what can i do

2.4K 239 25
                                    

I just don't know what I'm doing wrong

.

"Hyung, what did I do wrong?"

Semenjak kedatangannya di mansion yang luar biasa megah dan angkuh, Yoongi sudah dihadiahi segumpal Taehyung yang menyedihkan, hidung memerah karena menangis, serta tatanan rambut awut-awutan. Lelaki yang lebih kecil itu bahkan harus memaksa adik sepupunya bebersih diri—tentu dengan iming-iming di luar akal; apabila kau ingat jumlah umur Taehyung dan statusnya.

"You did nothing wrong, Taehyungie. Nothing."

Di balik penampilannya yang macam kucing siap cakar apabila diusik, Yoongi memiliki soft spot tersendiri untuk adik sepupunya. Terlebih saat berita menggemparkan hampir seluruh negara (tidak maksud berlebihan, tapi pemilik mansion ini memang punya pengaruh segitu besar) pecah. Yoongi harus mengambil izin cuti tiga hari dari kantor karena Taehyung terus-terusan merengek disusul demo mogok makan.

Sekarang pun, setelah semuanya ketok palu dan keputusan sudah sah, Taehyung masih senang mencuri waktu demi mengganggu sang kakak. Entah dengan alasan ingin bertemu, rindu suasana rumah, dan yang paling mujarab sampai Yoongi tak akan menolak adalah—

"Aku tak tahu di mana salahku, apakah ini benar-benar sebuah kesalahan, hyung?"

Mendengus tak suka akan keadaan sang lawan bicara, Yoongi menggeleng. "Kau tidak salah, Tae, tidak sama sekali. Kau dengar aku?" tanyanya dengan nada final. "You know if I can, I would happily knock some sense into his head. Tapi itu mustahil, Taehyungie, kau tahu sendiri."

Taehyung menerima sodoran handuk kering dari Yoongi; masih dengan mata sembab dan hidung merah. Sang kakak sudah memastikan takaran suhu airnya pas, jadi Taehyung—yang notabene mudah masuk angin—akan baik-baik saja.

Keduanya menyeret langkah di atas karpet berbulu, mengabaikan tetes air peninggalan sesi berendam beberapa saat lalu.

Yoongi tak melewatkan ekspresi murung Taehyung yang kembali membayangi wajah kala langit di luar jendela berangsur gelap. Pun saat lelaki itu mencuri pandang ke arah jam di nakas.

"What mood are you in today, Tae?" Yoongi berdiri di tengah-tengah walk-in closet, berkacak pinggang di depan lautan pakaian kelas atas. Hell, ia tak bekerja sebagai fashion designer for nothing.

"Don't know. Gloomy?" Taehyung menjawab malas; masih mengenakan bath robe dan sibuk mengeringkan rambut. "Dia pikir dengan menghadiahkanku pakaian baru lalu mendiamkanku setelahnya akan membuat ini baik-baik saja. Bullshit."

"Yeah, yeah, I know you're thirsty and need to get laid. I know, muffin."

"Can I marry you instead, hyung?"

Kepala Yoongi menyembul dari balik pintu walk-in, dahi mengerut dan ekspresi jijik—dalam arti harfiah. "Gross. Aku mengenalmu sejak kau sulit dipakaikan popok, Tae, dan aku seringkali membantu ibumu untuk itu. Bocah bandel. Diam dan pakai ini." Setelahnya, satu setel baju melayang. "Dia memang hanya memandangmu sebelah mata, tapi kau harus membuat manik yang lain tertuju padamu, oke?"

Bibir Taehyung maju; tipikal seseorang yang tengah merajuk dan tidak mau pergi ke mana-mana.

"Tidak suka perhatian," rengeknya.

"Tae ... jangan buat segalanya semakin sulit, hm? Try to win his heart, maybe? Setidaknya supaya rumah ini tidak dipenuhi oleh aura canggung penghuninya."

Merasa perkataan Yoongi benar, Taehyung memeletkan lidah. "Aku masih bisa mengobrol dengan para maid dan penjaga kebun."

"Terserah. Aku pernah dengar dia itu orangnya posesif."

[✓] Blank Marquee • KOOKVWhere stories live. Discover now