8

5.8K 342 34
                                    

Seperti biasa, Fahira sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Kini ia sedang sarapan bersama keluarganya, tapi Arsen belum juga turun dari kamar. Entah mengapa Arsen telat tak seperti biasanya.

"Sayang, kamu panggil kakak kamu, gih," ucap Zahra. Fahira langsung menuju kamar Arsen dan memasukinya tanpa mengetuk pintu.

"Kakak ngapain, sih, lama amat," ucap Fahira setelah memasuki kamar Arsen.

"Kamu lihat jaket Kakak yang warna abu-abu gak, Dek?" tanya Arsen sambil sibuk mencari-cari dimana letak jaketnya tersebut.

"Enggak. Udah sih, pakek jaket yang lain aja."

"Kakak maunya pakek yang itu."

Fahira menghela napasnya, "kenapa sih, buruan ah, entar telat," gerutunya pada Arsen. "Itu apaan," lanjutnya setelah melihat jaket yang Arsen cari-cari.

"Apa?"

"Itu ...." Fahira menunjuk ke arah sebuah jaket berwarna abu-abu yang terselip diantara pakaian Arsen.

"Nah, ini dia. Akhirnya ... Kok tadi Kakak cari disini gak ada ya?"

"Bukannya kebiasaan Kakak gitu? Barangnya ada, dibilang gak ada." Arsen hanya cengengesan mendengar penuturan adiknya yang benar adanya. "Buruan, Kak. Ihh ... Udahlah, sarapan disekolah aja. Fa udah gak mood sarapan," kesalnya.

"Lah, kok gitu?"

"Lihat tuh, udah setengah tujuh." Hanya karena ngoceh-ngoceh dengan Arsen saja, muka gadis itu sudah memerah.

"Masih setengah jam, Dek," ucap Arsen.

"Bodo amat, Fa gak mood. Fa tunggu di mobil." Setelah mengatakan itu, Fahira pergi begitu saja meninggalkan Arsen.

Seperti apa yang dikatakan Fahira, ia langsung pamit kepada kedua orang tuanya tanpa sarapan. Tapi, Zahra melarangnya pergi jika ia tidak sarapan. Alhasil, Fahira memutuskan untuk membawa 2 roti dengan selai cokelat itu untuk ia makan di mobil. Meskipun, ia tidak yakin akan menghabiskan 2 roti tersebut. Sejujurnya, ia tidak suka sarapan pagi.

"Kak, mau gak? Fa gak mood sarapan," ucap Fahira saat sudah berada di dalam mobil bersama Arsen.

"Gak," tolak Arsen mentah-mentah.

"Ayolah, Kak. Entar bunda marah kalo gak dimakan," bujuk Fahira.

"Kakak kan udah tadi. Salah sendiri gak sarapan."

"Namanya juga gak mood," ucapnya sambil cemberut.

"Jangan dibiasain, Dek. Gak mood kamu itu, gak baik buat kesehatan."

"Bodo amat lah, pokoknya Fa gak mau makan. Gak mau dipaksa juga. Pokoknya enggak dan enggak," omelnya.

"Makan," ucap Arsen dengan lembut membujuk Fahira.

"Gak."

"Makan."

"Enggak."

"Makan atau kakak marah?" Ancaman itu berhasil membuat Fahira menuruti ucapnya.

"Oke, Fa makan. Nyebelin banget." Fahira paling tidak bisa diancam sedikit saja. Arsen sudah tau kelemahan adiknya itu. Ia paling tidak suka jika sampai Arsen marah padanya.

Sesampainya disekolah, Fahira berpamitan dengan Arsen. Kemudian ia berjalan menuju kelasnya. Tiba-tiba saja ...

BUGH.

Fahira tak sengaja bertabrakan dengan seseorang. Untung saja orang itu perempuan.

"Eh, maaf Kak, gak sengaja," ucap Fahira pada orang itu.

Cuek? Bodo amat!! [TERBIT - Tersedia versi E-BOOK]Where stories live. Discover now