Bab 6 (2)

15.2K 1.7K 28
                                    

Harap cek part sebelumnya karena saya dobel update😅

****

"Sakina...." Suara itu berhasil membuat Sakina sontak menutup layar laptopnya dengan cepat. Wanita itu terkejut bukan main. Selama hampir sebulan ia menganggap kalau dunia ini sangat luas, tapi suara yang ia dengar barusan benar-benar mematahkan anggapannya.

Tidak salah lagi, Erzha pasti hantu! Kalau bukan, Sakina benar-benar tidak mengerti kenapa semakin ia menjauhi Erzha ... justru seperti ada magnet yang selalu menariknya agar kembali dekat dengan pria itu. Ya, Erzha seperti selalu menemukan Sakina di mana pun.

Sakina yakin itu suara Erzha. Ia tidak mungkin salah dengar. Perlahan ia menoleh ke arah belakang untuk memastikan dugaannya, dan ternyata benar Erzha sudah berdiri seraya tersenyum padanya. Senyuman sialan itu lagi.

"Ternyata benar, itu kamu. Kamu ngapain di sini?" tanya Erzha, yang kemudian mengambil posisi di kursi depan Sakina.

Jujur, Sakina masih syok. Ia seperti buronan yang tertangkap basah. Kenapa suami orang di hadapannya ini selalu ada di mana-mana? Apa Erzha jelmaan hantu?

"Sakina? Kamu kok sepertinya kaget banget? Sebelumnya maaf, aku nggak bermaksud ngagetin loh."

Setelah beberapa saat terdiam demi menetralkan degup jantungnya, Sakina pun balik bertanya, "Mas Erzha kenapa ada di sini?"

"Aku memang ada urusan di sini. Tadi pas mau keluar ... aku nggak sengaja lihat kamu. Awalnya sempat nggak yakin, sih, kalau itu kamu. Tapi setelah disamperin, ternyata beneran kamu. Lagi apa di sini? Sendirian aja?"

"Sebelumnya aku sama Fifi, cuma barusan dia dijemput sama suaminya," jelas Sakina, berharap Erzha segera pergi. Dari penampilan Erzha, Sakina bisa menebak kalau pria itu sedang bekerja dan sepertinya sibuk.

"Hmm, kamu lagi nulis, ya?" tanya Erzha.

"Eng-enggak! Aku nggak lagi nulis, aku lagi nggak ngapa-ngapain, kok," jawab Sakina cepat, ia tidak ingin membahas naskah sekarang. Selama ini, ia memang sengaja mengulur waktu dalam menyelesaikan ceritanya.

"Bagus dong kalau lagi nggak ngapa-ngapain," balas Erzha.

"Eh? Kok bagus?"

"Itu artinya kamu bisa ikut aku."

Sakina sontak terkejut. "Hah? Ikut ke mana?"

"Kebetulan banget kerjaanku udah selesai, dan sekarang aku mau ke suatu tempat yang pastinya kamu suka."

"Tempat apa? Sejak kapan Erzha tahu kesukaanku?" batin Sakina.

Lidah Sakina seakan kelu. Bahkan sebelum ia menjawab, Erzha sudah lebih dulu bangkit dari duduknya lalu memberi isyarat agar Sakina mengikutinya. Sumpah demi apa pun, Sakina ingin menolak, kalau bisa ia ingin berlari sejauh mungkin. Namun, senyuman sialan itu kembali meluluhkannya, terlebih rasa penasaran yang begitu besar tentang ke mana pria itu akan membawanya.

Setelah membereskan barang-barangnya, Sakina memasukkan laptopnya ke dalam tas. Tak butuh waktu lama, kakinya melangkah menuju kasir. Di sana, rupanya Erzha sudah membayar pesanan Sakina, termasuk pesanan Fifi tadi.

"Tadi berapa totalnya, Mas?" tanya Sakina seraya membuka dompet. Mereka kini sudah ada di depan kafe. Bersamaan dengan itu, ia ingin menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana caranya membayar pada Erzha sedangkan di dompetnya tidak banyak uang cash. Sakina memang biasanya menggunakan debit card. Ia hanya membawa uang cash ala kadarnya.

"Kamu kayak ke siapa aja, nggak usah," jawab Erzha, membuat Sakina tenang dan tidak enak dalam waktu yang bersamaan.

"Terima kasih ya, Mas Erzha."

Belum sempat Erzha menjawab, getaran di ponsel pria itu sukses membuat mereka berdua saling diam. "Sakina, kamu tahu mobil aku, kan?"

Sakina mengernyit. "Maaf ... aku agak lupa-lupa ingat, Mas."

"Itu, yang itu." Erzha menunjuk salah satu mobil. Sekarang Sakina ingat, terlebih ia pernah menaikinya beberapa waktu lalu. "Kamu masuk duluan, ya. Aku mau angkat telepon sebentar," sambungnya.

Sakina tidak memiliki pilihan selain setuju. Mengangguk, Sakina kemudian berjalan menuju mobil Erzha. Sedangkan Erzha tampak sudah mulai berbincang dengan seseorang yang meneleponnya.

Langkah Sakina terasa berat, hatinya pun demikian. Perasaan tak enak selalu saja hadir saat ia berduaan bersama Erzha. Ini salah. Sakina tahu ini sangat salah sehingga wanita itu ingin berlari ke tempat terjauh. Mereka berdua memang tidak melakukan apa-apa, tapi tetap saja Sakina merasa bersalah. Ia takut dicap sebagai penggoda suami orang.

Sampai pada akhirnya, Sakina sudah sampai di depan mobil Erzha. Dengan ragu, tangannya mulai membuka pintu depan sebelah kiri. Betapa terkejutnya Sakina saat pintu mobil sudah terbuka. Ia sempat berpikir, mungkinkah salah mobil? Namun, setelah memastikan lagi mobilnya, harusnya tidak salah. Ini memang mobil Erzha, tadi pun pria itu menunjuk mobil ini.

Lalu, siapa wanita cantik yang duduk di samping kursi kemudi ini?

Tunggu, jangan-jangan ini istrinya?

BERSAMBUNG...

Sampai jumpa tahun depan *kabooor🤣🤣

Oh Duda...Where stories live. Discover now