Sembilan bulan sudah usia kandungan ku.Menurut perkiraan anak pertama ku ini akan lahir dalam minggu ini.
Menjelang proses persalinan aku semakin gugup.Aku sering bertanya kepada mama atau ibu.Sebagai seseorang yang sudah lebih dulu merasakan hal tersebut baik mama dan ibu memberikan saran terbaik nya untuk ku.
Mereka memberikan ku support.Mereka menyemangatiku.Mereka juga selalu berada di samping ku untuk jaga-jaga karena sewaktu-waktu aku bisa saja melahirkan.
Mas Adit pun sama.Sejak usia kandungan ku 8 bulan ia tidak pernah pergi lama-lama dari ku.Sebisa mungkin pekerjaan di bawa pulang ke rumah.Ia akan pergi jika ada meeting yang tidak bisa di wakilkan oleh Randy,tangan kanan nya.
Di usia kehamilan 9 bulan ini mas Adit sama sekali tidak pergi ke kantor.Dia sudah mengajukan cuti untuk sementara.Walau dia pemimpin disana tetap saja ia harus mengajukan cuti jika ingin libur untuk sementara waktu.Hanya untuk formalitas sih sebenarnya karena ia pasti akan diizinkan.
"Sayang...jangan ngelamun nggak baik".Mas Adit duduk di sebelahku.Aku menyenderkan kepalaku di bahu nya.
"Aku nggak ngelamun kok".
"Kenapa disini sendirian?"
"Nggak papa.Lagi pengen aja".
"Kamu kenapa sih?Belakangan ini mas lihat kamu sering melamun.Kamu juga terlihat khawatir gitu.Ada apa?Cerita sama mas".
"Aku takut..."
"Takut kenapa?"
"Takut kalau..."
Cup...Mas Adit mencium bibir ku singkat."Jangan ngomong gitu.Kamu harus berfikir positif.Pemikiran positif akan menghilangkan kecemasan yang kamu rasakan".
"Tapi..."
Cup...Lagi-lagi mas Adit mencium bibir ku."Mas akan selalu ada di samping kamu.Menemani mu disaat masa itu tiba".
Aku memeluk tubuh mas Adit dengan erat.Tidak terlalu erat sih.Dengan perut yang sebesar ini aku tidak bisa memeluk suami ku ini dengan erat.Takut menyakiti dedek didalam sana.
"Masuk yuk.Udah mau maghrib".Aku mengangguk.Melingkarkan tangan ku di pinggang mas Adit dan tangan mas Adit melingkar di bahu ku.
Malam telah tiba.Aku tidur miring menghadap mas Adit.Memperhatikan wajah nya yang selalu tampan di setiap saat.Tangan ku terulur untuk mengelus pipi nya.Tidak lama ku turunkan kembali tangan ku karena takut menganggu tidur nya.Aku berusaha memejamkan mata.
Baru sebentar terpejam,entah mengapa malam ini perutku terasa aneh.Tiba-tiba mulas hingga membuat tidur ku tidak nyaman.Akhir nya aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.
Saat perut ku sudah terasa nyaman aku kembali berbaring tapi belum sempat aku memejamkan mata rasa nyeri di perutku kembali datang.
Aku belum mau membangunkan mas Adit karena hal ini sudah terjadi beberapa kali.Kata mama ini adalah kontraksi palsu.Jadi aku pikir yang kurasakna saat ini adalah hal yang sama.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam.Mas Adit masih tertidur lelap di sampingku.
Rasa sakit di perutku semakin menjadi.Rasanya ada yang ingin keluar dari bawah sana.Apa ini sudah saat nya aku melahirkan?Tanya ku pada diri sendiri.
"Mas...".Aku menggoyangkan lengan mas Adit.Karena belum ada pergerakan aku memegang lengan mas Adit kembali.Bersamaan dengan rasa sakit yang kurasakan lebih lagi maka saat berusaha menggoyangkan lengan mas Adit,aku tidak sengaja mencengkeram nya."Mas...".
"Kena...Astagfirullah sayang kamu kenapa?"Mas Adit langsung duduk dan melihatku.Terlihat jelas kekhawatiran di wajah nya.
"Perut aku sakit".Jawabku lemah.
YOU ARE READING
Ada Kau Diantara Kita
Teen Fictionhubungan panjang yang harus kandas karena hadirnya seseorang di tengah-tengah mereka