Start

1.1K 100 2
                                    


Off menyentuh dahi Gun.
"Ya ampun Gun!" seru Off. Ternyata badan Gun panas sekali. "Kamu kok nggak bilang kamu demam?"
"Tadi pagi kan aku udah bilang aju nggak enak badan, tapi kamu nggak percaya!"

"Gun, kamu udah makan belum?" tanya Off cemas.
"Udah! jawab Gun ketus sambil berlari ke kamarnya sambil membanting pintu.

Off menarik nafas. Ia merasa bersalah karena tadi pagi mengira Gun hanya mencari cari alasan supaya bisa bolos sekolah. Pasti Gun marah. Pantas saja sikapnya jadi berubah begitu, pikir Off.

Off pergi ke dapur untuk membuat bubur dengan cepat. Lalu ia mengambil obat penurun panas, lalu bergegas menemui Gun di kamarnya.

"Makan dulu ya, Gun." Off meniup sesendok bubur.
"Nggak mau."
"Ayo dong, kamu harus makan" bujuk Off. "Kamu nggak mau coba masakanku, ya?"
Alis Gun naik, tanda tak yakin, lalu memakan sesuap bubur itu.

"Enak nggak?"
"Terlalu asin" kata Gun.
"Masa?"
"Kamu kebelet kawin ga?"
"Yah, nggak enak ya?" ucap off lirik.
"Eh aku becanda, lagi. Rasa buburnya pas kok."

"Kamu marah ya sama aku?" tanya Off.
"Iya" jawab Gun polos, membuat Off menyunggingkan senyun. "Kok malah senyum sih? Seneng ya udah bikin aku marah?"

"Bukan gitu. Kamu kalau lagi marah lucu deh, makin imut. Hehehe..." Off terkekeh

"Aku minta maaf ya, Gun. Sekarang kamu makan dulu. Aku nggak mau kamu sakit. Kamu harus cepet sehat."
"Tapi maunya di suapin." Gun jadi manja.
"Oke deh, Tuan muda."

Malamnya, Off mengecek suhu badan Gun dan syukurlah sudah turun.
Esoknya Gun terbangun dengan wajah segar, dia merasa sudah sembuh dan kembali melanjutkan aktifitasnya.

.
.

Gun mengetuk pintu kamar Off dengan tak sabar.
"Sebentar" seru Off dari dalam. Ia baru selesai mandi dan menyisir rambut. Cepat cepat dibuka pintu kamar itu.
"Hei!"sapa Gun.
"Oh... kamu. Ada apa?"

Gun masuk sambil celingukan. "Kamu cari apa?" Off heran melihat Gun celingukan.
"Tuh bener kan, lukisanku ada disini." Gun sempat melupakan lukisan itu. Begitu dia ingat, lukisannya sudah tidak ada di ruang keluarga.

"Enak aja ambil ambil lukisan orang" Gun meraih lukisannya dan siap beranjak dari situ.
"Eit, tunggu!" seru Off. "Ini kan aku yang nemu, kok kamu bawa sih?"
"Enak saja. Lukisan ini aku yang bikin tahu."
"Tapi tidak ada nama kamu di sini."
"Aku memang tidak menamainya."
"Nah kan... coba lihat ini." Off membalik lukisan dann mendekatkannya ke wajah Gun. Gun membaca tulisan ramping yang tertera di bagian kiri bawah lukisan itu, Punya Off.

"Kamu... Dasar!" Gun cemberut berat.
"Duh, kamu kalau ngambek selalu cemberut. Sekali kali kamu foto muka kamu yang lagi cemberut, terus kamu lukis sendiri foto muka cemberutnya, pasti lucu." Off tertawa, namun Gun tidak menanggapi. Pria imut itu berbalik, berjalan ke pintu.

"Gun!" Off tiba tiba mengejar Gun dan mengecup pipinya dengan cepat.
"Ih...!" Gun berbalik, melayangkan beberapa pukulan di lengan Off. Off menangkapnya, membuat Gun berhenti dan selama beberapa menit mereka bertatapan.

"Makasih ya buat lukisan kamu yang bagus. Aku suka banget sama lukisannya. Jangam bosen melukisku, ya" kata Off lembut sambil memeluk Gun.
"Enak saja! Kalau mau dilukis, ya harus bayar." Gun melepaskan diri dari pelukan Off, lalu duduk ditempat tidur pria itu.

"Kok gitu sih?"
"Ya iyalah. Di dunia ini nggak ada yanh gratis, tahu!"
"Bayarnya pake apa?"
"Ya uang dooong! Mana? Seratus bath." Gun mengulurkan telapak tangan.
"Kan tadi udah" kata Off sambil mendekati Gun dan duduk di sampingnya.

"Tadi kapan? Belum."
"Ah, bilang aja kamu pengin lagi..."
"Apaan?"
"Kan aku bayarnya pake ciuman."
Buk! Gun menimpuk wajah Off dengan bantal. Off terbahak.

WILL BE REPLACED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang