Bab 4

2.8K 356 16
                                    

Sasuke membungkuk meminta maaf pada penjaga gerbang, merasa sudah sering merepotkannya karena sering pulang di waktu yang hampir terlambat. Paman penjaga gerbang tersenyum maklum, tidak lagi mengomel kali ini. Pria paruh baya itu juga mengatakan masih ada tamu di dalam.

Mengangguk mengerti, Sasuke melanjutkan langkahnya masuk. Tidak sengaja menoleh ke ruangan paling depan dekat tangga. Satu kakinya sudah menginjak anak tangga pertama, namun keinginannya untuk naik di urungkan sebentar. Di ruangan yang khusus pengunjung, pintunya terbuat dari kaca dengan sebagian dinding juga ditutup kaca hingga siapapun yang ada di dalamnya akan terlihat dari luar. Sasuke melihat dua orang yang mirip disana. Sama - sama berambut pirang dan tentu saja Sasuke mengenali salah satunya sebagai Naruto. Sedangkan seorang lagi pria paruh baya Sasuke menduga orang itu ayah Naruto, mungkin.

Keduanya berbicara cukup serius. Tidak terdengar apa yang tengah mereka bicarakan dari tempat Sasuke berdiri. Naruto menyandarkan tubuhnya ke meja di belakangnya. Kedua tangan masuk ke dalam saku jaket, raut wajahnya datar seolah tanpa emosi. Menatap pria paruh baya di depannya yang duduk santai di sofa panjang yang memang disediakan disana.

Berbeda dengan Naruto yang tidak bisa terbaca, pria paruh baya itu berbicara serius, ekspresinya khawatir. Sasuke masih terus mengamati dari jauh. Memperhatikan setiap interaksi antara keduanya. Pria paruh baya itu berdiri, mendekati Naruto, menepuk pundak temannya itu pelan dan kembali bicara.

Sasuke menghela napas, tidak lagi berniat untuk memperhatikan lebih lama. Kakinya dilangkahkan menaiki tangga. Sepanjang perjalanannya yang singkat, Sasuke memikirkan apa yang sudah dia lakukan hari ini. Mengingat kembali obrolan dengan ibunya juga pertemuan tidak sengajanya dengan Hinata dan berakhir dengan pergi jalan - jalan sebentar.

Sasuke melempar tasnya ke atas tempat tidur. Meletakan bungkusan kecil yang dibawanya ke meja belajar lalu menyambar handuk yang tergantung di dekat pintu kamar mandi.

Sasuke memerlukan waktu sedikit lama untuk sekedar mandi kali ini. Dia hanya sedang berpikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Beberapa waktu lalu ayah kandungnya menghubunginya, memintanya untuk datang ke rumah. Sasuke menduga ibunya masih terus meminta pria tua itu untuk mengurusnya. Sasuke sebenarnya tahu, sebaik dan sebagus apapun rumah sakit yang merawat ibunya, tidak akan pernah bisa benar - benar menyembuhkan wanita itu, mungkin hanya sekedar memperpanjang hidupnya.

Sasuke memejamkan mata, meralat pemikirannya, tidak ada yang bisa memperpanjang ataupun memperpendek umur manusia. Dengan kedua tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya, Sasuke membiarkan air dari pancuran di atas membasahi kepalanya. Memikirkan kalau memang tidak ada jalan lain lagi untuknya selain menerima keberadaan pria yang mengaku ayahnya itu.

Sasuke tersentak begitu membuka pintu kamar mandi dan mendapati Naruto berdiri di dekat meja belajarnya. Tengah memegang sesuatu. Pandangan Sasuke jatuh pada kantong kertas yang tergeletak di dekat meja, Sasuke tahu yang dipegang Naruto adalah isi dari kantong kertas itu. Botol parfum yang dibelinya tadi.

"Maaf. Aku hanya penasaran'' Naruto tersenyum lebar sambil menunjukkan botol parfum di tangannya. Di dekatkannya botol itu ke hidung, mencium aroma wanginya yang terkesan lembut dan menenangkan.

"Tidak masalah''

Sasuke membuka lemari, mengambil satu stel baju santai dan membawanya masuk ke kamar mandi. Meski sudah beberapa minggu tinggal satu kamar tapi Sasuke tetap tidak terbiasa berganti baju di depan Naruto, beda dengan temannya itu yang akan tetap percaya diri berganti pakaian meski di depan Sasuke.

"Aku kaget kau membelinya''

Naruto sudah meletakan botol milik Sasuke ke meja sebelumnya ketika Sasuke selesai berpakaian.

EPHITYMIAWhere stories live. Discover now