25. Sakit

24.3K 1.1K 14
                                    


Jeno membanting berkas yang ada di meja kerjanya itu kesal, waktu telah berlalu namun Revani belum juga kembali dari kampus.

Jeno ingat betul, dia meninggalkan Revani di jalanan pukul 4 sore dan sekarang sudah pukul 8 malam, tidak mungkin kan gadis itu masih belum sampai ke rumah hanya karna jalan kaki, itu tak masuk akal.

Jeno bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju ruang tengah, siapa tau istri kecilnya itu telah pulang namun dia tak tau karna berada di ruang kerja.

Pikiran Jeno menjadi berkecambuk di dalam hati nya, satu sisi dia khawatir terjadi sesuatu dengan Revani namun di sisi lain dia juga sedikit kesal dengan gadis itu karna tak mau di ajak pulang tadi.

"Untung istri, menyusahkan sekali." Jeno berjalan mendekat ke arah pintu rumahnya.

Pria itu membuka pintu tersebut pelan dan berharap ada tanda tanda kepulangan Revani disana.

Nihil, hembusan angin malam yang dingin membuat Jeno kembali menutup pintu rumahnya dan memilih menunggu di atas sofa ruang tamu rumah bercat putih tersebut.

"Jangan buat saya khawatir berlebihan seperti ini, Revani."

........

Farel mengerutu kesal sembari menatap seorang gadis yang sedang berada di kosan nya ini, Sudah sekitar 4 jam lebih Revani berada di kamar kos nya dan duduk termenung dengan tas besar dan muka yang sudah di tekuk, Farel sudah berusaha menanyakan apa yang terjadi namun Revani hanya diam dan membisu.

Bisa Farel lihat bahwa ponsel Revani sedari tadi menyala, tercantum nama 'Mentri Keuangan' disana dan sesekali bergantian dengan nama 'Istri dosbing' yang terusmenelfon nya.

Farel tau, itu adalah kontak Ayu dan Mely yang dengan seenak nya saja di namai nama nama yang nyeleneh menurut Farel.

Cowo itu memutuskan untuk mendekat ke arah Revani dan mengusap punggung sepupunya itu pelan.

"Lu napa sih, Yem. Cerita sama gue kenapa, apa karna sidang lo gagal??, hmm??." Revani masih diam, hatinya tak tentu arah. kadang ia merasa marah kepada Jeno, kadang juga hatinya merasa rindu akan sikap nyebelin dan perhatian kecilnya.

"Rev??."

"Gue baik kok, Rel. Santai aja kali." mendengar jawaban Revani yang sedikit di buat buat membuat Farel sadar, ini adalah saat yang paling tepat untuk dia menghibur Revani dengan obrolan humorisnya.

"Lo abis di marahin nyonya puff yah, atau lo abis di tausiahin pak widodo karna salah pas maju persentasi, bilang ke gue Rev kalau beneran itu yang terjadi." Farel menatap Reva dengan kerlingan jahil membuat Reva tersenyum.

"Lu apaan sih, Rel. Emang nya mau lo apain tuh dua dosen killer hah??." Farel tersenyum lalu menatap ke arah langit langit kamar kos nya yang lumayan sempit ini.

"Ya gue mau bilang makasih aja, karna berkat dia lo jadi mampir kesini, lo kan jarang kesini Piyem, mentok palingan kalau di paksa sama Kanara aja baru lo mau." Slorong Farel sedikit kesal.

"Ya maaf, Rel. Lo kan tau sendiri gue anak horkay masa iyah main nya ke tempat kos sempit gini." Ujar Reva membuat Farel kembali menatap gadis itu kesal.

"Gini gini gue nyewanya juga mahal, lagian lo ngapa lari kesini kalau lagi ada masalah kayak gini coba, ada gunanya juga kan kos kosan gue buat lu."

Revani terkekeh, Farel saat marah itu sangat mengemaskan, wajah nya itu seolah mengatakan bahwa jangan buat dia jauh lebih marah atau dia akan benar benar sangat marah.

Dan itu yang membuat Revani malah tertawa melihat nya.

"Anjir, lo punya makanan ngak, gue laper nih." Revani mengelus perutnya.

Dia baru ingat bahwa perutnya belum terisi apapun sejak kemarin malam, tadi pagi juga dia tidak sempat sarapan karna dia tak memasak dan tadi juga dia tidak nafsu untuk makan siang karna berdebar menunggu antrian sidang.

Dan yang paling menyebalkan dia juga tidak makan malam karna kejadian di ruangan sialan itu.

Ah, Revani kembali kesal jika mengingat nya lagi.

"Ada noh, tapi cuma roti tawar sama susu." Farel menunjuk meja yang ada di samping Revani dengan dagunya.

Tangan dan mata cowo itu sedang fokus dengan permainan mobile legends yang sedang ia main kan.

Tanpa banyak bicara lagi Revani mengambil Roti tersebut dan memakan nya mengunakan susu kental manis rasa cokelat kesukaan Farel tersebut.

Setelah dirasa puas, gadis itu tertidur di kasur lantai milik Farel Tanpa memperdulikan ponselnya yang kini mati kehabisan baterai.

..........

Jeno membarinkan tubuhnya ke atas kasur, pria berumur lebih dari 26 tahun itu menatap langit langit kamarnya dengan raut wajah suram.

Hati kecilnya mengatakan bahwa sudah saat nya dia mencari Revani dan membawa gadis itu pulang namun logikanya mulai bekerja.

Revani hanyalah istri sementara nya, dia hanya seorang yang hadir dalam kehidupan Jeno untuk beberapa tahun lalu pergi meninggalkan nya sendiri.

"Aahgg, kenapa otak ini terus memikirkan gadis aneh itu!!!." Jeno mengacak rambutnya kesal.

Jeno merasa ada sesuatu yang menganjal di hatinya, entah kenapa Jeno malah merasa bahwa gadis itu sangat mempengaruhi keadaan nya sekarang.

Drrrt drrrttt....

Handphone pintar milik Jeno berdering, disana tercantum nama 'Istri☠' dengan jelas membuat Jeno langsung bangkit dari kasur dan mengangkat telfon tersebut.

"Halo, Revani??. Kamu dimana sekarang??." tanya Jeno langsung pada poin nya.

Hembusan nafas terdengar disana, nampak seseorang di sebrang sana sedang mengumpulkan keberanian sebelum membalas perkataan Jeno.

"Maaf pak, ini saya Farel bukan Revani." jawab Farel takut takut.

"Kamu??!, dimana Revani??!!!." Farel sedikit tersentak, suara milik Jeno membuatnya jantungan karna intonasi yang meninggi sera suara yang berat menambah kesan horor pada diri Jeno menurut Farel.

"Revani lagi tidur pak, tapi badan nya panas banget, saya inisiatif buat nelfon bapak tapi hp nya mati kehabisan baterai ini aja saya nelfonya sambil berdiri deket colokan biar ngak mati." ujar Farel gemas sendiri dengan gadis di bawahnya yang tak perduli dengan hp nya tersebut.

"Tidur??, dia dimana sekarang??."

"Di bawah saya pak, eh maksud saya di kos kosan saya pak, jalan kenanga nomor 46, bilang aja temennya Farel biar di bukain gerbang." ujar Farel sambil menatap Revani yang tertidur dengan gelisah di kasur nya.

"Saya kesana, dan jangan sentuh istri saya, paham!!!." bentak Jeno.

Farel menjauhkan ponsel milik sahabatnya dan menatap benda pipih itu melotot, 'nyebelin juga nih dosen.' batin ya berbicara.

"Iya pak, santai aja kali." balas Farel antara takut dan kesal yang bercampur.

Cowo itu langsung mematikan ponsel milik Revani dan menatap ke arah gadis yang sedang tertidur dengan keringat yang bercucuran di dahi dan tubuhnya tersebut.

Di tempat lain Jeno memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, membelah jalanan kota yang sudah lumayan larut ini.

Hati kecilnya berkata bahwa dia harus segera melihat Revani, dia rindu gadis itu.

Entah kenapa Jeno malah merasa bahwa dirinya dan Revani telah terikat lebih jauh dari pada hanya sekedar kawin kontrak semata.

Apakah Jeno mencintai Revani???







_____________________________

Mamas Jeno kayaknya kurang peka menghadapi tingkah istrinya, udah jelas cemburu malah di diemin aja yah makin jadi.

Btw thank's yang udah nyempetin mampir, Vote and comment di cerita ini.

Asli Author seneng banget karna respon kalian, sekali lagi makasih😘.

AnisFitria

Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang