56 - Usaha Cinta

1.4K 122 32
                                    

Sejujurnya, Vania malas bangun pagi hari ini, ditambah dengan rewelan Gavriel yang berkata bahwa dia butuh uangnya kembali karena di pinjam Vania beberapa hari yang lalu untuk membeli alat penyadap, sungguh hal itu seketika memicu suasana hati Vania di pagi hari menjadi runyam di tutupi awan mendung yang sebentar lagi akan membawa badai moodyannya mencuat.

“Cicil boleh kok kak, dua ratus ribu dulu deh hari ini?”

Vania memutar bola matanya malas sambil meminum susu cokelatnya hingga habis.

“Oh gini aja, lo bayar dua ratus ribu dan gue nggak akan kasih tahu bokap-nyokap kalau lo ketemu Delvin semalam, deal?”

Shut the fuck up bunny.”

“Idih, sok inggris banget lo najes. Bayar utang kagak, inggris cacat bangga.”

Vania akan menghantamkan satu tinju ke bahu Gavriel jika saja suara sapaan khas berujar morning di ikuti langkah kaki undakan anak tangga yang jelas tidak terdengar mendekat ke arah mereka. Kompak Vania maupun Gavriel membalas sapaan tersebut dengan ceria. Tentu saja itu adalah Ayah, pria berumur empat puluhan yang masih kelihatan awet muda tersebut baru pulang tadi subuh dari kerjaan luar kotanya.

"Apa kalian sibuk hari ini?" Tanya Ayah kepada Vania dan Gavriel begitu dia duduk di kursi meja makan.

Vania menggeleng, sementara Gavriel menjawab. "Enggak Yah."

"Bagus kalau gitu."

"Emangnya kenapa Ayah?" Tanya Gavriel penasaran.

"Mumpung Ayah libur kerja minggu ini. Ayah ada rencana untuk ajak kalian jalan-jalan. Gimana?" Tawar Danu dengan senyum sumringah. "Ayah rasa udah lama sekali kita jarangan menikmati waktu bersama karna kesibukan masing-masing. Ayah hanya ingin meluangkan waktu untuk anak-anak Ayah."

"Ingat lho Ayah, Jangan keluar kota anak-anak sekolah." Bunda menimpali dengan senyum sembari membawa secangkir teh hijau yang di letakan di depan Danu. "Tanpa gula dan pure greentea."

"Makasi Bun." Ayah mengangkat cangkir dan meniup uap teh yang dibuatkan Bunda. "Tenang aja, masih di sekitar Jakarta kok asalkan anak-anak mau jalan-jalan aja."

Vania tidak tahu harus bersikap seperti apa, dia dan Gavriel hanya saling menukar pandangan. Yang jelas Vania tidak merasa nyaman jika harus meluangkan waktu bersama Ayah saat ini. Masih ada yang harus di pastikan tentang Ayahnya yang menyimpan sesuatu dari keluarga mereka.

"Hari ini banget Yah?" Tanya Gavriel.

"Ya mumpung hari libur, besok kan kamu sama kakak kamu sudah harus masuk sekolah."

Suara gesekan kursi dan lantai jadi satu-satunya suara nyaring setelah Danu selesai mengucapkan perkataannya. Entah apa yang ada dipikirkan Vania tapi dia adalah orang pertama yang berdiri dari meja makan dengan raut tak tertarik kemudian berkata. "Vania duluan, mau ngerjain tugas sekolah."

Baik Ayah, Bunda maupun Gavriel menatap Vania yang murung naik ke lantai dua, mungkin Ayah yang paling bingung soal perilaku anak pertamanya itu. "Kakak kamu kenapa?"

Gavirel menggeleng. "Nggak tau, mood nya jelek kali."

"Kamu jahilin ya?"

"Lho! Kok Gavriel yah, orang aku nggak ngapa-ngapain dia, sensi aja doi hari ini."

"Bujukin dia untuk jalan-jalan."

"Nggak bakalan mau Ayah."

"Kenapa emang?"

"Konon katanya cewek kalau lagi PMS susah di bilangin, lebih galak dari siluman ular kalau udah marah."

Ayah dan Bunda menggelengkan kepalanya tak habis pikir setelah mendengar celetukan Gavriel. "Bilang aja kamu nggak mau bujukin dia?"

KinqueWhere stories live. Discover now