of anxiety and a spontaneous date

7.9K 950 48
                                    

Selang tiga hari dari kejadian kondangan gebetan, Taehyung tiba-tiba terserang insom.

Bukan insom betulan sih, tapi memang bocah itu aja yang tidur siangnya kelamaan. Dosen mata kuliah siangnya tiba-tiba membatalkan kelas karena istrinya melahirkan; dan lepas dari situ jadwal Taehyung memang kosong. Jadilah di tengah kesempatan yang cuma datang sesekali, Taehyung pulang ke kosan dengan hati gembira.

Nggak lupa buat update twitter dan story ig buat pamer: gue pulang duluan, haha, belajar yang pinter ya para calon penerus bangsa.

Lalu berakhir dengan Taehyung yang kesel sama dirinya sendiri akibat kebablasan tidur. Kalau sudah begini, tempat pertama yang dia tuju adalah ruang makan—sambil seduh susu panas (kali ini bukan susu cair) dan masak mi instan. Masih positive thinking, mungkin dia lapar, jadi mana bisa tidur.

Sambil nunggu airnya masak, Taehyung iseng duduk di konter sambil cek portal download film. Mana tahu ada film anyar baru diupload; lumayan, walaupun mahasiswa sibuk tapi masih bisa update peradaban.

Bungkus mi dibuka, dan bumbu pelengkap udah rapi tunggu dituang. Sembari Taehyung ngaduk-ngaduk mi di panci, dia keinget kejadian waktu lagi sesi salaman tamu di kondangan kemarin.

Nggak canggung, untungnya, dan Taehyung juga sangsi kalo kak Hyungsik-nya dulu ngeh disukain sama adek kelas dua tingkat di bawahnya. Mereka cuma kenal lewat ekskul teater, itupun mesti Taehyung terus yang carmuk sampai akhirnya mereka bisa saling sapa di koridor.

Tapi yang namanya mengagumi doang; akhirnya si kakak kelas pergi duluan ke universitas; tinggallah si adek sendiri. Jujurnya Taehyung cuma amaze, kak Hyungsik-nya masih inget dia—sampe reach out cuma buat nanya alamat dan kirim undangan.

Amaze dengan embel-embel patah hati, bro.

"Aku kirain Yoongi yang malem-malem laper terus ke dapur, taunya kamu."

Untuuuuung aja Taehyung udah selesai nuang mi-nya ke mangkuk; hampir aja dia mandi air mendidih malem-malem.

"Iya, nggak bisa tidur mas, soalnya," kekeh Taehyung. "Pikir aku laper, ya udah masak mi deh. Tapi emang laper sih, tadi tidur siangnya bablas soalnya."

Taehyung baru sadar lawan bicaranya diem waktu dia angkat pandangan dan ketemu sama pasang alis Jeongguk yang menukik. Cowok itu ninggalin spot awalnya—nyender di kusen pintu—lalu duduk di depan Taehyung. Persis Minggu pagi kemarin.

"Jadi kamu belum makan dari tadi siang?"

Taehyung angguk ringan. "Iya mas. Terus karena aku ngantuk, ya udah deh."

"Terus makan mi?"

Tadinya mau nyuap, tapi demi kesopanan akhirnya ditinggal bentar. "Adanya ini sih, hehe."

Alis Jeongguk makin menukik; lalu dia cek layar hp sekilas. "Oke, masih jam segini. Dah. Mi-nya kamu kasih Mingyu aja ya dek, mumpung dia belum tidur juga kayaknya."

Taehyung, masih sedikit bego karena laper dan mulai cari kasur, melongo.

"Lah, terus aku makan apa?"

Jeongguk geleng-geleng, sambil bergumam kecil yang nggak begitu ketangkep sama Taehyung.

"Makan yang bener, dek, mana dari siang masih kosong kan perutnya. Nggak baik kalo cuma mi aja. Bukannya kamu ada maag?" Lalu cowok itu mengetik singkat di hp, sebelum beralih pada Taehyung lagi. "Yuk, takut keburu tutup. Percaya ama mas, makanannya enak kok, dan ada nasinya."

Mengangguk bisu, akhirnya Taehyung mengekor di belakang Jeongguk. Pamit sebentar buat ngambil jaket. Bisa gawat kalau tiba-tiba masuk angin kan, inget jaim.

Sepanjang mereka jalan sebelah-sebelahan—warungnya ga jauh dari kosan—Taehyung mulai ngebentuk keberanian sendiri buat nanya perihal kejadian waktu proses salaman. Sebenarnya, kalaupun Jeongguk izin buat nggak ikut ke panggung pun Taehyung nggak apa. Yang dia kaget, Jeongguk santai aja jalan di sampingnya; jadi Taehyung pikir: ya udahlah, seenggaknya gak keliatan sedih-sedih amat.

Tapi begitu giliran Jeongguk hadap-hadapan sama Hyungsik, ada kali lima detik cowok itu diem sambil merhatiin mantan gebetannya lamat-lamat. Sampe Taehyung dan mempelai wanitanya noleh penasaran.

—ini mereka nggak tiba-tiba saling suka kan ya?

Sampe akhirnya, Jeongguk kesadar dan mengangguk kecil ke arah Hyungsik; lantas menyejajarkan langkahnya dengan Taehyung turun dari panggung.

Sejak dari situ, sebenarnya, Taehyung sering kepikiran. Apa mungkin penyebab dia susah tidur karena alam bawah sadarnya juga ikut penasaran.

Hm.

Taehyung agak terlonjak waktu Jeongguk narik lengan jaketnya, ngasi tau bahwa warungnya masih buka—masih banyak motor dan lampunya juga masih terang.

Entah dorongan dari mana, Taehyung berhentiin langkah beberapa meter dari tujuan mereka. Dan tentu tersembunyi dari entitas bernyawa yang masih pada bangun pula.

"Mas, aku boleh nanya nggak?"

Lekukan di dahi Jeongguk terbentuk dalam hitungan detik. "Nanya apa dek? Selama mas bisa jawab, mas jawab."

"Anu ... um, mas inget kan waktu kemarin kita ke kondangan?" Taehyung buka suara lagi, sambil sibuk mainin ujung lengan jaketnya karena gugup.

"Iya, mas inget. Kenapa emangnya?" Jeongguk nanya balik; sebelum dia mendengus pelan. "Kamu dihubungin sama gebetan kamu lagi?"

"Eh bu—bukan gitu, mas. Aku cuma penasaran sama mas Jeongguk." Si putra Kim diem sebentar, lalu tarik napas. "Mas Jeongguk kenapa waktu salaman kemarin lama banget, mana ekspresinya serem pula. Kayak mau ngajak berantem kak Hyungsik."

Jeongguk melongo. Masih mencerna pertanyaan, sebelum dia akhirnya terkekeh sendiri dan menarik lengan Taehyung untuk melanjutkan perjalanan.

"Oh, itu. Bilang dong, dek. Mas kira kamu mau nanya apa," canda si senior. Beberapa langkah sebelum mencapai tempatnya, Jeongguk menghentikan langkahnya lagi. "Mas cuma pengen tau. Dia itu bentukannya kayak gimana sampe bisa digebet sama kamu."

Taehyung?

Modar di tempat.

[✓] Sincerely, Yours • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang