Tiga

1.4K 116 9
                                    

"Mook!"
"Ibu, Kenapa, Bu?" seru Mook cemas saat ibunya tergopoh gopoh berlari kearahnya.
"Kamu jangan masuk!" Ibu Mook mendorong tubuh putrinya sampai keluar pagar.
"Kenapa, Bu? Ada apa?"
"Ayah kamu..."
"Jalang!" teriak suara marah dari dalam. "Mana uangnya? Sialan kamu, pelacur!"

"Bu, ayah mabuk?" tanya Mook. Sakit hatinya mendengar ibunya dipanggil "pelacur".
"I-iya!" Ibu Mook tergagap. "Kamu pergi saja, jangan pulang dulu. Ibu nggak mau kamu jadi sasaran."

"Tapi, nanti ibu yang dipukuli..."
"Ibu nggak apa apa..."
"Tapi, Bu..."
"Udah kamu pergi saja!" Ibu Mook mengunci pagar lalu masuk dan mengunci semua pintu.

Sedih, Mook melangkah gontai menjauh rumahnya.

.

Off menyipitkan mata sambil menghentikan mobilnya didepan rumah. Malam itu ia dan Gun baru pulang nonton.
(Off matanya udah sipit gausah nyipit nyipitin mata lagi wkwk)

"Gun, itu Mook bukan?" tanya Off sambil menunjuk gadis yang mematung diatas bak sampah di depan pagar.
Gun memperhatikan gadis yang ditunjuk. Off langsung terbelalak. "Astaga!" seru Gun.

Gun buru buru turun dari mobil dan mendekati sahabatnya yang masih mematung. "Mook! Kamu sedang apa di sini?"
Mook mendongak hingga Gun dapat melihat wajahnya yang pucat. "Aku... aku nggak tahu harus kemana, Gun..."

"Ya, ampun..." Gun meraih tangan Mook dan membantunya berdiri. "Kamu pucat banget, Mook." Gun menoleh ke arah Off. Sepupunya langsung turun dari mobil dan mendekati mereka.

"Kamu baik baik aja , Mook?" tanya Off. Mook tidak menjawab.
"Mook, sejak kapan kamu di sini?" tanya Gun.
"Dari sore..."
"Kenapa kamu nggak masuk? Ayo, kita masuk
" Gun menuntun tangan Mook, tapi tahu tahu tubuh Mook limbung dan pingsan, membuat Gun terpekik. Refleks, Off menahan tubuh Mook kemudian menggendongnya.

"Buka pagarnya, Gun," kata cowok itu.

Gun menurut. Ia membuka pagar, lalu berlari membuka pintu depan sambil berteriak memanggil mamanya.
Off membawa Mook kedalam, lalu membaringkannya di sofa.

"Ya, ampun Mook kenapa?" Mama Gun yang tergopoh gopoh menghampiri mereka langsung panik.
"Aku juga nggak tahu, Ma" jawab Gun. "Tadi waktu kami pulang, Mook sudah duduk di bak sampah depan. Katanya dia duduk di situ dari sore."
"Ha? Kenapa dia nggak masuk saja?" Mama mengusap usapi dahi Mook. Mama lalu menyuruh Gun mengambilkan minyak angin, kemudian menggosok gosokan tengkuk, dahi, dan leher Mook dengan minyak angin itu.

"Lihat, sekarang sudah jam sembilan. Pasti dia belum makan apa apa dari siang. Pantas jadi lemas begini."
"Mook..." Gun memanggil sambil mengguncang pelan tubuh sahabatnya. "Bangun, Mook..."

Perlahan Mook membuka mata. Ia mengibaskan tangan di depan hidung dan berkata lemas, "Bau sekali."
"Syukurlah kamu sudah sadar," kata Mama.
Gun langsung memeluk Mook erat erat. "Kamu kenapa Mook?" tanya Gun. "Kamu bikin aku cemas. Harusnya kamu masuk aja dari tadi."

"Maaf, Gun," kata Mook. "Aku... aku... Ayahku mabuk lagi, Ibu menyuruhku pergi. Maaf, Gun, aku nggak tahu harus kemana lagi... Aku..."
"Sudahlah, yang penting kamu nggak apa apa." sela Mama, walaupun dalam hati mulai cemas mendengar kondisi rumah tangga orangtua Mook.

"Maaf, aku selalu merepotkan, Tante," ucap Mook lirih.
"Tidak apa apa, kami senang bisa membantu kamu. Ayo, kamu harus segera makan, setelah itu istirahat" ujar Mama.

"Makasih, Tante" ujar Mook. Ia menoleh dan menatap Off. Cowok di hadapannya tersenyum hangat, lalu berlalu dari situ.

.

Mook memandang langit langit kamar dengan sayu. Hari masih subuh, bahkan fajar pun belum menyingsimg, namun tak seperti biasanya ia sudah terbangun. Semalaman tidurnya tidak nyenyak karena ia mengkhawatirkan keadaan ibunya. Cepat cepat ia menelepon HP ibunya, dan dijawab oleh ibunya. Ternyata setelah memdapatkan yang diinginkannya yaitu uang, ayahnya pergi entah kemana.

WILL BE REPLACED Where stories live. Discover now