33

3.6K 242 48
                                    

Setelah kejadian itu, hari-hari berlalu seperti biasanya. Fahira dan Reyhan kembali beraktivitas seperti biasa. Namun kemarin, Fahira dan Reyhan mendapat kabar, jika Resya telah berpulang ke Rahmatullah. Sedih sudah pasti, tapi mungkin Allah sayang pada Resya, makanya Allah memanggilnya terlebih dahulu.

"Dek." Reyhan memanggil Raisa ketika Raisa sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Kemudian Reyhan menghampiri Raisa yang sedang berdiri.

"Apaan?"

"Gue mau minta bantuan lo."

"Gue tau, pasti tentang ulang tahun fahira, kan?"

"Kok, lo bisa tau?"

"Ya iya lah, Raisa gitu loh."

"Besok-besok, ajarin bini gue lah, biar peka kek lo."

"Ck, jadi mau minta bantu apa nih?"

"Pulang sekolah nanti, lo ajak fahira jalan-jalan. Terserah mau ke mana, asal jangan sampai fahira kenapa-kenapa," jelas Reyhan.

"Bukannya dia ultah besok?"

"Ya, gue mau siapin kejutannya dulu lah."

"Oh, main rumah gue aja kali, ya? Gue lagi males keluar soalnya."

"Bagus tuh. Tapi ingat, jangan biarin dia pulang, sebelum gue chat lo."

"Oke. Udah ya, gue mau ke kelas."

"Hm."

Raisa kembali melanjutkan berjalan menuju kelas nya. Sebenarnya mood nya hari ini sedang hancur, makanya jam istirahat dia pura-pura mau ke toilet. Padahal, itu hanya alasannya agar Fahira dan Bella tak curiga.

Flashback on

"Sa, Papa mau, sehabis ini kamu kuliah di-"

"Raisa gak mau, Pa. Raisa gak suka ngurusin perusahaan," ucap Raisa, memotong ucapan Papanya. Ia sudah tau kemana arah bicara Papanya itu.

"Kalo bukan kamu, siapa lagi yang bakal nerusin perusahaan?"

"Papa kan bisa cari orang kepercayaan, buat ngurusin perusahaan, gak harus Raisa."

"Tapi, Papa mau nya kamu."

"Pa-"

"Papa gak terima alasan," tegas Papa Raisa, memotong ucapannya.

Raisa sudah lelah berdebat dengan Papanya yang selalu saja memintanya untuk jadi penerus perusahaan. Padahal, sudah berulang kali Raisa katakan, bahwa ia mau buka usaha sendiri. Tapi apa pun yang Raisa katakan, diabaikan oleh orang tuanya. Raisa tau maksud orang tuanya baik, tapi ia tak minat apalagi berbakat dalam dunia perkantoran. Memang selama ini orang tua Raisa tak pernah memaksanya dalam hal apapun. Apa mungkin sekarang saat yang tepat, untuk Raisa membahagiakan orang tuanya?

Saat sampai di sekolah, Raisa tak memperdulikan keadaan di sekitarnya yang terkadang membuat dia emosi. Raisa sedang fokus dengan pikirannya, antara menuruti orang tuanya atau kemauan dirinya sendiri.

Maka dari itu, saat jam istirahat, Raisa terpaksa berbohong pada Fahira dan Bella, agar mereka tak curiga pada Raisa yang lebih banyak diam.

Flashback off.

Bugh.

"Awh ...."

"Sorry, gue gak sengaja," ucap seorang laki-laki yang tak sengaja menabrak Raisa. Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk membantu Raisa berdiri, karna tadi sempat terjatuh. Namun, Raisa memilih untuk berdiri sendiri dan tak menerima uluran tangan itu.

Cuek? Bodo amat!! [TERBIT - Tersedia versi E-BOOK]Where stories live. Discover now