video games

2.1K 214 6
                                    

Heaven is a place on earth with you

.

Jeongguk kepalang tahu ada yang tidak beres ketika di akhir konser, ia mendapati Taehyung tengah memohon terang-terangan kepada Namjoon dan Sejin hyung. Terang-terangan, as in di ruang ganti kala semua staff masih berada di area yang sama, satu per satu ribut menanggalkan aksesoris konser dari figur masing-masing member.

Seokjin masih setengah mengunyah snack; Hoseok dan Yoongi belum berhenti membicarakan plakat yang dibawa para penonton konser. Tersisa Jimin—yang berdiri agak ke dekat objek pandangnya; dan sedikit banyak tahu apa yang tengah Taehyung bicarakan (mereka toh bersitatap sebentar, dan Jeongguk mampu menangkap arti kodenya).

Ya, dan tebakannya benar, lantaran tak lama dari sana, setelah wajahnya bebas dari make up lalu berganti pakaian, Namjoon mendatanginya. Sang leader mengatakan untuk segera menemui Taehyung di van terpisah; berucap bahwa ini adalah hal terjauh yang bisa ia dan Sejin hyung lakukan.

"Is he on one of his breakdown, hyung?" Jeongguk bertanya gusar. Taehyung memang sedang dalam kondisi tidak fit hari ini—pilek, mungkin ada tambahan panas dalam karena sarapan tadi, ia mengeluh sulit mengunyah.

Namjoon menghela napas, mengiakan. "Masih ada waktu sebelum kita bertolak lagi. Stay with him, yeah? Dan gunakan waktu kalian baik-baik." Lelaki itu mendaratkan tepukan hangat di bahu Jeongguk; sebelum mendorongnya pelan karena Sejin hyung sudah menunggu di ambang pintu.

"Pelan-pelan," gumam sang manajer; ia lantas menyerahkan kantong kertas ke genggaman Jeongguk. "Dari member yang lain. Kalian pasti lapar. Mereka pamit untuk minum."

Jeongguk menganggukkan kepala, sebelum menarik tuas pintu van dalam gerakan selembut yang ia bisa.

Mesin mobil menyala halus pun deru pendingin mengalun. Kursi pengemudi masih kosong, mungkin tengah menunggu instruksi Sejin hyung sebelum mereka bertolak menuju hotel.

"Hei."

Bukan lagi rahasia bahwa salah satu hal yang tak pernah ada dalam kamus Jeon Jeongguk adalah Taehyung dengan mata sembab dan terlihat menyedihkan. Ia baru saja menyamankan posisi di kursi dan menutup pintu mobil kala bobot tubuh Taehyung menyerangnya tanpa aba-aba.

Dan derai tangis Taehyung yang pendek-pendek di bahunya? Satu lagi hal yang Jeongguk hindari.

"I'm sorry."

Alis Jeongguk menukik. "None of that, angel." Kalimatnya bersarang telak di rungu Taehyung; mengingat bagaimana si maknae kedua practically memeluk leher Jeongguk kelewat erat dan wajahnya terbenam. "Sedikit lagi, hm?" tawar sang lelaki Busan, ketika van mulai bergerak. "I'll bath you, feed you some good food and sleep, okay?"

Taehyung tak menjawab secara verbal. Anggukannya jelas.

Janji Jeongguk tentang kegiatan pampering Taehyung benar-benar diwujudkan sesampainya mereka di lobi hotel. Entah apa yang dilakukan para staff namun agaknya isu pengalihan tentang hotel termahal yang akan disewa BTS selama tur berhasil. Jeongguk tak menemukan kerumunan di mana pun kecuali sekelompok keluarga besar yang mungkin sedang liburan—dan tak ada satu pun orang mengenali mereka.

Tangannya menggiring Taehyung pelan; yang kala itu memilih menyembunyikan wajahnya di balik hoodie—milik Jeongguk, yang entah kapan dicuri.

Menggeser kartu otomatis pada pembaca di pintu, Jeongguk setengah merangkul Taehyung lantaran semakin erat ia mendekat ke arahnya. Jeongguk mendudukkan Taehyung di ujung kasur, berkata pelan tentang menyiapkan bath tub dan segala tetek-bengeknya.

"Don't go."

"Tae ... I won't be long."

"No, you left me long enough."

Siapa yang salah, Jeongguk tak paham. Ia berakhir dengan Taehyung yang mengekor ke mana pun kakinya pergi. Menelepon room service untuk mengantar makanan pada jam tertentu, menyalakan air hangat supaya mengisi tub, dan melucuti setiap lapis pakaian Taehyung.

Kaca di kamar mandi mulai berembun saat suara merajuk kembali terdengar; dan yeah, kulit jemari keduanya mulai mengeriput sekarang. Jeongguk mengangkat prianya tanpa kesusahan, mendudukkannya di pelataran wastafel yang sudah ia siapkan sebelumnya.

"Feel better?" gumam Jeongguk; terlalu gugup memecah keheningan yang sudah terbangun sempurna. Di pikirannya bermain seribu satu skenario masa lalu di mana Taehyung akan berbuat di luar akal lantaran terlalu banyak pikiran berkejaran dalam kepalanya.

Taehyung lagi-lagi hanya membalas dengan anggukan, membenamkan wajahnya ke perpotongan leher dan bahu Jeongguk sembari menyesap dalam-dalam aroma sabun rempah. Perutnya mulai bergumul lapar; snack titipan dari para hyung tergeletak terlupakan. Ia butuh sesuatu yang hangat dan berkuah—Jeongguk sudah menebaknya barusan.

"Feed me?"

Jeongguk melepas senyum; ia antarkan kalimat penenangnya tepat di pelipis Taehyung. "You know better than to ask, Tae," katanya. "Beritahu jika kau ingin makanan yang lain, hm?"

Yang ditanya menggeleng. "Ingin tidur."

"Okay, angel."

"Aku merepotkanmu lagi."

Later that night saat makanannya habis pun tempat tidur berukuran raksasa di tengah kamar hotel sudah diokupasi, kalimat Taehyung yang sarat insekuriti mengalir ke udara. Surai birunya yang mulai pudar hingga berganti ke arah hijau mint berbaring acak di permukaan bantal, pun selimut tebal yang ia tarik sampai dagu.

Jeongguk menolehkan kepala; sebelah tangannya menelusup di bawah bantal Taehyung. Sedikit memiliki alasan supaya ia dapat dengan mudah memberikan pijatan halus di bahu Taehyung.

"Semuanya sesak, Gukkie, orang-orang berbicara di waktu bersamaan. Latihan, tukar pakaian, mic rusak, entah apalagi." Taehyung membersit; sepertinya mulai mendekati titik paling sakit. Siapa yang tahu berapa lama ia menahan semua di tengah-tengah jadwal tur gila-gilaan. "Sebenarnya Sejin hyung mengizinkanku untuk tidak tampil dan akan bertanggung jawab. Tapi mana aku bisa. Maka dari itu, barusan ia memberi izin padaku tanpa berpikir walaupun yang lain memiliki jadwal minum.

"Maaf kau harus tinggal di sini, Gukkie."

Napas Jeongguk terhela; pegangannya akan tubuh Taehyung mengerat. Satu gerakan, dan kini si lelaki Daegu practically berbaring di setengah figur Jeongguk; melenguh nyaman kala prianya menggambar motif abstrak di punggung.

"Kalaupun aku pergi, aku tidak akan bertahan lebih dari sepuluh menit, Tae," ungkap Jeongguk, mengubah posisi sejenak dan mendaratkan bibirnya di dahi Taehyung. "Please don't hesitate to approach me, if something like this comes up again. We're not together for one or two days, right, angel?"

Taehyung tak langsung menjawab. Ia mengantarkan ucapan terima kasihnya lewat sapuan lembut di bibir Jeongguk; menelurkan senyum kecil pertamanya sejak konser berakhir. Mengisap dalam-dalam aroma prianya sembari memungut banyak-banyak afeksi yang dilontarkan padanya.

He's a man in needs of constant affection, dan Jeon Jeongguk dengan senang hati akan memberikan provisi secara penuh.

"I don't deserve you."

Menelan tawa, Jeongguk membalas. "You deserve the whole world with its finest love, Tae. I would realign the stars if you ask this very moment," ujarnya; ujung ibu jari mengusap jejak airmata yang mulai mengalir dari hazel Taehyung, pun lontaran gestur yang akan kau temukan kala menidurkan bayi. "Sleep, love. You need it."

Menyambut Taehyung yang kala itu menghambur dalam pelukannya lebih dalam, Jeongguk menyematkan ucapan selamat tidur di pucuk kepala prianya.

"I love you."

[✓] Blank Marquee • KOOKVWhere stories live. Discover now