Wedding Dress

3.7K 290 18
                                    

Wedding Dress

"Hapus liurmu, astaga!" Suara Tyler membuat Jason menutup bibirnya.

Ia tidak sampai mengeluarkan air liur, sialan Tyler. Namun, memang kemunculan Irene dengan gaun pengantin di depannya benar-benar sukses menyihirnya. Jason bahkan tak sadar ia sudah melangkah ke arah wanita itu, membuat Irene menatapnya kaget karena Jason tiba-tiba berdiri di depannya.

"Minggirlah. Aku harus menunjukkan gaunnya pada Licia." Irene mendorong Jason.

"Kau akan menikah denganku, bukan dengan Licia," sahut Jason seraya memutar mata.

"Baiklah, kalau begitu katakan padaku, apa gaunnya sudah pas denganku?" tuntut Irene.

"Sangat pas," sahut Jason seraya menunduk ke arah wanita itu, tapi ia tak bisa lebih turun lagi ketika Irene menahan kening Jason dengan jari telunjuknya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Wanita itu menyipitkan mata tajam.

"Ada sesuatu di rambutmu," Jason berdusta dengan cepat. Ia berpura-pura mengambil sesuatu di rambut Irene dan melangkah mundur.

Ia berdehem ketika Licia tertawa pelan.

"Apa aku tampak aneh?" Irene bertanya pada Licia, salah paham akan arti tawa Licia.

Licia berdehem. "Kau tampak cantik, Irene. Sangat cantik. Hanya saja ... Jason tampak lucu."

Jason memutar mata. Baiklah, ia barusan melakukan hal yang konyol. Ia sendiri bahkan tak sadar apa yang ia lakukan tadi. Itu instingnya. Alam bawah sadarnya. Atau semacam itulah.

"Kurasa kau juga harus mencoba pakaianmu, Dude," Luke berkata.

"Aku selalu tampak bagus apa pun yang kupakai," Jason menyombong.

"Kau selalu tampak seperti playboy, apa pun yang kau pakai," Irene menyahut.

Jason mendengus tak percaya. "Aku sudah berhenti menjadi playboy," aku Jason.

Irene mengangkat alis meragukan. "Sejak kapan? Kau bahkan menciumku ketika aku hanya menempelkan bibirku pada bibirmu, jika kau lupa."

"Sejak saat itu," tandas Jason. "Sejak kau berkeras jika kau hanya menempelkan bibirmu pada bibirku padahal kau memang menciumku. Karena, Sayang, ciuman itu ada banyak macamnya. Dan nanti, aku akan menunjukkan semuanya padamu." Kata-kata penuh janji dari Jason itu membuat Irene mengernyit, tampak sedikit panik.

"Senang mendapati akulah ciuman pertamamu," Jason berkata lagi, membuat mata Irene menyipit kesal.

"Aku tak bisa untuk tidak jijik memikirkan aku wanita keberapa yang kau cium," sinisnya.

"Kuanggap itu kecemburuanmu," balas Jason enteng.

"Bermimpilah, kalau begitu," Irene tak mau mengalah.

"Jawab aku sekali lagi dan aku benar-benar akan menciummu," ancam Jason. Kali ini, Irene benar-benar menutup bibirnya rapat. Jason tersenyum saat ia mendekati Irene lagi. Ia menunduk dan berkata di dekat telinga wanita itu,

"Kau adalah yang terakhir untukku, Irene. Satu-satunya."

Jason menegakkan tubuh, lalu berjalan melewati Irene untuk menuju ruang tempat ia memilih pakaian.

***

"Kau yakin kau tidak akan membiarkanku melawan kakak tirimu itu?" Jason bertanya, untuk kesekian kalinya.

"Aku akan melawannya sendiri," tegas Irene, balasan yang sama untuk kesekian kalinya.

"Baiklah," sahut pria itu, lalu ia kembali menjelaskan pada Irene tentang perusahaan-perusahaan di bawah naungan AF Group. "Perusahaan ini," sebut Jason seraya menghentikan slide i-Pad-nya dan menunjuk logo perusahaan itu.

A Deal With Mr. Playboy (Dark Marriage Series #2) (End)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora