28. Akan kah berakhir??

25.3K 1K 3
                                    


Revani tersenyum menatap bunga dan coklat yang ada di tangan nya, beberapa menit yang lalu dia baru saja di wisuda dan mendapatkan gelar sarjana.

Wanita berusia 21 tahun tersebut tak henti henti nya mengumbar senyuman hangat pada seriap orang yang ia jumpai namun ada yang aneh disini, kenapa sedari tadi dia tak melihat sosok Jeno, apakah pria itu masih sibuk dengan urusan nya sebagai dosen.

"MORMOR!!!!!!." demi neptunus, Revani mengumpat saat itu juga, dia hafal betul suara serta panggilan tersebut, siapa lagi yang memanggilnya kalau bukan Melly, kakak nya sendiri.

"Jangan teriak oon, di liatin orang ntar." Reva menatap horor wanita berperut buncit yang di temani mantan dosen pembimbing nya tersebut.

Melly tersenyum bodoh lalu memeluk Revani erat, menyalurkan kebahagiaan yang dia punya.

"Gue kangen sama lo."

"Iyah iyah, btw bapak kok disini. Ngak punya urusan apa gitu??, kan bapak dosen." Reva menatap Antoni dengan wajah serius, sungguh dia penasaran dengan apa yang di lakukan Jeno saat ini.

"Kamu pikir dosen itu pembantu apa suruh ngurus ini suruh ngurus itu, semuanya tugas mahasiswa kampus, para dosen tinggal terima beres aja." jawab Anton rada jengkel, Revani memutar bola matanya malas.

Dia lupa kalau mantan dosen pembimbing sekaligus suami kakak nya itu adalah dosen yang menganut paham dosen selalu benar dan jika dosen salah maka harap kembali ke pasal satu.

"Tapi pak Jeno kok ngak keliatan sih, berarti kan lagi sibuk pak." Reva memutar kepalanya ke kiri dan kanan mencoba mencari keberadaan suaminya.

Anton terkekeh pelan, "Dasar bocah, kamu di tipu sama dia, palingan tuh anak lagi di ruangan nya, pacaran sama istri pertama yang udah sejak dulu dia nikahi." Revani mengerutkan dahi.

Istri pertama??.

"Istri pertamanya siapa emang??." Melly bergelayut manja di lengan sang suami.

"Siapa lagi kalau bukan laptop miliknya itu." dengus Anton sedikit sebal jika mengingat kembali sikap Jeno saat berada di depan benda mati tersebut.

"Kalau gitu gue pamit dulu yah kak melmel ku sayang, mau cari imam dulu." Revani tersenyum dan mengecup singkat pipi melly, membuat perempuan itu tersenyum dengan sikap adiknya yang sangat tumben sekali manis padanya.

"Bilang aja mau nagih hadiah, cih. Benar benar mencari kesempatan dalam kesempitan." sinis Anton melihat kepergian mora.

"ihh, jangan negatif thingking dulu, siapa tau mormor lagi kangen suaminya, wajar kan dia istrinya jadi jangan sembarangan ngomong." balas Melly sedikit sewot dengan suaminya tersebut.

"Kok jadi judes sih??." Anton nengenggam tangan Melly, tapi buru buru di tepis oleh wanita itu.

"Kamu sendiri yang mulai duluan."

"Tapi aku judesnya ke mora yang, bukan ke kamu." Anton mengejar Melly yang hendak pergi menjauh.

"Sana, jauh jauh dari aku. Lagi pengen sendiri nih." usir Melly kepada Anton.

Antoni hanya menghela nafas pelan, nasib nya memang buruk, nyinyirin adik ipar ehh ngak tau nya kakak nya yang baperan, alamat tidur di sofa lagi malam ini.

.........

Reva membuka pintu ruangan itu, persis seperti dugaan nya, Jeno duduk disana dengan laptop warna putih yang berada rapih di atas mejanya.

Pria itu tak menyadari keberadaan Revani disana, wanita itu sedikit merasa kesal dengan sikap suaminya yang seenak nya sendiri itu tapi mau bagaimana lagi, Jeno tetaplah Jeno, walaupun hubungan mereka telah membaik tapi tetap saja Jeno adalah seorang pria yang sangat mementingkan karier diatas segalanya.

Dosen Rangkap Tiga (END)-Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang