Berbagi Cerita

619 27 0
                                    

Rencana nya mau update setiap hari sekali biar selesai ceritanya

di pantengin terus ya

jangan pernah bosen....

Aku beruntung sekali hari ini tidak bertemu dengan Denis sama sekali.Tadi saat aku diminta kepala divisi keuangan untuk memberikan laporan pada Denis,keberuntungan datang kepadaku.Disaat aku masih belum punya nyali untuk bertemu dengan nya ternyata sekretarisnya yang datang sendiri meminta laporan nya kepadaku.Dengan senang hati aku berikan kepadanya

Hari ini aku pulang ke kantor agak telat.Pekerjaan kantor yang cukup banyak membuatku harus lembur untuk segera menyelesaikan pekerjaan yang sudah kutinggalkan selama 2 hari izin.

"Huh...lumayan lah berkurang.Lanjutin besok lagi".Aku mematikan computer lalu membereskan berkas-berkas yang ada di meja.Aku berdiri sambil memegang punggung yang sedikit ngilu efek duduk terlalu lama.Kulihat jam di tangan ku yang sudah menunjukan pukul 7 kurang 15 menit.Aku segera keluar dan langsung menuju parkiran.

Aku memperlambat langkah saat melihat bayangan seseorang yang sedang berjongkok di dekat tiang besar yang tak jauh dari motorku.Aku berjalan mengendap-endap berharap orang itu tak melihatku.Dengan jantung yang berdegup kencang aku memberanikan diri meraih helm saat sudah didekat motorku.Saking terlalu gugupnya,helm yang hendak kuambil justru malah jatuh dan menimbulkan bunyi sehingga membuat orang yang berjongkok memunggungiku menoleh kepadaku.

Tanpa menunggu dia mendekat aku langsung berlari menjauh namun dia justru mengejarku.Aku berteriak.Dia berhasil memegang tangan ku."Aaaaa....."Aku menutup wajahku dengan salah satu tanganku yang bebas.

"Mbak...Mbak ini aku".Katanya dengan lantang.Aku terdiam saat familiar dengan suara itu.Aku menurunkan tanganku dan membalikan badan ku.Gigi mancungnya yang kulihat saat pertama kali melihatnya.Kupukul bahu lebar lelaki itu."Diiiidiiiit.....Kamu seneng banget sih ngagetin orang.Gimana kalau ada orang yang denger aku terisk tadi terus mereka datang lalu mukulin kamu".Aku mengatur nafasku yang tersengal-sengal."Lagian kamu ngapain coba disini malem-malem".

"Hehehehe maaf mbak.Tadi aku pulang ehhh lihat motornya mbak Diba masih disini.Jadi ya aku tungguin aja.Mbak lembur?"

"Udah tau Tanya lagi!"Jawabku ketus.Aku melepaskan tangan nya dan berjalan kearah motorku.Diatas motor aku tak langsung menjalankan motorku dan memilih duduk diatas motor.Didit kembali mendekatiku."Kok belum jalan mbak?"

"Kamu mau pulang?Kamu bawa motor kan?".Tanya ku tanpa menjawab pertanyaan dari dia."Iya mbak bawa".

"Aku nebeng ya.Lagi males naik motor sendiri.Badan aku capek banget".Tanpa menunggu jawaban Didit,aku turun dari motor serta mengambil helm ku lalu berjalan kearah motornya."Ayo Dit".

"I...iya mbak.Motor mbak ditinggal?".Aku mengangguk.

Aku diantar pulang oleh Didit.Selama di perjalanan,aku hanya diam duduk di belakang dan tak menucapkan sepatah kata pun.Kurasa kan motor Didit berhenti di pinggir jalan."Loh kok berhenti Dit?"

"Lah kan mbak dari tadi melamun.Saya udah berhenti dari tadi loh mbak".Aku hanya melongo karena tidak menyadari sama sekali."Mbak kenapa sih lagi banyak pikiran?Berbagi saja mbak biar bisa mengurangi beban pikiran".Aku berpikir sejenak.Kandasnya hubungan ku dan Denis memang kusimpan rapat-rapat.Apakah saat nya aku harus berbagi?."Mbak...cerita saja.Saya siap kok mendengarkan".

"Baiklah"Aku menarik nafas dan menghembuskan nya dengankasar."Aku putus dari Denis".

"Haa....Kok bisa?".Aku menceritakan pada Didit alasan yang diberikan Denis kepadaku.Dia hanya geleng-geleng dan manggut-manggut sebagai respon nya.

"Mbak sebaiknya mbak ceritakan pada ayah dan ibu nya mbak.Bukan nya gimana-gimana mbak.Hubungan kalian sudah di ketahui kan oleh kedua orang tua mbak".Aku hanya mengangguk."Maka dari itu kalau mereka tahu kan mereka nggak bakalan nanya-nanya lagi soal pak Denis".Benar juga yang dikatakan Didit.Waktu aku sakit kemarin ibu bertanya kepadaku 'Kok Denis nggak jenguk kamu?Apa dia nggak tahu kalau kamu sakit?Kamu kasih tahu deh atau ibu saja yang memberi tahu dia keadaan kamu.Kamu itu harus terbuka sama dia untuk kelanggengan hubungan kamu nantinya'.

Sampai di rumah aku bertekad untuk menceritakan kepada ayah dan ibu.Sepulang bekerja aku,ayah dan ibu duduk di depan tv menyaksikan acara kesukaan kami.Aku menarik nafas dan untuk memulai."Ayah,ibu aku mau ngomong".Ayah dan ibu ku yang tadinya focus pada tv beralih kepadaku.

"Ngomong apa sayang".

"Aku sama Denis udah...putus".Ayah dan ibuku menoleh bersamaan.Mereka Nampak kaget."Kok bisa?Kalian kan udah pacaran lama?".

"Pacaran lama juga nggak jamin kalau dia jodoh kita berdua jodoh kan bu".Jawabku asal.

"Tapi memangnya kalian nggak pertimbangin hubungan kalian yang udah bertahun-tahun itu?".Ucap ibuku.

"Ya mau gimana lagi bu.Udah jalan nya kayak gini kan".Mataku mulai berkaca-kaca.Kurasakan pelukan hangat dari ibuku."Kapan kalian putus?".

"Minggu kemarin".

"Kenapa nggak ngomong ke ayah atau ibu?"

"Aku nggak berani.Apalagi ayah sama ibu pengen banget Denis dan aku menikah.Aku takut ayah dan ibu kecewa sama aku".

"Ya Allah sayang ya nggak gitu juga.Buat apa ayah dan ibu kecewa.Kami memang ingin Denis jadi menantu kami tapi kalau takdir berkata lain mau bagaimana lagi"

"Aku minta maaf...".Aku memeluk ibu sambil menangis.Entah mengapa aku merasa bersalah akan kandasnya hubungan ku dengan Denis.Aku merasa sudah mengecewakan ayah dan ibu ku.

"Nggak usah minta maaf.Buat apa?Kamu kan nggak salah"

"Iya Diba.Jangan menyalahkan dirimu sendiri.Takdir kalian memang untuk tidak bersama"

Ayah pindah posisi duduk nya menjadi di sampingku.Beliau juga ikut memeluk ku.

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ke ayah atau ibu ya".Aku mengangguk mantap.

Pagi ku disambut matahari yang bersinar terang di ufuk timur.Aku membuka jendela saat matahari masih malu-malu menampakan sinarnya.Setelah mengungkapkan yang sebenarnya hatiku merasa lega.

Aku bergegas berangkat setelah sarapan bersama kedua orang tuaku.Karena motorku aku tinggal di kantor kemarin maka hari ini aku menggunakan transortasi umum.Ayah dan ibu ku berpesan agar aku tidak memikirkan lagi masalah kandasnya hubungan ku dan juga Denis.Aku bahagia memiliki mereka dalam hidupku.

Berbekal semangat+dukungan dari kedua orang tua,aku masuk kedalam kantor tanpa beban dan rasa takut jika bertemu dengan Denis nantinya.Aku masuk kedalam ruang kerjaku dan melihat Didit yang masih beberes di ruangan ini.Aku tersenyum sendiri dan langsung duduk di kursiku.

Aku mulai memilih berkas-berkas yang sudah hampir deadline.Aku melihat sebuah benda berwarna gold diantara tumpukan berkas.Kuambil benda itu yang ternyata adalah sebuah undangan.Mataku terbelalak ketika membaca nama yang tertera di undangan itu.

Undangan siapakah itu?

Ada Kau Diantara KitaWhere stories live. Discover now