Bab 8

2.3K 245 23
                                    

Beberapa siswa berkerumun di tempat - tempat tertentu adalah pemandangan biasa yang terjadi di lingkungan sekolah. Membicarakan tentang tugas, kegiatan yang mereka lakukan juga kehidupan pribadi mereka atau sekedar berbagi gosip yang tengah beredar. Sasuke sudah terbiasa melihat di sepanjang jalan sejak memasuki lingkungan sekolah juga ketika melewati koridor menuju kelasnya.

Sasuke hanya mengabaikannya, tidak peduli. Dia bukan jenis orang yang akan berkumpul dan membicarakan hal yang menurutnya tidak penting.

"Sudah ada kabar?''

"Aku belum dengar apapun''

Sasuke sedikit mengeryit saat telinganya menangkap beberapa potong percakapan dari tiga orang siswa perempuan yang berdiri di dekat pintu masuk. Wajah mereka terlihat begitu serius. Sasuke melirik sekilas saat melewatinya.

Diletakannya tas di atas meja. Sasuke membuka resleting dan mengeluarkan buku, membacanya selagi jam pelajaran belum dimulai.

"Kudengar Hinata menghilang ya? Apa benar?''

Gerakan tangan Sasuke yang tengah membuka buku terhenti begitu nama Hinata terdengar. Dua orang temannya yang berada di deratan bangku sebelahnya tengah bicara. Dari raut wajah mereka Sasuke melihat rasa penasaran yang kuat.

Diam - diam Sasuke menajamkan pendengarannya, berusaha menangkap percakapan dua orang temannya yang bertubuh gemuk dan kurus.

"Kudengar sih begitu. Kakaknya kemarin datang ke sekolah. Bertanya pada guru dan beberapa temannya'' si kurus menjawab. 

"Sudah lapor polisi?''

"Umm... sepertinya sudah, bukankah ini sudah dua hari''.

Kerutan di dahi Sasuke semakin dalam. Hinata menghilang? Sudah dua hari. Bukankah itu hari dimana dia harusnya pergi dengan gadis itu, tapi yang Sasuke tahu Hinata sedang berlibur dengan keluarganya. Gadis itu yang bilang sendiri dan itu kemarin malam. Cepat - cepat Sasuke mengambil ponselnya, mengecek kembali pesan yang dikirimkan Hinata padanya. Setelah kejadian dimana Sasuke membatalkan janjinya, Sasuke bukannya tidak pernah berusaha menghubungi Hinata, tapi ponsel gadis itu tidak bisa dihubungi. Dan kemarin malam tiba - tiba Hinata mengiriminya pesan jika dia sedang berlibur dengan keluarganya keluar kota dan jaringan disana juga sedikit sulit karena itu dia jadi susah dihubungi.

Tapi kenapa sekarang orang - orang mengatakan kalau Hinata menghilang bahkan kakaknya datang untuk bertanya pada pihak sekolah. Wajah Sasuke memucat seketika begitu memikirkan sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu.

Sasuke yang menyuruh Hinata menunggu di kafe tempatnya bekerja. Gadis itu menunggunya, tapi dia tidak datang, jadi secara tidak langsung, dia juga ikut bertanggung jawab dengan apa yang terjadi pada Hinata sekarang. Perasaan resah menyelimuti Sasuke sepanjang hari itu. Dia tidak bisa fokus mendengarkan materi yang disampaikan guru di kelas. Di banding khawatir, Sasuke lebih merasa bersalah. Beberapa kali Sasuke mencuri kesempatan mengotak - atik ponselnya, mengirimi Hinata pesan ketika guru sedang mengajar.

Saat jam pelajaran berakhir, Sasuke cepat - cepat keluar. Sepanjang hari dia sudah memikirkan banyak kemungkinan apa yang sebenarnya terjadi dengan Hinata. Apa gadis itu diculik? Sepertinya tidak mungkin karena sama sekali tidak ada kabar. Kenyataan ini justru membuat Sasuke semakin takut kalau Hinata mengalami hal yang bahkan lebih buruk dari penculikan.

Sasuke melambatkan langkahnya saat tak sengaja menangkap sosok Naruto di kejauhan. Temannya itu begitu mudah dikenali dengan rambut pirangnya. Sosoknya berdiri di dekat gerbang. Sedang berbicara dengan seorang pria yang tidak Sasuke kenal. Sebuah mobil berwarna putih berhenti di sebelah pria itu.

Keduanya berbicara cukup lama. Sasuke jadi penasaran. Pelan, Sasuke menghampiri keduanya. Dari wajahnya tampaknya mereka tengah membicarakan hal yang serius. Sasuke tidak bisa melihat ekspresi Naruto karena temannya itu berdiri membelakanginya, tapi wajah pria dengan rambut panjang yang tengah bicara dengan Naruto itu tampak mengeras seolah tengah berusaha agar tidak lepas kendali.

EPHITYMIAWhere stories live. Discover now