Bab 6

17.4K 1.8K 26
                                    

"Kamu ngapain ngajak nongkrong di sini, sih? Gebetannya kerja di sini apa gimana?" tanya Fifi yang tampak kesal. "Kita cuma nggak ketemu tiga mingguan loh, kamu kok jadi berubah gini? Kamu tahu, Mas Heru kelabakan nyari tempat ini! Biasanya dia kalau bilang on the way jemput ... kurang dari setengah jam udah datang, nah sekarang mana?"

Sudah satu jam ini Fifi mengeluhkan hal yang sama. Betapa tidak, ia dan Sakina biasanya menghabiskan waktu di kafe dekat apartemen mereka, tapi kali ini Sakina malah mengajaknya ke kafe yang jauh. Alhasil, sepertinya suaminya kesulitan menemukan tempat ini. Padahal biasanya Heru tidak pernah se-terlambat ini untuk menjemputnya.

Sampai saat ini, Fifi tidak pernah tahu kalau ini dilakukan Sakina demi menghindari Erzha. Ya, sudah hampir sebulan Sakina berhasil menghindari pria itu. Sakina khawatir akan bertemu Erzha di kafe biasa, sehingga memilih kafe yang jauh sehingga tidak ada kemungkinan Erzha akan muncul.

Sejak pertemuan mereka di apartemen Sakina tiga Minggu lalu, Sakina disibukkan dengan mendatangi beberapa perusahaan untuk menaruh surat lamaran dan Curriculum Vitae-nya. Sialnya, sampai saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang memanggilnya untuk interview. Sejak awal, Sakina memang tidak mau menggunakan koneksi pertemanannya untuk mendapat pekerjaan baru. Terlebih alasan ia resign yaitu untuk beristirahat. Bukankah tidak lucu kalau tiba-tiba ia menggunakan jalur nepotisme? Padahal sebenarnya jika Sakina mau, bisa saja ia meminta ikut bekerja di tempat Fifi dan Heru bekerja. Hal itulah yang membuat Sakina membunuh bosan dengan pergi sendirian. Ditambah lagi, selama itu pula Fifi sangat sibuk sehingga tidak pernah menghabiskan waktu dengannya.

Sejauh ini, Sakina tidak tahu lagi bagaimana cara menghindari Erzha selain terus berdiam diri di apartemen yang tentu akan membuatnya merasa bosan, atau mencari tempat tongkrongan baru seperti sekarang. Sebenarnya ia datang ke kafe ini nyaris setiap hari, dan selama itu pula ia tidak pernah bertemu Erzha. Sakina bersyukur karena dunia tidak selebar daun kelor seperti yang orang-orang katakan. Ya, dunia ini luas. Mana mungkin ia akan terus bertemu Erzha di mana-mana?

"Na, sebenarnya ada apa, sih? Sumpah, aku yakin banget ada sesuatu yang kamu sembunyikan," tambah Fifi.

Alih-alih menjawab, Sakina malah tersenyum. Rasanya bahagia melihat list tontonan drakor-nya berhasil ter-download. Ia sama sekali tidak merespons ucapan Fifi yang terus membahas hal yang sama. Sakina paham betul jiwa kepo Fifi, tapi menurutnya sahabatnya itu tidak perlu tahu, terlebih ini tentang Erzha.

"Jawab, Sakina Mawada Warohmah!" ucap Fifi penuh penekanan, membuat Sakina spontan menoleh. "Kalau udah dibilang begitu, baru nengok!" omelnya lagi.

"Aku lebih suka di sini, Fi. Koneksi internetnya lebih cepat," balas Sakina.

"Kamu pikir aku percaya?"

"Tuh kan, diam aja salah ... dijawab pun kamu nggak percaya. Terus aku harus gimana, Fifi Faramida?" balas Sakina. "Oh iya, Mas Heru nggak tahu fitur Google Maps, ya? Makanya nggak nyampe-nyampe," tambahnya.

"Na, yakin nggak mau cerita? Aib banget ya, sampai-sampai nggak mau kasih tahu."

"Sembarangan kalau ngomong. Udah ya, Fi ... tolong jangan paksa aku cerita sesuatu yang aku sendiri nggak tahu apa. Gimana aku mau cerita, coba? Faktanya aku nggak punya masalah apa-apa." Sakina bersikeras tidak mau memberi tahu Fifi.

"Makin yakin ini aib. Kamu abis ena-ena, ya? Sama siapa? Lajang, duda atau ... suami orang?"

"Punya sahabat makin ke sini makin nggak waras," jawab Sakina. Sebenarnya ia langsung teringat Erzha saat Fifi menyebutkan kata 'suami orang'. Dan hal itu makin membuat Sakina kesal. Sial, kenapa pria itu terus menghantui pikirannya?

"Kita ketemu tiap akhir pekan doang, Fi. Apalagi tiga Minggu ini kamu sibuk banget sampai baru sempat keluar sama aku. Jadi, jangan rusak kebersamaan kita dengan cara debat yang nggak penting, apalagi pakai tebak-tebakan buah manggis begitu," sambung Sakina.

Fifi terkekeh. "Habisnya kamu ngeselin. Kamu pikir aku nggak tahu kalau sebenarnya ada sesuatu. Terus apa tadi? Kebersamaan kita? Lebay juga bahasanya." Fifi tertawa lagi.

"Fi, Fi ... Mas Heru datang tuh," kata Sakina yang menyadari kedatangan suami Fifi.

Sontak Fifi langsung menoleh dan berdiri. "Akhirnya datang juga," gumamnya.

"Maaf lama, Sayang. Tadi aku ada urusan mendadak," ucap Heru yang langsung merangkul istrinya.

"Sejak kapan ada yang lebih penting dari aku?" jawab Fifi manja. "Sakina sampai bilang kamu nggak tahu cara gunain Google Maps, Mas."

Mendengar penuturan sang istri, Heru sempat terkekeh selama beberapa saat, sampai kemudian ia menjawab, "Enggak penting aku bisa gunain Google Maps atau nggak, yang terpenting adalah ... aku bisa gunain hati aku sepenuhnya buat kamu seorang, Sayang."

Sakina ingin muntah, sudah bertahun-tahun ia melihat dan mendengar interaksi dua bucin di hadapannya ini. Namun, tetap saja rasanya mual. Sampai kapan mereka akan se-alay itu?

"Please, dunia bukan milik kalian berdua doang!" ucap Sakina.

"Jomlo pasti kepanasan," kekeh Fifi. "Kamu pasti baper, kan, lihat aku sama Mas Heru? Makanya cari pacar," godanya.

"Atau kamu mau dikenalin sama teman saya, Na?" tawar Heru.

"Enggak!" Sakina spontan menolak. Bagaimana tidak, tahun lalu terhitung dua kali ia pernah dikenalkan dengan teman Heru, dan dua-duanya tidak ada yang waras. Sakina kapok, kalaupun suatu saat ia hendak menjalin hubungan dengan pria, ia akan mencari sendiri. Tidak mau dikenalkan oleh Fifi ataupun Heru. Tentunya Sakina akan lebih berhati-hati, jangan sampai seperti si berengsek Alfian.

"Ya sudah, kalau begitu semoga beruntung ya, Na. Semoga menemukan yang terbaik. Saran saya, hati-hati sama pria yang udah punya pasangan, tapi ngaku-ngaku lajang. Di zaman sekarang banyak banget," kata Heru.

"Iya, Na. Hati-hati, jangan sampai terjebak sama pesona pacar orang, apalagi suami orang," tambah Fifi.

Sungguh, ucapan Fifi dan Heru seakan menampar Sakina. Pasalnya wanita itu pernah terjebak pada pesona Alfian. Baiklah, kali ini ia tidak boleh terjebak dengan pesona Erzha. Persetan dengan cinta pertama! Setampan apa pun Erzha, tetap saja pria itu adalah suami orang.

Tak lama kemudian, Fifi dan Heru pamit. Sedangkan Sakina masih betah di kafe ini, ia akan lanjut men-download beberapa drama agar kegiatan menganggurnya di apartemen tidak terlalu membosankan.

"Sakina...." Suara itu berhasil membuat Sakina sontak menutup layar laptopnya dengan cepat. Wanita itu terkejut bukan main. Selama hampir sebulan ia menganggap kalau dunia ini sangat luas, tapi suara yang ia dengar barusan benar-benar mematahkan anggapannya.

Tidak salah lagi, Erzha pasti hantu! Kalau bukan, Sakina benar-benar tidak mengerti kenapa semakin ia menjauhi Erzha ... justru seperti ada magnet yang selalu menariknya agar kembali dekat dengan pria itu. Ya, Erzha seperti selalu menemukan Sakina di mana pun.

Ada apa dengan cinta pertamaku ini?

BERSAMBUNG....

Ini NGGAK GANTUNG kalau saya publish-nya dua part sekaligus.

Masalahnya adalah ... saya lagi nggak kesurupan jadi ragu buat klik publish part selanjutnya meskipun udah diketik dan tinggal klik publish doang WKWKWK *kaboooor

Oh Duda...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang