blue jeans

2.2K 215 21
                                    

I will love you 'til the end of time. I would wait a million years.

.

Taehyung hampir alpa dengan besar dan luasnya mansion Jeongguk acapkali dirinya berkunjung. Sebenarnya bisa dihitung menggunakan jemari tangan, karena Jeongguk lebih memilih menghabiskan waktu di flat prianya; membawa sekantong besar snack, selimut tambahan, dan beberapa potong baju. Taehyung bahkan sudah tak lagi berpikir dua kali saat menengok lemari—bajunya atau baju Jeongguk, ia tak peduli.

Tapi, khusus akhir minggu ini—dan bertepatan dengan Halloween pula; Jeon Jeongguk dengan spesial memintanya untuk datang. Pria itu bahkan total mengingatkan Taehyung seharian ini lewat telepon atau bahkan pesan singkat: jangan lupa, atau bawa persiapan baju, 'kay? hingga maaf, aku tidak bisa menjemputmu—padahal yang dipesankan pun sudah berkali-kali bilang aku bisa berangkat sendiri, Jeongguk, kau bersiap-siaplah.

Jalanan ramai—bisa ditebak—dengan sekumpulan anak kecil hingga orang dewasa dengan kostum Halloween beraneka ragam. Seingatnya, Taehyung baru saja berpapasan dengan karakter Naruto dalam vibe zombie di lampu merah. Oh, oh, dan si karakter Ratatouille seukuran manusia. Stasiun radio pun tak berhenti memainkan lagu bertema sama (Taehyung benar-benar akan gila jika sekali lagi ia mendengar Thriller milik Michael Jackson dimainkan lewat speaker mobilnya).

Kediaman Jeongguk—atau lebih tepatnya mendiang keluarga Jeon, karena kini hanya tersisa seorang anggota keluarga—berada di pelataran elit. Di mana jalanannya tersusun oleh bebatuan tumpul seperti yang akan kautemukan di kota-kota Eropa, lampu taman di sana-sini yang mengusung kesan antik dan aura angkuh serta penuh privasi dari tiap susun atapnya.

Jika deretan rumah mewah yang menyambut Taehyung di pintu depan perumahan sudah mampu mengintimidasi, tunggu hingga kau mematikan mesin mobilmu di depan undakan pintu depan mansion keluarga Jeon.

Adalah Jeongguk sendiri yang kala itu membukakan pintu mobil Taehyung, menariknya ke dalam pelukan singkat dan sapaan ringan di pelipisnya. "I miss you," lenguh sang putra Jeon, memotong pertanyaan Taehyung tentang Kim Seokjin—kepala pelayan mansion yang seringkali menyambutnya di pintu setiap ia berkunjung. "Come, I don't want you to get cold. Seokjin hyung sudah menyiapkan semuanya di ruang makan."

Taehyung amat mencintai seni—well, itu adalah alasan utama dirinya mengambil major tersebut di universitas. Maka dari itu, ada kebahagiaan tersendiri untuknya berkunjung kemari.

Mansion Jeon penuh dengan nuansa antik dan lukisan entah dari jaman apa—mungkin semenjak kakeknya lahir, atau jauh ke belakang? Taehyung tak pernah tahu. Fakta bahwa ada rahasia tersendiri di balik kokoh dinding dan tebalnya karpet mansion, memaksa Taehyung melahirkan misi: ayo tanya semuanya pada Jeongguk. Ia lupa sudah sampai pembahasan mana minggu kemarin.

Jeongguk tak main-main soal Seokjin yang sudah menyiapkan segalanya di ruang makan, karena tepat sebelum sang tuan rumah mendorong pintu yang memisahkan koridor dengan tujuan keduanya, bau lezat dan menggiurkan mulai menggoda indra penciuman Taehyung. Ayam, daging, entah hidangan apa lagi.

"He's going all out with all he had in the kitchen," kekeh Jeongguk; binar onyx-nya mengerling jenaka. "Kuharap kau cukup lapar untuk ini, hm?"

Taehyung terbahak. "Are you kidding? I'm starving!" Oke, mungkin ia terlalu bersemangat, karena detik berikutnya, Seokjin mulai menyuruh keduanya mengambil tempat. Pria itu memberikan suruhan-suruhan kepada tiga orang pelayan lain; dan Taehyung terkesima dengan bagaimana lengan-lengan pucat itu mengatur susunan makanan di mejanya.

"Ini bahkan bukan ulangtahunku maupun hari peringatan ... kau tahu ...." Suara Taehyung mengecil di akhir kalimat, memaksa Jeongguk bangkit dari kursi lantas menghampiri.

[✓] Blank Marquee • KOOKVWhere stories live. Discover now