Lolos

82 44 30
                                    

Siang itu bukan hari yang biasa saja.

Anak itu berdiri di pinggir jalan besar. Tadi dia disuruh menunggu di situ maka hanya itulah yang terpikir olehnya. Dia mulai kesal, mengapa harus menunggu lama sekali?

Kemana Pak Sarip yang tadi katanya mau membawanya jalan-jalan. Mereka bilang sekarang sedang ada rame-rame. Sebetulnya dia juga tidak tahu apa itu rame-rame. Pak Sarip juga bilang hari ini akan ada pembagian barang. Apakah nanti Pak Sarip akan membagikan mainan untuknya?

Dia lapar. Seharusnya tadi dia pamit pada Mama sebelum ikut. Tapi pasti Mama tidak mengizinkan. Perutnya melilit. Kepalanya mulai pening. Air matanya menggantung tak terbendung.

"Loh, kamu anak Koh Acan yang punya bengkel motor itu kan?" Tiba-tiba terdengar satu suara yang dikenalnya. Dia mendongak. Rombongan bermotor berjaket senada berhenti di depannya.

"Mas Ruddy!" pekiknya di antara tangis.

Yang dipanggilnya Mas Ruddy turun dari motor lalu merunduk. "Jadi benar kamu Tio, anak Koh Acan. Kamu sama siapa ke sini?"

"Ta-tadi sama Pak Sarip. Dia pergi lama sekali. Pu-pulang! Aku mau pulaaangg!" isaknya.

"Ssshhh ... jangan menangis! Iya, aku antar- ."

"Ruddy!" potong seseorang dari rombongan. "Kamu mau antar sinyo ini pulang? Yakin?"

"Ini adikku!" bantah Ruddy.

"Adik dari mana? Dia putih bersih begini, sementara kamu hitam bluwek!"

Spontan mereka semua terbahak.

Buk!!!

Ruddy menyarangkan tinju pada salah satu temannya. Sepertinya cukup keras karena pukulan itu membuat semua terdiam.

"Kita harus gerak cepat sebelum rusuh. Antar Tio dulu baru berangkat ke Jakarta. Jelas?" Ruddy memberi instruksi tanpa bisa dibantah. "Tio, kelas berapa kamu sekarang?"

"Du-dua," jawabnya bingung.

"Umur berapa?"

"Tu-tujuh!"

"Bagus!" kata Ruddy sambil berjongkok dan menatap lurus di matanya. "Kamu sudah tujuh tahun dan kelas dua! Sudah besar! Jadi jangan cengeng, paham?"

Anak itu mengangguk patuh.  

Hari ini dia lapar, pusing, dan lelah.

Tapi setidaknya dia merasa sedikit lebih dewasa.

Butterflies in My StomachWhere stories live. Discover now