Bab 11

4.6K 309 62
                                    

Sasuke membungkuk dalam di hadapan pria paruh baya yang merupakan ayah kandungnya. Menghela napas panjang seolah menghilangkan semua beban yang selama ini ditanggungnya.

"Aku mohon jaga ibuku''

Fugaku tidak sempat berbicara atau bertanya maksud Sasuke bicara seperti itu karena Sasuke lebih dulu berbalik dan berlari melewati lorong rumah sakit meninggalkan ayahnya dan ibunya yang masih ditangani dokter. Sasuke tidak tahu kenapa dia merasa tenang menyerahkan ibunya pada pria tua itu. Mungkin karena sebenarnya dia tahu ibunya sangat mencintai pria itu, begitupun sebaliknya hanya saja mereka belum mendapatkan waktu mereka.

Sasuke mendengus, miris dengan pemikirannya. Dia berharap bisa cepat menyelesaikan masalah dan kembali untuk menemani ibunya. Kalau saja Hinata menghilang bukan karena dirinya, Sasuke tidak akan mau pergi meninggalkan wanita itu.

Naruto menyeringai melihat Sasuke dengan ekspresi terkejutnya. Temannya itu menyandarkan punggungnya ke pintu yang palangnya sudah terbuka. Dengan perlahan Naruto melangkahkan kakinya mendekati Sasuke.

Pemuda raven itu tidak bisa melihat jelas bagaimana raut wajah Naruto di tengah suasana gelap seperti ini. Ponsel miliknya terjatuh, tepat berada di dekat kakinya, tapi Sasuke terlalu gugup untuk mengambilnya dan membiarkan saja meski sesekali melirik ke benda itu. Bagaimanapun, dia tidak tahu situasi seperti apa yang tengah dia hadapi. Maksudnya, dia mengenal Naruto, tapi di sisi lain dia juga tidak mengenalnya. Rasa takut membuat punggungnya dingin. Tangannya meraba - raba dan menemukan pegangan pintu.

"Bukalah. Kau ingin tahu dimana temanmu kan''

Sasuke meneguk ludah, menyadari Naruto sudah berdiri di depannya hanya berjarak dua langkah darinya. Dalam posisi terjepit seperti ini, Sasuke tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Otaknya mendadak macet, tidak bisa berpikir. Seandainya saja Kabuto tidak menceritakan seperti apa Naruto sebenarnya, Sasuke yakin dia masih bisa bersikap biasa saja di depan pemuda itu. Keberadaan Naruto di dekatnya sekarang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dan keringat dingin membasahi telapak tangannya.

"Ayo, buka saja''

Naruto mengedikkan bahu, merasakan ketidaknyamanan Sasuke, dia mundur dua langkah memberi jarak lebih agar Sasuke lebih tenang.

Meski otaknya meneriakan kata 'lari' namun tangannya justru menekan pegangan pintu, mendorong benda itu ke dalam, meski tubuhnya masih menghadap Naruto. Sasuke hampir terjatuh saat pintu yang menyangga punggungnya terbuka, untung saja dia bisa segera menyeimbangkan diri.

"Jangan mendekat...'' Sasuke mengulurkan tangannya, meminta Naruto yang berjalan ke arahnya untuk berhenti.

Sayangnya pemuda pirang itu tidak menghiraukan permintaan Sasuke. Dengan santai Naruto melewati Sasuke yang masih berdiri di depan pintu yang terbuka, masuk lebih dulu ke dalam ruangan dengan dua tangan di saku jaket.

Sasuke mengerjap cepat. Matanya belum terbiasa dengan kegelapan yang muncul dari dalam ruangan. Ruangan itu benar - benar gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Sasuke bahkan bisa merasakan perasaan sesak yang muncul tiba - tiba karena kegelapan ini.

"Ah.. aku lupa menyalakan lampunya''

Di tengah kesunyian yang menyelimuti tempat itu, suara rendah Naruto terdengar sangat jelas di telinga Sasuke.

Beberapa detik, pendar cahaya temaram tertangkap retina mata Sasuke. Matanya mengerjap cepat mengikuti sumber cahaya itu.

EPHITYMIAWhere stories live. Discover now