Bab 4

20.8K 2.1K 28
                                    

Akhirnya, tugas Sakina sudah selesai. Lipstik sudah dibeli, dan kini ada di tangan Erzha. Sebaiknya sekarang Sakina pamit pergi. Ia tidak mau terus-terusan bersama pria itu. Lagi pula, Sakina sudah ada janji dengan Nita-mamanya. Ya, setiap hari Minggu, rutinitas Sakina yaitu mengunjungi rumah makan yang dikelola mamanya.

Biasanya ia ke sana sore hari karena saat pagi sampai siang gravitasi kasurnya lebih kuat sehingga membuatnya lebih memilih 'hibernasi'.

Namun, berhubung ia sudah rapi, lebih baik langsung ke sana sekarang. Jika kembali ke apartemen terlebih dahulu, ia bisa terserang mager kemudian tidak jadi menemui mamanya.

"Kamu ngapain pesan ojek online?" Suara Erzha mengalihkan fokus Sakina dari yang semula menatap ponsel, lalu beralih menatap Erzha.

Sakina ingin bertanya, kenapa mata Erzha bisa sangat jeli?

"Maaf, aku nggak sengaja lihat layar ponsel kamu," kata Erzha lagi.

Sakina tidak langsung menjawab, ia kesal kenapa status pesanannya terus 'mencari driver' padahal biasanya kurang dari lima detik driver sudah ditemukan. Sakina jadi curiga, jangan-jangan paket internetnya habis, dan benar saja ... tak lama kemudian di aplikasi tertulis koneksinya terputus.

Menyebalkan. Kenapa Sakina sampai lupa kalau hari ini ia kehabisan paket internet? Sepertinya Sakina harus ke kafe lagi agar bisa menumpang fasilitas wifi. Ia bahkan bisa sekalian mengakses m-banking di sana untuk mengisi paket internetnya.

"Kamu sebenarnya mau ke mana, Sakina?"

Sakina sedikit terkejut, ia baru sadar kalau Erzha masih bersamanya. "Oh, nggak ke mana-mana, kok."

"Rumah kamu di mana? Aku antar, ya," tawar Erzha. Ia sama sekali tidak tahu kalau apartemen Sakina tepat di samping mal ini sehingga tidak membutuhkan kendaraan kalau hendak pulang.

"Enggak usah, Mas. Tapi sebelumnya terima kasih, ya."

Selama beberapa saat mereka saling diam, Sakina jadi salah tingkah ketika Erzha terus menatapnya. Untungnya pria itu jauh lebih tinggi darinya, sehingga wajah mereka tidak benar-benar dekat. Sakina perlahan mendongak, rupanya Erzha masih menatapnya.

"Ke-kenapa, Mas?" tanya Sakina agak terbata. "Kalau mau pulang, silakan pulang aja. Aku masih ada urusan di sini," lanjutnya. Ya, Sakina memang faktanya memiliki urusan, yakni kembali ke kafe demi koneksi internet.

"Apa aku ada salah sama kamu?" tanya Erzha tiba-tiba.

Sontak pertanyaan itu membuat Sakina terkejut. "Kenapa nanya begitu?"

"Berarti betul, ya, aku ada salah?"

Sakina secepatnya menggeleng. "Enggak, Mas, nggak ada salah. Aneh banget pertanyaannya."

"Kalau beneran nggak ada salah ... ayo aku antar kamu, ya. Aku tahu kamu mau pergi ke suatu tempat."

"Ya ampun, Mas ... serius nggak usah. Aku nggak apa-apa, kok."

"Anggap aja ini ucapan terima kasih karena kamu mau repot-repot bantu aku cari lisptik ini."

"Aku nggak repot, Mas. Seriu-"

"Ayo," potong Erzha seraya berjalan menuju tangga yang terhubung langsung dengan baseman.

Sakina merasa serba salah. Ia ingin kabur saja, tapi sialnya kedua kakinya malah melangkah mengikuti Erzha.

***

Kecanggungan macam apa ini? Mobil sudah berjalan selama beberapa menit, tapi Sakina dan Erzha hanya diam, tidak ada satu pun yang membuka suara. Tentu saja ini tidak nyaman, Sakina ingin secepatnya sampai, hanya saja jika mengingat jarak dari mal ke rumah makan mamanya yang cukup jauh, akhirnya Sakina hanya bisa bersabar.

Oh Duda...Where stories live. Discover now