6

6.3K 354 22
                                    

Arsen tiba di sebuah rumah yang tak lain adalah rumah Lisa. Seperti apa yang ia katakan pada Fahira, bahwa ia akan menjemputnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Arsen setelah sampai.

"Wa'alaikumussalam," sahut seorang wanita dari dalam rumah. "Arsen?" sambungnya. Arsen hanya mengangguk dan tersenyum.

"Jangan bilang, kamu lupa saya siapa?" Arsen memang tak asing dengan orang didepannya ini, tapi ia juga lupa orang itu siapa. Ia hanya diam tak menjawab ucapan wanita di depannya saat ini.

"Saya Clarisa, kamu ingat?" tanya Clarisa

"Kak Risa?" tanyanya balik dan diangguki oleh Risa.

"Iya, kamu mau jemput Fahira, 'kan? Dia ada di dalam, entar Kakak panggil.

Selang beberapa menit, Clarisa keluar bersama Fahira, dengan Chika yang juga berada di samping Fahira.

"Hai Om, Om mau jemput Kak Fa, ya? Besok aja Om. Chika masih mau main sama Kak Fa," ucap Chika yang sudah terbangun dari tidurnya.

"Gak bisa, cantik. Kak Fa nya harus pulang, soalnya udah sore banget. Lain waktu aja, ya." Kini Arsen sedang berjongkok dihadapan Chika menyamakan tinggi nya dengan gadis kecil itu.

"Janji ya Om, Kak Fa nya ke sini lagi."

"InsyaAllah."

Setelah itu, Arsen dan Fahira berpamitan pada Risa karena Lisa sedang tidak ada di rumah dikarenakan ada urusan mendadak.

Selama perjalanan pulang, keadaan hening. Fahira masih memikirkan apa yang ingin ia katakan. Namun, ia lupa ingin mengatakan apa. Hingga beberapa menit berlalu, ia kembali ingat apa yang ingin ia katakan. Lebih tepatnya, apa yang ingin ia tanyakan pada Arsen.

"Kak," panggil Fahira dan hanya dijawab dengan deheman oleh Arsen.

"Kak Risa itu, nikah muda, ya? Kok masih muda udah punya anak, padahal kak risa bilang umurnya masih 25 tahun sedangkan Chika sudah masuk 5 tahun katanya," tanya Fahira yang sudah penasaran sejak tadi.

"Bisa dibilang gitu, sih, Dek. Setau Kakak, emang kak Risa nikah muda. Tapi Kakak gak datang waktu acara nikahannya, makanya tadi Kakak rada lupa gitu,  kalo itu kak Risa.  Kenapa emang, kok kamu nanya nikah, jangan-jangan kamu mau nikah ya?!"

"Ish! Kakak kalo ngomong suka bener."

"Hah?! Serius Dek, kamu udah siap nikah?"

"Haha ... Santai aja dong mukanya. Eggak lah, Kak. Fa masih sekolah juga." Fahira terkekeh melihat ekspresi Arsen yang menganggap serius ucapannya. Lagian, siapa juga yang mau mengajaknya menikah. Calonnya sih sudah pasti ada, cuma belum tau siapa.

"Eh, kalo tiba-tiba ada yang ajak kamu nikah, kamu mau?" tanya Arsen.

"Kakak nanya apaan sih, udah ah."

"Kakak serius loh, Dek."

"Ya ... Fa gak tau. Kan kalo, itu mah. Wallahu a'lam bishawab."

"Tapi, kalo emang iya, gimana Dek? Kamu mau?"

"Kakak ... udah deh," gerutu Fahira sambil cemberut.

"Eh, kamu jangan duluin Kakak dong. Masa Kakak masih single, kamu udah nikah aja," ucap Arsen yang masih saja melanjutkan pembicaraan.

"Kak! Siapa yang nikah coba," kesal Fahira.

"Ya ... siapa tau kan. Tapi gapapa lah kamu duluin Kakak. Asal, stok camilan kamu tiap minggu, jadi suami kamu yang nanggung." Muka Fahira kini sudah memerah. Sementara Arsen sedang tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Fahira.

Cuek? Bodo amat!! [TERBIT - Tersedia versi E-BOOK]Where stories live. Discover now