Bangun, Gwen!

4.9K 380 19
                                    

12

Bangun, Gwen!


Temani aku, di kesendirian yang beku jika mungkin itu kamu.
*

**

"Saga memelukku?" Gwen kegirangan di depan cermin. Dia memeluk bahunya sendiri, tersenyum dan kembali menyisir rambutnya yang panjang.

"Eh, tapi ...." Gwen mengerjapkan matanya perlahan. Mencoba mengingat kejadian apa saja yang terjadi semalam. Setelah acara makan malam itu jelas Gwen ingat ia duduk di pantai bersama Beryl. Lantas, apa Beryl meninggalkannya saat ia tertidur. Gwen mengibas-ngibaskan rambutnya. Mencoba mencari kepongan puzzle yang hilang dalam ingatannya. Yang dia ingat hanya saat ia membuka mata dan ternyata ada dalam dekapan Saga. Jelas Saga membopongnya dengan kedua tangan Saga yang kekar. Tapi, rasanya ada yang janggal. Tapi apa?

Beryl juga ada di situ malam itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

Gwen kembali memikirkannya. Pasti, Beryl meninggalkan Gwen dan membiarkan Gwen sendirian di pantai. Lantas Saga menemukannya dan dia dibawa pulang. Tapi untuk apa Beryl juga menyusulnya sampai rumah?

"Gwen! Kamu udah berangkat belum?" panggilan Safira mengembalikan otak Gwen yang berkeliling mencari puzzle ingatannya yang hilang.

"Fir, semalam aku diantar Saga!" seru Gwen tanpa basa-basi. Dia langsung memamerkan wajah semringah di depan kawan baiknya itu.

"Diantar Saga?" Safira malah mengeryitkan dahi.

"Iya, semalam kan aku dinner sama Saga dan calon bininya, ada Beryl juga sih, terus pulangnya Saga ngantar aku?" terang Gwen penuh percaya diri.

"Saga ke sini sendiri," jawab Safira mencoba mengingat apa yang dia lihat semalam.

"Sendiri gimana, sama aku lah, kamu nggak lihat mungkin soalnya aku tidur," kilah Gwen masih dengan pendapatnya.

"Saga ke sini sendiri, Gwen! Aku lihat kok, dia ke sini, mencet bell, manggil kamu juga beberapa kali, terus aku samperin," Safira menceritakan apa yang ia lihat semalam.

"Jadi Saga ke sini sebelum dia bawa aku?" Gwen mencoba menelaah.

Safira menjelaskan kalau dia lihat Saga di depan rumah Gwen, karena tidak segera pergi Safira pun menemui Saga.

"Kamu nyari Gwen?" tanya Safira pada Saga.
Saga mengiyakan. Dan Safira menjelaskan kalau Gwen belum pulang. Ia juga sempat menasehati Saga supaya tidak usah menemui Gwen lagi karena Saga mau menikah.
"Biarkan Gwen menjalani hidup dengan dama tanpa kamu!" Tapi Saga tak menghiraukan kata-kata Safira. Ia bahkan hanya memarkirkan mobil dan tetap menunggu Gwen. Safira pun memasuki rumahnya yang tepat di samping rumah Gwen.

"Terus aku pulang sama siapa?" Gwen bertanya heran. Safira sendiri menggeleng. Setelah keluar dan mengomeli Saga ia masuk rumah dan tertidur. Jelas, Safira tak tahu kapan Gwen kembali ke rumahnya.

"Ah, pasti. Saga mencari aku di rumah nggak ada, terus dia balik ke pantai, dan menemukan aku tertidur sendirian, hati lembutnya tergerak dan mengantarku pulang, menggendongku ... awww!" Ocehan Gwen terhenti setelah Safira mencubitnya.

"Jangan ngayal!" Safira mendelik. Ia jelas kesal karena Gwen tidak sadar-sadar soal Saga yang sudah mau nikah.

"Tapi, Fir. Aku heran, semalam juga ada Beryl si rese," Gwen manyun saat menyebut nama Beryl.

"Loh? Ngapain?" Safira tertarik kalau Gwen membahas bosnya itu.

"Sebenarnya semalam itu aku di pantai sama Beryl, terus aku tidur, aku nggak ingat yang bawa aku sampai rumah siapa, cuma yang gendong aku pas mau masuk rumah itu Saga," terang Gwen setelah keadaan emosinya lebih terkontrol, tidak terus-terusan terbawa perasaan oleh pikirannya sendiri.

"Pasti Beryl yang ngantar kamu, nggak mungkin dia ninggalin kamu yang ketiduran sendirian di pantai!" Safira segera menyimpulkan.

"Tapi, kenapa Saga mengiyakan saat aku berterima kasih," lanjut Gwen.

"Kayak nggak kenal Saga aja sih, ya kesempatan dia lah!" Safira memang selalu negative thinking pada Saga.

"Terus, kenapa Beryl malah pergi? Kok dia nggak protes?" kilah Gwen lagi-lagi.

"Igh ... bocah! Kamu nggak ngerti banget sih, jelas dia kesal lah!" jawab Safira dan beranjak meninggalkan temannya yang masih loading memikirkan kejadian yang ia rasakan semalam.

"Udah, ayo berangkat!" Safira menarik lengan Gwen untuk berangkat bersama  ke kantor mereka masing-masing.

Angin pagi berbisik-bisik lembut. Mentari tertawa renyah melihat dua sahabat karib itu saling berbincang.

***

Gwen setengah berlari memasuki Green Satin. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, kemudian melihat keramaian di lobi. Entah ada apa, yang membuat masih kurang dari jam delapan lobi sudah dipenuhi para karyawan.

"Kenapa?" Gwen nyeletuk bertanya pada salah satu karyawan di lobi.

"Pak Thomas mutasi ke Paradise," jawab karyawan itu pelan. Gwen melihat di tengah kerumunan memang Pak Thomas, manajer pemasaran Green Satin tampak sedang bersalaman dengan para stafnya juga pada karyawan. Gwen lebih terkejut lagi saat melihat Bu Hanin ada di samping Pak Thomas.

"Bagaimana bisa Bu Hanin sampai mengajak Pak Thomas pindah? Jelas ini menyulitkan Beryl," batin Gwen.

Kurang dari satu menit, langkah Pak Thomas dan Bu Hanin sampai juga di depan Gwen.

"Kamu nggak ngucapin selamat, Gwen?" tegur Bu Hanin yang melihat Gwen mematung.

"Eh?" Gwen tak menjawab.

"Iya, Gwen, Saya kembali ke Paradise," sambung Pak Thomas dengan wajah ceria.

"I-iya, selamat Pak," lirih Gwen.

"Kamu tidak tampak senang? Apa kamu juga ingin ke Paradise?" tanya Bu Hanin memerhatikan ekspresi wajah Gwen.

Gwen hanya tersenyum getir.

"Awalnya kan saya memang di Paradise, jadi wajar jika harus kembali ke sana," terang Pak Thomas.

"Tapi, Pak, Beryl masih sangat membutuhkan bantuan Bapak," pinta Gwen akhirnya mengucapkan harapannya.

"Pak Beryl pasti bisa," jawab Pak Thomas dan pamit. Gwen hanya bisa menatap Sang Manajer Pemasaran senior yang sangat dipercaya Beryl akhirnya keluar dari Green Satin. Dan saat itu, tiba-tiba ada rasa takut menyeruak di dada Gwen. Bagaimana kalau semua meninggalkan Green Satin? Meninggalkan Beryl?

Gwen kembali melangkah ke ruangannya seiring bubarnya para karyawan di lobi. Kembali ke pekerjaan masing-masing. Untuk tugas Manajer Pemasaran tentu masih kosong, mungkin dihandle oleh staf dari Pak Thomas sebelumnya. Gwen lagi-lagi menghela napas membayangkan jika satu per satu dari mereka terkena bujuk rayu Bu Hanin. Ah, kenapa sekarang Bu Hanin seperti ingin menguasai semuanya? Padahal dulu, Bu Hanin begitu lembut dan sabar.

Gwen sampai di ruangannya. Seorang stafnya sudah di depan monitor.
"Hari ini ada resepsi di aula utama, Joshua dan Karin di sana," sebut Dave, salah sati staf Gwen di Event Manager.

"Oh, iya, nanti aku juga ke sana." Gwen menjawab setelah memeriksa jadwal di buku eventnya.

Ia kemudian bangkit dan meninggalkan rekannya untuk ke aula utama. Sebelumnya ia melewati kantor Beryl, Gwen berhenti sejenak. Ingin rasanya menanyakan soal semalam, siapa yang sebenarnya mengantar Gwen sampai rumah. Tapi, Gwen ragu untuk bertanya. Beryl pasti masih terpukul atas mutasi Pak Thomas yang cukup mendadak.

Gwen menahan tangannya yang hampir menyentuh gagang pintu kaca. Dari dalam Anete, sekretaris Beryl melihatnya, tapi saat Anete hendak memanggilnya Gwen justru pergi. Ruangan kaca itu memang tampak jelas dari dalam, tapi hanya cermin dari luar. Gwen memilih fokus pada pekerjaannya.

***




Terima kasih teman-teman
😍😍😍

Bagi Puing teman-teman readers adalah penyemangat

Semoga bisa lancar dan istikomah

Semoga bisa selalu menguatkan hati Gwen

🌷🌷🌷🌷

After Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang