Ombak Banyu

77 46 43
                                    

"Papa, mendongenglah untukku malam ini,” pintaku.

Seperti biasa Papa menolak, namun karena aku terus merengek, berkatalah Papa, “Suatu ketika kita akan kembali pada kenangan. Maka aku akan menceritakan padamu sebuah kenangan.”

Waktu itu, pasar malam yang datang ke alun-alun adalah satu-satunya hiburan murah yang bisa didapatkan oleh pemuda ini. Pasar malam kali ini lebih istimewa daripada yang sebelumnya karena dia akan berangkat bersama seorang gadis.

Dia menjemput gadis itu lalu meminta persetujuannya. “Kalau kita naik andong akan mahal jadi bukankah sebaiknya kita jalan kaki saja ke alun-alun?”
Maka pergilah mereka beriringan menuju alun-alun. Si Pemuda menghabiskan seluruh koleksi cerita lucunya sepanjang jalan demi melihat tawa teman seperjalanannya. Sementara Si Gadis menyembunyikan tangannya di dalam kantong jaket bukan karena kedinginan tapi karena terlalu malu jika nanti Si Pemuda menggandeng tangannya.

Memasuki area pasar malam gemerlap yang padat pengunjung, pemuda itu menarik ujung lengan jaket Si Gadis agar mereka tetap selalu bersama.

“Tidak sah rasanya pergi ke pasar malam tanpa naik komedi putar,” kata Si Gadis. Mereka tertawa lepas ketika memacu kuda-kuda mereka berputar-putar.

Tapi gadis itu tidak ingin naik bianglala yang menurutnya terlampau tinggi. Meski begitu, tanpa ragu Si Gadis memilih ombak banyu, permainan yang membuatmu bagaikan duduk di bangku sebuah kapal yang terombang-ambing ombak. Sebuah tiang pancang terhubung dengan kayu tempat duduk yang mengelilinginya lalu beberapa lelaki akan mendorong kayu itu berputar pada poros tiang dan memberikan sensasi terhuyung-huyung yang seru. Mereka naik ombak banyu satu kali. Lalu satu kali lagi karena permintaan Si Gadis. Ketiga kalinya, pemuda itu hampir menolak tapi luluh ketika Si Gadis merangkum kedua tangan di depan dada dengan mata berbinar. Berhimpitan mereka kembali terayun.

Di antara cahaya kerlap-kerlip yang menghiasi pasar malam, hanya satu yang paling cemerlang di matanya.

“Ah Ling ....” bisiknya.

Gadis itu menoleh.

Cantik.

Butterflies in My StomachWhere stories live. Discover now