Prolog

57.7K 2.7K 79
                                    

Sakina mengembuskan napas panjang setelah duduk di hadapan sahabatnya, Fifi. Fifi yang tengah meminum es kopi lantas menunjukkan ekspresi penuh tanya. Kenapa Sakina memberikan gelagat aneh yang tak biasanya wanita itu tampilkan? Pasti ada sesuatu.

"Na, kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Fifi.

Sakina mengernyit. "Maksudnya?"

"Pasti ada sesuatu, kan? Hayoh, abis lihat apa barusan?" Fifi menyelidik.

Seperti biasa, menyembunyikan sesuatu dari Fifi tidaklah mudah. Mungkin karena Fifi terlalu mengenal Sakina sehingga hal sekecil apa pun tak akan pernah luput dari perhatiannya. Betapa tidak, mereka sudah bersahabat semenjak kelas satu SMA. Keduanya sudah sama-sama tahu asam garamnya persahabatan, dari saling bertengkar, saling membela, bahkan sampai menyukai pria yang sama. Mereka pernah alami. Untungnya, sekarang tidak ada lagi drama-drama memperebutkan pria karena mereka berdua sudah saling memiliki pasangan. Fifi sudah menikah, sedangkan Sakina 'mengaku' akan dinikahi oleh Park Seo-Joon.

"Ada Erzha," kata Sakina setengah berbisik.

Fifi tampak terkejut. "Hah? Erzha pacar pertama itu? Mana, mana? Mau lihat seganteng apa, sih?"

Sakina langsung melemparkan tisu ke arah Fifi. "Bisa pelan nggak, sih? Kalau orangnya dengar gimana?"

"Ya sori, emangnya kamu ketemu di mana, sih, Na?"

"Ya bukan di kafe ini, sih. Tapi alangkah lebih baik ngomongnya nggak usah kayak orang ngasih pengumuman dong, Fi. Lagian, ya ... please ingat, kalau perlu catat. Dia itu bukan pacar pertama aku. Titik. Tolong bedakan antara pacar pertama dan cinta pertama."

"Terserah deh kalau itu, Na. Sekarang yang jadi pertanyaan aku ... kenapa ekspresi kamu begitu? Abis dibaperin?"

"Enak aja!" sanggah Sakina. "Gila, ya. Gila banget!" lanjutnya.

"Na, kalau ngomong yang bener dong. Jangan muter-muter, pakai bahasa yang bisa dipahami manusia aja. Jadi ada apa?"

"Setelah bertahun-tahun nggak ketemu dia ... percaya nggak, sekarang dia udah punya anak," kata Sakina gemas. "Aku bahkan nggak tahu dia udah nikah," lanjutnya.

"Terus masalah? Kamu masih ngarep, ya?" Fifi malah sengaja menggoda.

"Ya masalah sih nggak, aku cuma kaget aja. Wajar, kan?"

Fifi menggeleng. "Enggak wajar lah. Kamu siapanya Erzha wahai Sakina Adriana?"

"Ya udah nggak usah nanya-nanya kalau responsnya begitu!" Sakina mulai sewot. Sontak Fifi langsung tertawa. "Ketawa aja sana sampai puas!"

"Kina, Kina ... dengan kayak gitu, kamu terlalu nunjukkin kalau masih ngarep bisa berjodoh sama Erzha. Jadi penasaran apa bagusnya dia, sampai-sampai seorang Sakina ngarep bertahun-tahun. Ah, bahkan belasan tahun kali, ya? Dari kalian SMP, kan?"

"Berisik! Enggak usah bahas dia lagi," kata Sakina yang masih cemberut. "Lagian aku bukan ngarep, aku cuma penasaran aja."

"Na, kamu aja nggak tahu dia nikah kapan, kan? Berarti kamu nggak diundang. Secara nggak langsung itu nunjukkin kalau dia sama sekali nggak ingat sama kamu. Dalam kata lain, kamu itu nggak penting buat dia," ujar Fifi sambil terkekeh.

"Kalau nggak ingat, ngapain tadi dia nyapa aku duluan?"

"Kamu punya utang kali, makanya refleks ingat pas ketemu."

"Capek deh ngomong sama kamu. Udah ya, udah ... pembahasan ini stop sampai di sini," putus Sakina. Wanita itu kemudian menyeruput minuman di depannya, minuman yang sudah dipesan oleh Fifi sebelum Sakina datang.

Oh Duda...Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin