Bab 7

28.8K 439 3
                                    

"A.. apppa yang mas lakukan, lepasin mas."
Nica  mencoba melepaskan diri dari revan yang mulai memeluknya semakin erat. Seolah nica adalah bantal guling, merasa ada alarm bahaya. Nica mulai was-was takutnya revan melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.
"Diam jalang, gue tau lo pasti mau."
"Demi apapun mas, ini salah lepasin aku."
"Nggak akan sebelum lo puasin gue."
Revan tak hentinya menggerayangi tubuh nica. Meski melakukan peelawanan nica tetap tidak bisa lepas dari dekapan suaminya. Malah saat ini revan mulai melancarkan aksinya.
"Tapi mmmpphhh.."
Belum selesai bica bicara revan langsung menyumpal bibir nica dengan bibirnya. Ciuman ini tidaklah lembut melainkan kasar dan seakan menuntut, nica terus-terusan berusaha melepaskan diri dari revan. Namun apa daya kekuatannya kalah telak di bandingkan seorang pria.
"Lo nikmatin aja jalang. Gak usah munafik."

Srrekkk

Tak tanggung- tanggung revan langsung merobek pakaian yang digunakan nica.
"Mmmmmasshhhh,, akkhuu mohhonnhhh lepaasiinnhh."
Nica memohon namun berbeda dengan revan yang kini telah beralih mencium leher nica semakin liar. Tak lupa kedua tangannya beralih meremas payudara nica, nica yang hampir kehabisan tenaga karena melawan kini hanya bisa pasrah.
"Kau menyukainya kan."
"Ini akan menyenangkan jalang." Lanjut revan.
Sungguh kini nica sudah sama seperti seorang jalang yang harus memuaskan nafsu pria. Walau pria itu suaminya sendiri, tapi bukan ini yang nica harapkan, ini tak lebih dari sebuah pelecehan. Dan nica sangat membencinya. Jika saja revan meminta haknya secara baik-baik dan dalam keadaan sadar, mungkin nica akan berusaha memberikannya dengan ikhlas juga bangga. Karena mahkotanya ia berikan pada suaminya. Tapi sekarang, jangankan ikhlas menerima perlakuan revan saja nica jijik.
"Hikks..hikkss..hikkss.." Setelah tak bisa melakukan apa-apa lagi nica hanya menangis meratapi nasibnya yang kian hari kian menyiksa.
Tak cukupkah revan menyakitinya dengan membawa wanita lain di dalam keluarganya. Dan kini revan pun telah membuatnya benar-benar menjadi seorang jalang. Revan membuka semua pakaian yang masih nica kenakan hingga tubuh nica tak tertutupi sehelai benang apapun.
"Tubuhmu sungguh indah, udah berapa pria yang menyentuhmu."
"Ngggggaakkhh mmaashh." Rintih nica menahan semua permainan yang dilakukan revan pada tubuhnya.
"Sekarang gue mau, lo layani gue."
Revan beralih membuka semua pakaiannya, walau kepalanya terasa berat namun gairah nafsu yang menyerangnya lebih kuat. Hingga dia tak bisa berfikir apa-apa selain menuntaskan nafsu bejatnya.
"Jangan..mas.. janggaannn."
Nica mencoba menjauhkan diri dari revan. Namun hal itu malah membuat emosi revan kian memuncak.

Plak

"Lo berani nolak gue hah."
Dengan kasar revan menggusur tubuh nica yang mulai menjauh darinya. Tangannya revan gunakan untuk menahan tangan nica yang terus memukulinya.
"Aku akan memasukimu, nikmatilah sayang." Ucap revan.
Dengan posisi yang dirasa telah pas revan mulai memasuki inti nica.
"Aggrhhh sakkkhhiittt."
"Shiitt kenapa susah."
Revan menekan kembali batangnya lebih kuat dengan sekali hentakan dia berhasil memasuki milik nica yang sempit.

Bless

"Arrrrggghhh sakkkhhittt maasshhh." Rintih nica yang merasakan sakit juga perih secara bersamaan.
Di rasa sudah mulai cukup revan mencoba menggerakan pinggulnya secara perlahan agar membuat milik nica terbiasa dengan miliknya.
Air mata tak hentinya membanjiri wajang nica. Sungguh bukannya nica menolak untuk melayani suaminya. Tapi ini begitu menyakitkan, revan tak menganggapnya seorang istri melainkan seorang jalang.
"Ahhh...ahhh...argghh.” Desahh revan terus bergerak memaju mundurkan pinggulnya.
"Arrrggghhh sakkkhhiittt massshhh." Rintih nica.
Ini yang pertama buat nica, tapi revan sama sekali tidak peduli mungkin karena revan masih di bawah pengaruh alkohol dan dia terus saja menghujami milik nica dengan kasar.
"Oouuuugghhhh sempit sekali milikmu,sanghhhaattthh nikhhhmaaattthhh." Desahan revan terus menggema di ruangan.
"Maassshhh hentikkkhaann."
Sungguh nica  tidak kuat jika harus seperti ini terus. Revan benar-benar tak ada niatan untuk menghentikan aktivitasnya.
"Argghhh maasshhh."
"Bershaama sayanggghhhh."
"Arrrggggghhhhhhh" Desah keduanya.
Revan ambruk begitupun nica dia sungguh lelah, menjelang beberapa menit revan bangun kembali dan mulai menggerakkan batangnya yang sengaja tidak di keluarkan dari milik nica.
"Aku masih menginginkannya." Bisik revan di telinga nica.
Nica tak bisa berbuat apa-apa, dirinya sangat lemas namun menolak pun percuma revan akan tetap melakukan sesuai keinginannya.
"Ahhh mashhh."
Revan kembali mengoyak milik nica tanpa henti.
"Ouuuhhhh arrrrgghhhh semmpphhitthh." Racau revan.
"Maasshhh."
"Panggil namaku sayang." Suruh revan.
"revvvv ahhhh aannnhh."
Nica pun terbawa dengan permainan yang dilakukan suaminya.
"Ya begitu sayang. Itu sangat merdu."
Revan bermain dengan kasar dan cepat.
"Sekarang kamu ubah posisi."
Nica hanya melakukan apa yang di katakan suaminya.

Bless
Revan memasuki nica kembali, gerakan revan yang awalnya pelan semakin cepat di setiap waktunya.
"Ahhhh.... reeeevvv." Desah nica yang merasakan akan mengeluarkan sesuatu.
"Bersama sayangggg."
Hujaman revan pun semakin menjadi di dalam tubuh nica. Dia mengejar akan puncaknya. Tanpa mempedulikan tubuh nica yang sudah tak berdaya di bawahnya.
"Argh." Desah nica saat dirinya kembali mencapai puncak kenikmatan.
"Argh shillla." Begitu pun revan yang terus mengerang memanggil nama sang kekasih saat pelepasannya.
Mendengar siapa yang di sebut suaminya hati nica serasa di hantam ribuan duri. Bagaimana tidak revan hanya menjadikannya pemuas nafsu sementara yang dia bayangkan hanya tubuh kekasihnya shilla.
"Aku mau lagi." Ucap revan kembali.
Berkali-kali revan melakukannya dengan nica dan kini nica tidak terbawa dengan semua permainan suaminya nica menahan semua desahan yang akan keluar dari mulutnya.
Hingga setelah revan puas nica mencoba pergi dari kamar suaminya dan memilih tidur di kamarnya. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit bahkan tulang-tulangnya pun seakan remuk. Intinya begitu perih mungkin juga lecet karena revan melakukannya berkali-kali dengan sangat kasar.

Tapi sakit di hatinya lebih sakit dari yang dirasakan tubuhnya. Antara percaya dan tidak, nica harus menerima semua perlakuan revan terhadap dirinya.
"Ahhh sakit sekali kepalaku." Gumam revan.
Revan terbangun dan mengamati keadaan kamarnya yang berantakan. Dia terpaku pada dirinya sendiri yang sudah tidak memakai pakaian sehelai pun.
"Apa yang terjadi"
"Argh aku ingat, tadi malam aku tengah bercinta dengan seorang wanita.”
Revan mengingat kejadian semalam, namun yang dia ingat hanya bercinta dengan seorang wanita tapi sayang dia tak mengingat wajahnya karena penglihatan revan saat itu sedikit kabur tapi dia yakin jika wanita itu bukan shilla pacarnya.
Revan bangkit dari ranjang dan membawa pakaiannya yang bersekan di lantai hingga kasur. Saat dia akan mengambil kemejanya revan semakin bingung dengan bercak merah di atas ranjang yang tadi tertutupi bajunya.
"Bercak apa itu."
Revan mengingat kembali kejadian semalam, apa mungkin bercak merah ini adalah darah wanita yang semalam menemani dirinya.
Entahlah revan juga ragu pasalnya yang dia ingat wanita yang menemaninya di bar itu hanya seorang jalang jadi mana mungkin seorang jalang masih perawan.
Kini revan memilih untuk membersihkan dirinya karena dia juga harus kerja, biarlah revan melupakan soal wanita yang semalam. Toh dia akan mencari taunya sendiri, karena bagaimana revan pun belum membayarnya.
Semoga saja shila tidak mengetahui kejadian ini. Jika dia mengetahuinya revan pastikan wanita itu bakal langsung meninggalkannya saat itu juga.





Unwanted Marriage (Tersedia Di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang