2

69 12 30
                                    

"Hyung... aku mohon padamu, Hyung! Jinho Hyung!"

Hui jatuh berlutut, mengepalkan kedua tangannya erat diatas pahanya.

"Ya Lee Hwitaek bangun! Apa yang kau lakukan?!" Jinho segera menarik Hui untuk berdiri tapi Hui menangkisnya.

"Tidak Hyung. Aku akan terus seperti ini sampai kau mau membantuku."

"Aku bisa apa--"

"Kau bisa memberitahuku dimana keberadaan Seunghee sekarang Hyung!" Hui berucap sedikit berteriak, emosi mulai menyelimutinya.

"Hyung sungguh aku tidak bisa seperti ini lagi, aku lelah jika harus hidup dengan bayang-bayangnya dan rasa bersalahku. Aku... Aku..." tanpa sadar Hui menangis, hatinya sesak ia tak bisa menahannya lagi, sudah cukup rasa rindu juga rasa bersalahnya yang selama ini ia tahan.

Hui pikir kejadian seperti ini hanya ada didrama dan cerita saja, tapi nyatanya ia mengalaminya sendiri.

"Kau tahu ibumu akan marah jika kau seperti ini." Ucap Jinho.

"Cepat bangun. Kau punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan." Lanjut Jinho.

Hui tak bergeming, tangannya masih mengepal keras. Hatinya Sungguh sakit.

"Lee Hwitaek kau dengar tidak? Bangun!"

"Apa itu sulit sekali untukmu Hyung?" Hui menyela, menatap tajam Jinho.

"Aku percaya padamu, Aku menghormatimu. Tapi... kau ternyata sama saja dengan ibuku."
Hui bangun, merapihkan bajunya, berjalan menghampiri Jinho.

"Aku akan menemukannya. Meski tanpa bantuanmu." Ucap Hui, kemudian ia berlalu pergi setelah menabrakan bahunya dengan bahu Jinho.

Jinho menghela nafas lelah, mengacak rambutnya frustasi.

"Argh! Kau membuatku benar-benar jadi orang jahat Hui!"

......

"Seunghee-ya!"

Seunghee menoleh, tersenyum menatap Shinwon yang mendekatinya.

"Halo Sebinnie... kau sudah sehat ya?" Sapa Shinwon pada Sebin yang berada dalam gendongan Seunghee.

Sebin tersenyum lucu membalas Shinwon, membuat Shinwon semakin gemas. Seunghee yang melihatnya terkekeh pelan.

"Kau mau membuka toko?" Tanya Shinwon, Seunghee mengangguk.

"Ayo aku antar."

"Tidak usah, kau harus pergi ke kantor juga kan?"

"Kita searah, jadi tidak apa. Ayo!"

Seunghee hanya menurut saja saat Shinwon menarik tangannya untuk masuk ke mobil.

.......

"Hui Oppa!"

Hui menghentikan langkahnya, menatap seorang gadis yang berjalan anggun mendekatinya.

"Ayo kita makan siang bersama, ada restoran sup iga sapi didekat sini. Kau pasti suka."

Hui menghela nafasnya lelah.

"Maaf Soojin, aku tidak bisa. Kau pergi sendiri saja."

"Kenapa?"

"Aku harus makan siang dengan klien kita, untuk membahas proposal."

"Kalau begitu aku ikut, aku-"

"Tidak usah, aku dan Jinho Hyung saja sudah cukup. Kau nikmati saja waktu istirahatmu." Ucap Hui, setelahnya ia berlalu pergi begitu saja meninggalkan Soojin.

Soojin hanya bisa menatap sendu Hui yang berjalan menjauh.

"Sesusah itu ya untuk meluluhkan hatimu..." gumam Soojin pelan.

......

"Eunbin-ah." Panggil Seunghee pada pekerja part time ditokonya.

"Ya Eonni?" Sahut Gadis cantik dengan pipi chubbnya itu, Kwon Eunbin.

"Aku akan membeli bahan-bahan yang habis didapur sekalian ke rumah sakit untuk kontrol sebin, aku titip toko ya?"

"Siap! Laksanakan!" Seunghee tertawa melihat Eunbin yang mengangkat tangannya hormat, ekspresi wajahnya juga lucu.

"Bye bye..." Seunghee melambaikan tangan kecil Sebin pada Eunbin yang disambut gemas oleh gadis berpipi chubby itu.

"Pai paiiii."

Seunghee menjalankan sebuah toko roti merangkap mini cafe yang menjual kopi dan teh juga minuman lainnya. Usaha ini Seunghee jalankan untuk menyambung kehidupannya bersama Sebin, ia tak punya siapa-siapa lagi, hidup sebatang kara dan kini mempunyai seorang anak dirinya harus bekerja keras untuk menghidupi ia dan anaknya.

.....

"Bagus! Sebin anak pintar jangan sakit lagi oke?" Ucap seorang dokter muda berparas cantik itu pada Sebin.

"Baik dokter..." Seunghee yang menjawab sebagai gantinya, sang dokter bernama Yeeun itu tersenyum.

"Oh? Kalian datang berdua saja? Ayahnya kemana?"

"A-ah! Ayahnya sibuk bekerja jadi tidak bisa mengantar." Jawab Seunghee kaku.

"Ah begitu, tapi suamimu tampan dan tinggi seleramu bagus juga." Yeeun terkekeh pelan.

"Pria tinggi?"

"Ya, yang bersamamu malam itu. Suamimu kan?"

"Ah itu... bukan dia bukan suamiku, dia temanku."

"Oh maaf, aku kira dia suamimu. Maaf aku lancang sekali." Yeeun menunduk meminta maaf.

"Tidak apa-apa dokter." Seunghee tersenyum maklum.

"Kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih.."

"Ya, hati-hati dijalan. Bye Sebinnie..."

Seunghee berjalan pelan, menatap Sebin dalam gendongannya. Sebin tersenyum manis, membuat Seunghee ikut tersenyum.

"Tidak apa-apa sayang, yang terpenting Mama ada untuk Sebin dan Sebin ada untuk Mama."
Ucap Seunghee lalu mencium kening Sebin sayang. Ia mencoba menghibur dirinya sendiri dan Sebin. Meski sejujurnya ia merasa sedih. Dirinya merindukan sosok pria yang berstatus Ayah kandung Sebin, ya ia sangat merindukannya. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, selain terus berlari dan menghindari pria itu, demi kebaikan Sebin.


Satu titik
Dua koma
Seunghee cantik
Hui yang punya

Wkwkwk, ini part kedua aku publish sekaligus dengan part pertama,
so enjoy and thank you for reading this story, Love yaa❤


- L e e c i -

Way Back To You [HIATUS]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora