Aku sudah menganggapmu seperti anakku hehe."

"Hyung, aku tidak pantas menjadi anakmu tau," Sungut Jimin bibirnya mengerucut.

Namjoon tertawa kecil lalu mengusap rambut Jimin, "Jin pasti akan marah kalau kau menolak."

Jimin menunduk pasrah, "Jin Hyung memang keras kepala."

"Hahaha kau sangat mengenalnya, Jim. Ia akan mengamuk jika kau tidak memanggilnya Eomma. Ia benar-benar sangat menginginkanmu,"Sahut Namjoon.

Jimin tertawa mendengar ucapan Namjoon.

"Belajarlah yang rajin. Aku akan kembali ke kelasku."

"Iya, Terima kasih Appa."

Namjoon tertawa lebar mendengar ucapan Jimin. Ia tau benar bahwa Jimin merupakan Yatim piatu. Ia kini tinggal sendiri di flat kecil dengan sisa uang tabungan milik orang tuanya. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ia masih SMP. Kini Jimin harus hidup sendirian di dunia yang keras ini. Untung saja ia memiliki Namjoon dan Seokjin.

***
Bel pulang sudah berbunyi dari tadi. Setelah memastikan sekolahan sepi. Jimin segera keluar kelas meninggalkan sekolahnya yang terasa sedikit seram karena suasana yang gelap. Mungkin sebentar lagi akan turun Hujan.

Dan benar saja saat ia berada di jalan. Hujan turun dengan derasnya. Jimin ingin berteduh sebentar di sebuah toko yang sudah tutup. Jimin memeluk dirinya sendiri. Tanpa sadar ia di awasi oleh seorang pria yang menatapi tubuh kecilnya.

Grep..

Jimin terkejut saat tubuhnya di peluk dari belakang oleh seseorang. Ia bahkan berteriak terkejut saat pria itu meraba-raba tubuhnya. Tapi dengan cepat pria tua itu menutup mulut Jimin. Jimin meronta-ronta. Ia bahkan sudah menangis ketakutan.

'Tuhan, selamatkan aku....'

"Lepaskan dia, Tuan. Atau anda saya tangkap sekarang."

Sebuah suara bariton membuat sang pria tua berdecih lalu kabur. Jimin terduduk lemas. Badannya bergetar ketakutan.

"Kau tidak apa-apa?"

Jimin menatap pemuda yang menolongnya. Ia baru sadar bahwa yang menolongnya adalah seorang polisi.

'Ti-Tinggi sekali....'

Jimin menatap polisi itu dengan pandangan 'wah'. Polisi itu berjongkok lalu memberikan Jaket miliknya pada Jimin.

"Pakailah. Di mana rumahmu? Aku akan mengantarmu."

Jimin tersadar lalu ia memakai jaket tersebut. 'Harum....' tanpa sadar Jimin merona.

"Uh, aku tinggal di blok sana. Dekat dari sini," Jawab Jimin.

Polisi itu membantu Jimin berdiri. Lalu mereka berjalan menuju flat Jimin.

"Te-terima kasih." Jimin membungkukkan badannya setelah mengucapkan terima kasih.

"Sama-sama. Apa ada orang tuamu? Aku akan berbicara pada mereka tentang kejadian hari ini."

Jimin terdiam, "Orang tuaku sudah meninggal...,"Lirih Jimin sembari menunduk.

Polisi itu tersentak merasa bersalah. "Maaf, lalu kau tinggal dengan siapa?" Tanya polisi itu. Polisi itu merasa kasihan karena anak kecil itu telah kehilangan orang tuanya.

"Aku tinggal sendirian. Oh, iya nama Hyung siapa?" Tanya Jimin. Ia penasaran sekali pada pemuda di hadapannya. Sangat Tinggi berbeda dengan Jimin. Bahkan saat berbicara Jimin harus mendongak untuk menatapnya. Jimin mengira bahwa mereka berbeda 50cm.

Polisi itu tersentak mendengar pertanyaan Jimin. "Ah maafkan aku. Namaku Jeon Jungkook."

"A-apa aku boleh memanggilmu Kooko-Hyung?" Jimin tersenyum malu saat bertanya seperti itu.

Jungkook menahan rasa gemasnya. Ia sepertinya ingin memiliki seorang adik.

"Tentu saja. Siapa namamu?"

"Namaku Park Jimin."

Jimin mendongak menatap Jungkook lalu tersenyum manis. Jungkook yang merasa gemaspun mengusap rambut Jimin yang terasa sangat lembut untuk ukuran seorang lelaki.

"Ah, Hyung harus meninggalkanmu sekarang. Ada tugas yang harus aku kerjakan. Masuklah, di luar sangat dingin."

Jimin mengangguk lalu melambai pada Jungkook sebelum memasuki flat kecil miliknya.

"Kasihan sekali. Ia pasti masih berumur 11 tahun dan harus tinggal sendirian. Apalagi flat ini seperti mau roboh saja,"Gumam Jungkook.

'Aku harus melakukan sesuatu.'

Continue~

Hah, akhirnya bisa update Chapter pertama juga. Maaf yang sudah menunggu. VOTE DAN COMMENT SETELAH ANDA MEMBACA STORY INI YAA!! THANK YOU 😍

The Tall And Short Stories [ KOOKMIN END ]Where stories live. Discover now